Happy Reading!
***
Reza terduduk di samping ranjang, merasa tidak nyaman saat menemukan Giovanni berada di ruangan yang sama. Cowok itu tetap diam dan menatap dari jauh. Ia menatap kepala Reza yang masih berusaha diperban oleh Bu Anas.
"Padahal baru kemarin kamu datang ke sini," ujar Bu Anas, tertawa kecil. "Saya tahu kalian masih remaja. Tapi mau gimana pun, kekerasan itu dilarang."
Reza menunduk, merasa bersalah. "Maaf Bu..."
"Bukan kamu yang harusnya minta maaf, Reza." Bu Anas membuang perban lama Reza yang sudah terkena darah. "Saya hanya heran kenapa Reynand nggak kapok buat ngeganggu kamu. Saya kira skors waktu itu sudah bikin dia jera."
Reza tidak berani untuk menjawab.
"Oke, selesai." Bu Anas melepaskan tangan pada kepala Reza. Lilitan perban baru telah selesai ia lakukan. "Ada gejala?"
"Enggak, Bu."
"Nggak pusing?"
Reza menggeleng.
Bu Anas mengangguk. "Kalian boleh pergi kalau begitu."
Giovanni akhirnya membuka suara. Ia menunduk pelan. "Makasih Bu."
"Iya, Giovanni." Bu Anas berbalik menghadap Giovanni. "Makasih juga karena kamu sudah mengantar Reza, ya. Saya baru tahu kalau kalian berteman."
Reza bangkit dari ranjang, tersenyum pada Bu Anas. Wanita itu membiarkan murid-muridnya keluar dari ruang UKS, menggelengkan kepala. "Dasar anak-anak..."
Pintu ditutup oleh Giovanni. Sekarang, mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan. Keduanya terdiam di lorong lantai pertama. Tidak tahu ingin berkata apa. Reza menelan ludah, menahan kegelisahan.
"Gio—"
"Ini bukan pertama kali dia ngebuli lo?"
Sekarang, Reza mengerjap. "M-Maksudnya?"
"Reynand," Giovanni berdiri, menghadap Reza. Mereka bertatapan, dari mata ke mata. "Sejak kapan dia ngeganggu lo kayak gitu?"
Reza terdiam, matanya mengerling nanar. Kemudian, ekspresinya menggelap. Cowok itu menghela napas.
"Sejak kelas satu. Saya nggak tahu apa alasannya. Awalnya saya kira dia orang baik, mau ngebantu saya waktu itu. Tapi ternyata lama-lama dia berubah, suka marah-marah dan ngebentak..."
Giovanni mengernyit. "Kalian temenan?"
"Hanya waktu MOS kok. Kami satu kelompok." ujar Reza.
Giovanni sempat terdiam, ia terlihat berpikir. Cowok itu memandang Reza dengan tatapan tak terbaca. Entah bagaimana bisa, Reza terlihat tidak nyaman.
Giovanni pun mengangguk. "Kalau gitu, gue pergi dulu."
"M-Mau ke mana?"
"Ke ruang guru," ujar Giovanni. "Gue yakin Pak Leo nggak bakal lepasin gue kalau keadaannya begini."
"Boleh saya ikut?"
"Nggak," Reza terperanjat. Giovanni membalikkan badan. "Ini masalah gue sama Reynand. Lo cuma korban."
"Tapi kamu berantem karena saya—"
"Enggak. Gue berantem karena gue mau," Giovanni mulai melangkah, pergi menuju ruang guru yang berada di lantai yang sama. "Gue yakin kepala lo masih sakit. Jadi mending lo diem dan masuk kelas."
Reza tidak sanggup untuk menahan saat melihat Giovanni sudah pergi menjauh. Ia terdiam di sana, membiarkan udara mendinginkan kepalanya yang mulai panas.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA YANG SAMA [BL]
Teen Fiction[CERITA HOMO] [ 🔞 DI BAB TERTENTU] [DRAMA, TIDAK ADA HUMOR] [DIHARAPKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Jika diperhatikan, Reza Samuel Ivander adalah wujud dari manusia yang sulit ditebak. Dikenal karena kecerdasan dan gaya bicara yang formal, ia memutu...