Happy Reading!
***
Clara tidak tahu kalau semua akan terjadi seperti ini.
Gadis itu tidak bisa melakukan apa-apa saat Annisa telah berdiri sambil meletakkan ponsel di mejanya. Clara melirik layar yang menyala, lalu menghela napas. "Lo pengen gue ngomong apa?"
Annisa maju dengan wajah menuntut. Gadis itu mengetuk-ngetuk layar, "Jelasin ini, cepet."
"Lo buta atau gimana?" Clara menegakkan badan, dagu ia tumpu dengan telapak tangan. "Itu foto gue lagi cium pipi Reza."
"Ya makanya jelasin!" Annisa tidak terima, ia terlihat marah. "Kenapa lo bisa ada di sana sama dia? Kenapa kalian keliatan deket banget? Kenapa lo sampe cium pipinya?"
Annisa tidak menyangka bahwa salah satu sahabat yang ia percaya telah menyembunyikan sesuatu darinya. Selama tiga tahun mereka bersekolah dan saling curhat, ia tidak tahu kalau Clara memiliki hubungan khusus dengan Reza.
"Lo kok jahat banget sama gue sampe main rahasia-rahasiaan gini!"
"Jangan teriak-teriak, Nis. Telinga gue sakit."
"Makanya jelasin!"
Siapa yang tidak mengenal Reza?
Bagi Annisa, Reza adalah satu-satunya lelaki yang tidak terbaca. Gadis itu tentu memiliki banyak pengalaman dengan pria, tetapi Reza termasuk pengecualian. Dia tidak terlalu suka dengan sikapnya yang pendiam dan misterius. Terkadang Reza yang tersenyum tidak membuatnya berdebar, melainkan terlihat aneh dan menakutkan.
Clara tidak mengerti bagaimana bisa insiden tersebut telah diabadikan menjadi foto dan diserbarluaskan seperti ini. Kini, foto tersebut telah menyebar ke grup sekolah dan menjadi konsumsi publik. Entah mengapa, perasaan bersalah langsung muncul saat memikirkan Reza yang menjadi korban dari kebodohannya sendiri.
Clara bersumpah akan menemukan pelakunya nanti.
"CLARAAAAAA!!"
Mereka menoleh pada Gladis yang masuk ke dalam kelas. Tas terlempar begitu saja. Clara tidak mampu untuk mengelak saat tiba-tiba Gladis menangkap kedua tangannya seolah mengucapkan selamat. "Lo beneran pacaran sama Reza?"
Saat mendengar itu, Clara hanya bisa tersenyum miris.
"Gimana mau pacaran kalau gue-nya aja ditolak?"
Annisa membulatkan mata, mulut menganga lebar. Gladis terdiam, tubuhnya melemas. "Hah?"
"Gue ditolak sama dia," kata Clara dengan santai. "Dia suka sama orang lain."
Brakh!
Clara tersentak, Annisa ikut tersentak. Penghuni kelas XII MIPA 3 ikut-ikut tersentak. Gladis hampir menghancurkan meja dengan satu gebrakan. "Lo ditolak!?"
Gladis sama sekali tidak mengerti. "Maksud dia apa sih!?"
Clara mengernyit. "Justru gue yang tanya, kenapa kalian yang emosi? Kan gue yang ditolak—"
"Jelas gue emosi!" Gladis tidak mau kalah. "Secantik apa cewek yang dia suka sampe-sampe dia nolak lo yang sempurna ini?"
Clara membulatkan mata, lalu menghela napas sambil mengusap-ngusap pipinya. "Itu haknya dia, Dis. Gue nggak berhak maksa dia buat nerima gue..."
"Tetep aja nggak bisa! Gue nuntut penjelasan dari dia!"
"Jangan ngaco. Emangnya dia mau ngomong sama lo? Lo nggak sedekat itu sama Reza."
"Tapi Reza temennya Gio! Temen Gio berarti temen gue juga!"
"Pikiran goblok dari mana itu? Reza nggak bakal mau ngomong sama lo mentang-mentang sekarang dia udah deket sama Gio!"
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA YANG SAMA [BL]
Teen Fiction[CERITA HOMO] [ 🔞 DI BAB TERTENTU] [DRAMA, TIDAK ADA HUMOR] [DIHARAPKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Jika diperhatikan, Reza Samuel Ivander adalah wujud dari manusia yang sulit ditebak. Dikenal karena kecerdasan dan gaya bicara yang formal, ia memutu...