15. Berusaha menerima semuanya

2.6K 350 35
                                    

'Meski aku belum sampai pada level ikut bahagia melihatmu bahagia dengan orang lain. Tapi aku akan berusaha membantumu untuk taat, aku akan tetap membantumu bersikap adil, sekalipun mungkin itu akan menyakiti diriku sendiri.'

Al-Khawarizmi & Humairah

~Thierogiara

***

Ternyata benar, rencana Allah selalu luar biasa dari pada susunan yang sudah manusia rancang. Seorang pria masuk ke dalam hidupnya, mendobrak pintu hati yang pernah ia kunci rapat, menawarkan sebuah komitmen dan menjadikannya wanita paling beruntung di dunia. Sampai akhirnya semuanya mulai terasa abu-abu, Aira tak pernah menyalahkan siapa pun sebab mungkin segala yang terjadi merupakan pelajaran hidup, mungkin dia tak akan pernah naik ke level yang lebih tinggi jika hari ini dia tak berbagi suami dengan wanita lain. Berbicara soal ikhlas, Aira hanya wanita akhir zaman yang terus berusaha bertumbuh, dia berusaha tetap menata hidupnya meski gelombang ombak yang menghantamnya terus membesar. Karena sekarang bukan hanya perihal dirinya, bukan hanya soal perasaannya, tapi ada Allah yang sejak awal akad terucap sudah terlibat, ada janin yang bahkan masih belum melihat dunia ini. Aira perlu menurunkan egonya agar semuanya baik-baik saja.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh Umi." Aira membalas salam dari ibu mertuanya yang entah apa gerangan siang ini menelepon.

"Sudah lama Umi nggak dengar suara kamu," ujar Yumna yang setelah itu terkekeh.

"Maaf Umi, Aira kadang kurang fokus." Apalagi semenjak tahu bahwa suaminya mencintai wanita lain, sejak tahu bukan hanya dia kini yang perlu dikabari oleh laki-laki itu semakin.

"Umi paham kok, apa kabar kamu?"

"Alhamdulillah baik Mi, Umi sama Abi gimana?"

"Baik juga Alhamdulillah. Tapi Umi kangen deh sama kalian, minggu ini Al lagi di rumah kan? Kalian menginap ya di rumah Umi Abi? Nanti kalau Al kerja kamu di sini aja dulu." Sudah lama memang, semenjak mereka menikah bahkan, Aira hanya sekali menginap di rumah mertuanya.

"Iya Umi, Aira akan sampaikan ke Mas Al, nanti sore kita ke rumah ya." Tidak ada salahnya juga, karena silaturahim tidak hanya tentang lebaran.

"Oke sayang, Umi Abi tunggu, nanti masak yang enak buat baby."

Aira tertawa. "Terima kasih Umi." Padahal pernikahan itu masih sangat baru, masih hangat lah bisa dibilang, tapi Aira benar-benar merasa mendapatkan cinta dari ibu mertuanya itu.

"Ya sudah Umi tunggu di rumah, jaga kesehatan, jangan terlalu banyak pikiran ya cantik." Yumna adalah ibu mertua idaman semua orang dan Aira rencananya akan berguru pada beliau untuk menciptakan anak-anak seluar biasa suami beserta para iparnya. Aira tak pernah berhenti kagum dengan keluarga suaminya yang semuanya terbekali ilmu agama dengan baik.

"Baik Umi, Terima kasih."

"Assalamu'alaikum."

Dan Aira kembali membalas salam lantas menutup panggilan tersebut. Al sedang tidur siang, Laki-laki itu baru kembali dari terbang satu jam lalu dan sekarang sedang istirahat, Aira tak akan mengganggunya, justru siang ini dia akan memasak cumi asam manis, selain karena itu merupakan makanan kesukaan suaminya, dia juga akan membawanya sebagai buah tangan ke rumah mertua. Kalau siang alhamdulillah Aira bisa beraktivitas seperti orang pada umumnya. Dia selalu berterima kasih pada sang jabang bayi yang selalu bisa diajak bekerja sama.

***

Al mengerjapkan matanya beberapa kali,  ponselnya berdering, hal itu terpaksa membuatnya membuka mata. Nama Syifa terpampang di layar ponselnya.

Al Khawarizmi dan HumairahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang