Ada catatan penting di bawah. Kalau berminat, silakan dibaca.
So, Happy Reading!
*****
Dikeluarkan secara tidak terhormat bukanlah hal yang perlu disesalkan.
Reynand tidak pernah peduli tentang harga diri, kehormatan, atau hal-hal merepotkan yang membuatnya harus berubah secara personal. Bersenang-senang, mengganggu ketenangan semua orang, dan bertindak seperti manusia tak bermoral adalah bakat terpendam yang ia banggakan.
Hal positif yang mungkin diterima oleh orang lain hanya kegesitannya dalam bermain basket.
Reynand menganggap basket adalah satu-satunya jalan lurus di antara ribuan jalan berbatu di dalam hidupnya. Karena basket, ia bisa bertemu orang-orang hebat yang mampu ia sebut sebagai saingan. Dia suka membuat semua saingan itu bertekuk lutut sambil menginjak kepala mereka, memperlakukannya seperti sampah daur ulang yang harus dibakar hingga tak tersisa.
Namun, di antara ratusan saingan itu, ada satu orang yang membuat harga dirinya jatuh hingga hancur tertiup debu.
Semua ini berasal dari seseorang yang menerima tantangannya untuk one-by-one saat mereka masih kelas satu.
Dalam permainan basket, kapten adalah pusat dari segala posisi. Kau mampu membuat dirimu menjadi perhatian hanya dengan berkata bahwa kau adalah seorang kapten. Posisi kapten membuat dirimu dijunjung tinggi. Di mata anggota, kapten adalah kunci. Tanpa komando seorang kapten, anggota takkan menciptakan celah kecil.
Meski Reynand adalah orang brengsek, tetapi ia juga memiliki mimpi.
Di SMA, kapten akan dipilih saat anggota baru menginjak kelas dua. Namun, di tahun itu, untuk pertama kalinya sejak sekolah ini dibentuk, kapten basket di SMA Nusantara adalah bocah kelas satu.
Giovanni Elliotte Evan, X MIPA 1. Ditunjuk sebagai kapten baru oleh kapten yang menjabat saat itu. Keputusan tersebut tidak bisa diganggu gugat, bersifat mutlak, dan sulit untuk diubah.
Tidak ada yang membantah. Semuanya setuju-setuju saja, termasuk delapan anak kelas satu yang resmi masuk sebagai anggota. Mereka terlihat bangga karena ada satu sosok yang bisa menampu kepercayaan kakak kelas dalam waktu kurang dari tiga bulan.
Namun, Reynand tidak bertindak demikian.
Reynand berpikir keputusan tersebut adalah keputusan paling idiot yang pernah ia dengar. Mengapa harus dia? Mengapa harus bocah sombong dengan bakat pas-pasan?
Reynand ingin membuktikan bahwa dirinya lebih pantas.
Di hari Senin yang terik, ia segera menantang Giovanni. Dengan bangga ia mengundang semua orang untuk menonton pertandingan mereka di lapangan sebelah perpustakaan. Mempermalukan anak sombong itu adalah tindakan yang tepat. Penilaiannya tidak pernah salah.
Giovanni tidak pantas dan tidak akan pernah pantas menjadi kapten atau pemain inti di tim mereka.
"One-by-one. Sepuluh kali masukin bola. Yang kalah nurutin permintaan sang pemenang. Deal?"
"Terserah. Udah, cepetan mulai. Gue laper."
Reynand memiliki alasan kuat mengapa ia sangat membenci Giovanni sampai ke ubun-ubun.
Dan kebenciannya belum cukup kuat untuk menjadi bukti bahwa ia akan menang dari orang itu.
Mereka bertanding selama lima belas menit. Ditemani oleh sorak-sorai penonton dan jeritan Gladis. Gerakan kaki yang gesit. Suara pantulan bola yang berdecit. Tetesan keringat yang mengalir. Paru-paru yang mengempis. Hingga peluit akhirnya berbunyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA YANG SAMA [BL]
Teen Fiction[CERITA HOMO] [ 🔞 DI BAB TERTENTU] [DRAMA, TIDAK ADA HUMOR] [DIHARAPKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Jika diperhatikan, Reza Samuel Ivander adalah wujud dari manusia yang sulit ditebak. Dikenal karena kecerdasan dan gaya bicara yang formal, ia memutu...