'Jika inginmu memang hati lain, maka kejarlah, bantu aku untuk tak terlalu sakit jika memang kita bukan akhir dari perjalanan ini.'
Al-Khawarizmi & Humairah
~Thierogiara
***
Usia kandungannya masih cukup muda, Aira tak akan menumpukan harapan apa pun pada janin di kandungannya, dia hanya terus berdoa pada Allah agar anaknya terlahir sehat jasmani dan rohani, menjadi penyejuk hati orang tua dan menjadi pengerat hubungan Aira dan Al. Sekarang Aira sudah mengerti kapan dia akan mual dan kapan dia bisa makan, jadwal mualnya biasanya di pagi hari dan malam sebelum tidur, siang hari seperti ini dia bisa menjalani kehidupan seperti biasa.
Hari ini kebetulan dia sangat ingin makan salad buah, karena asisten rumah tangganya sedang membereskan taman samping, maka Aira tak mau merepotkan nya, dia memotong sendiri buah-buahan yang ia peroleh dari kulkas.
Al masuk ke dalam rumah, dia meninggalkan begitu saja kopernya di ruang keluarga setelah itu berjalan menuju dapur, mendengar suara pisau dengan talenan dia yakin Aira ada di sana, karena tadi sempat melihat asisten rumah tangga ada di luar rumah.
Al langsung memeluk tubuh Aira dari belakang, menyelipkan kedua tangannya di balik lengan wanita itu.
"Mas?" Aira langsung berbalik.
"Kok pulang nggak bilang-bilang?" Kini posisi mereka berhadapan dengan Aira yang masih berada di dalam pelukan Al.
Al tak menjawab hanya mendaratkan ciuman di kening istrinya itu, satu hal yang selalu ia syukuri, masih bisa bertemu dengan orang yang dia sayang selepas pulang bekerja. Al benar-benar tak melepaskan Aira, dia bahkan semakin mengeratkan pelukannya.
Aira heran, hari ini pulang kerja Al mengenakan kaos dan celana training, padahal biasanya masih memakai seragam lengkap. Aira menelan ludahnya sendiri, dia ingin tetap berpikir positif, namun keadaan mamaksanya untuk tak begitu.
Aira mendorong tubuh Al.
"Aku mau selesaikan potong buah dulu." Lalu Aira langsung berbalik.
"Aku bantu." Al mengambil alih apel dan mangga kemudian mengupas kulitnya, sesekali dia memperhatikan Aira namun Aira malah tampak sangat fokus memotong buah.
Beberapa kali Aira menarik napas berusaha mengenyahkan segala pikiran buruknya, dia sudah berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia akan percaya pada Al, bahwa dia akan percaya pada Allah karena Al adalah doa yang sudah lama Aira panjatkan. Sesekali Aira melirik suaminya itu, kecurigaan ini sangat mengganggu hatinya karena bagaimanapun semua ini bukan yang pertama kalinya.
Aira menghadap Al.
"Mas kalau aku tanya sesuatu kamu mau jawab jujur nggak?" Sangat tiba-tiba dan Al langsung menelan ludahnya dengan susah payah.
"Tanya apa?" Al ikut menghadap ke Aira.
Aira memejamkan matanya sejenak, siap jika mungkin jawaban yang keluar dari Al bukan sesuatu yang ia inginkan.
"Kamu benar pulang kerja? Dari awal pernikahan kita, baru kali ini aku lihat kamu pulang nggak pakai seragam." Aira memusatkan perhatian pada manik mata coklat gelap milik Al, dia hanya ingin memastikan bahwa tidak ada kebohongan di antara mereka. Bagaimanapun rumah tangga ini bukan dijalankan hari ini dan besok, mereka sudah berjanji akan hidup berdua selamanya, sudah berjanji untuk menua bersama, jadi kejujuran adalah salah satu tiang yang akan terus menopang dan membuat keduanya menjadi kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Al Khawarizmi dan Humairah
Spiritual[Update setiap hari Rabu dan Sabtu] Al adalah sosok yang sempurna di mata Aira, dia yakin bahwa laki-laki itu imam yang selama ini ia idamkan saat pertama kali mereka bertemu. Sampai akhirnya tanpa sepengetahuan Aira Al menikah dengan sahabatnya se...