2. Pertemuan

2.3K 412 29
                                    


'Sejak awal aku selalu yakin, yakin bahwa Allah pasti baik dengan segala rencana-Nya.'

Al-Khawarizmi & Humairah

~Thierogiara

***

Singkat saja, semuanya berjalan sesingkat itu dan kini Al sedang bersiap-siap di kamarnya. Agenda hari ini adalah bertemu dengan keluarga calon istrinya, uminya sangat antusias dan Al berusaha tampil sebaik mungkin agar tak mengecewakan orang-orang. Al mematut dirinya di cermin, dia melihat sosok yang selalu tampan di pantulan cermin sana.

Al hanya memakai kaus santai karena memang acara hari ini hanya sebatas perkenalan, jika cocok mungkin akan langsung membahas khitbah lalu menikah. Al sengaja tak mengabari Syifa karena menurutnya dia tak mau membebani sahabatnya itu soal rencana pernikahannya. Al sudah yakin pasti perjodohan ini akan berjalan lancar karena bagaimanapun calonnya nanti, bagaimanapun sosok yang akan dijodohkan dengannya hari ini dia akan menerima apa pun bentuknya.

Al lantas keluar dari kamar dan berjalan menuruni tangga.

"Kenapa abu-abu sih?" tanya Yumna begitu melihat Al, memang Al tidak seperti Fatih yang selalu memakai warna gelap atau malah putih, dia selalu memakai yang di tengah itu, abu-abu. Tanpa sadar, selama ini Al mengoleksi berbagai barang dengan warna abu-abu.

Al menatap dirinya sendiri. "Ya udah lah Mi, Al kan suka."

Yumna menghela napas lantas mengangguk, tidak buruk juga, lagipula anaknya selalu tampan meski memakai baju apa pun.

"Ya udah sana panasin mobil, Umi sama Abi bentar lagi nyusul."

Al mengangguk lantas berjalan ke garasi, dia memang selalu menjadi supir keluarga, dulu-dulu jika bepergian sekalipun ada Fatih tetap dia yang menjadi korban, nasib anak tengah.

Al menunggu di mobil.

"Mau ke mana?" Wajah Zahra tiba-tiba muncul di samping jendela mobil yang terbuka membuat Al terlonjak kaget.

"Mau jalan-jalanlah mumpung libur," jawab Al, kalau sampai dia menjelaskan yang sebenarnya pasti Zahra akan langsung meledeknya habis-habisan.

Zahra menyipit-nyipitkan matanya, dia curiga karena sangat tidak mungkin Al menghabiskan masa libur dengan tidak rebahan saja di rumah.

"Bohong, kalau nggak penting Abang pasti nggak mungkin keluar!" Dan Al memejamkan matanya, kenapa sih Zahra harus berkunjung di saat seperti ini?

Uminya baru saja menyusul ke garasi.

"Mau ke mana Mi?" tanya Zahra masih penasaran, dia masih di luar padahal anak dan suaminya sudah masuk ke dalam rumah.

"Mau ke rumah calonnya Abang."

"Hoo, good luck deh Abang." Zahra mencium pipi Al kemudian meninggalkannya.

"Kan belum pasti Mi," protes Al begitu Uminya masuk ke dalam mobil.

"Udah pasti ini, tenang aja kamu." Lalu setelah itu Arifin—Abi Al—ikut masuk kemudian mobil pun melaju meninggalkan rumah besar keluarga Hanidar.

***

Al dan keluarganya juga kedua orang tua anak sahabat uminya sudah duduk di ruang tamu sebuah rumah. Al hanya diam sambil sesekali tersenyum saat mendengar celotehan para orang tua.

"Jadi Al sedang libur sekarang?" tanya Sungkar—suami sahabat uminya.

"Iya Om," jawab Al.

Sungkar mengangguk-angguk. "Memangnya nggak punya pacar Al? Masa ganteng kayak kamu dijodohin?" Kali ini yang bertanya adalah Lamira—sahabat Umi Al.

Al Khawarizmi dan HumairahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang