Matahari hampir terbenam menunjukkan bahwa waktu sudah menuju malam dan bintang-bintang yang bersinar indah akan menghiasi langit. Selama itu juga aku menemani duo berisik menjelajahi Kota Semarang.
Ada beberapa tempat yang sudah Hayu catat jauh-jauh hari salah satunya Toko Roti Oen yang terletak di daerah Bangunharjo. Berdiri sejak 1936 dengan mengusung konsep gaya kolonial, toko roti ini sukses menjadi salah satu daya tarik yang wajib dikunjungi ketika sedang berkunjung ke sini.
Terdapat banyak ornamen-ornamen jadul membuat siapa saja yang mampir dapat merasakan euforia zaman dahulu.
"Wah! Kesampaian juga gue kesini!" Perempuan dengan hijab putih yang membungkus mahkota para wanita tersebut sangat antusias.
"Jangan kaget Kan, temen lo emang gitu." Ajil melangkah malas sambil membawa kamera mirrorless di pundak kanannya.
Aku tertawa keras. Melangkah masuk menyusul Hayu dan Ajil di dalam. Suguhan berbagai macam roti serta tidak lupa harum khasnya menjadi sambutan yang baik.
"Pesen apa? Gue jamin deh makanan sama es krim disini uenak!" S3 marketing nya Hayu emang nggak main-main. Kalau dia bilang enak ya memang enak.
"Mau es krim! Rhum Raisin kayaknya enak."
"Bukan kayaknya lagi tapi emang enak. Nice choice!" Sedangkan Ajil sedari tadi masih sibuk dengan pilihannya.
"Lo apa Jil? Jangan serius deh ini bukan soal ujian." Ajil melotot.
"Gue lagi milih combre soalnya gue gak mau salah pilih lagi."
"Hahaha sial keinget pas waktu makan spaghetti di restoran yang baru itu loh Kan, inget gak lo?" Hayu tertawa cekikikan.
"Yang spaghetti sarden bukan?"
"Yes exactly!"
Waktu itu Ajil memang sempat berlibur sebentar di Solo karena katanya sedang sumpek disini. Alhasil demi menyambut kedatangannya aku dan Hayu mengajak Ajil ke salah satu restoran yang baru saja buka. Dengan percaya dirinya laki-laki itu memilih salah satu menu disana karena nama menunya "Aesthetic".
Dan tada! Datanglah sepiring spaghetti dengan saus sarden sebagai toppingnya. Dengan muka masam Ajil terpaksa harus menghabiskan daripada mubazir.
"Cerewet lo Yu," dengus Ajil.
"Biarin yang penting ngangenin." Hayu melipat kedua tangannya.
"Dih nggak nyambung keleus." Protes Ajil.
"Udah...udah kita ditungguin loh." Aku melerai pertikaian yang tidak berarah ini.
Setelah memakan waktu untuk berdebat akhirnya kami selesai juga dengan acara memesan.
-----
Tepat pukul sebelas malam kami sampai dengan selamat di Solo. Selama diperjalanan beberapa kali aku menelepon Mas Dewa tapi nihil.
Aku meminta Hayu untuk diantarkan langsung ke apartemen laki-laki itu. Mas Dewa pernah berkata jika ia memang punya tempat tinggal sendiri karena rumah ayah dan ibu jauh dari restorannya.
Bermodalkan ingatan yang pernah diucapkan Mas Dewa tentang alamat apartemennya, aku nekat menyusul kesana karena sedari tadi perasaan khawatir masih terus menghantui ku.
"Yakin lo kesini? Nggak besok aja gitu? Ini udah malem loh Kan." Hayu menatap ku dengan pandangan ragu.
Ku lepaskan seat belt dan meraih clutch bag yang berada di atas dashboard. "Tenang aja gue langsung pulang kok, jujur gue dari tadi nggak tenang Yu," menganggukkan kepala meyakinkan. "Habis gue tahu keadaan Mas Dewa, gue langsung balik beneran."

KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Dewa
Romance[Mature Content‼️] Jodoh? pasti akan datang dengan sendirinya. Dijodohkan? itu nggak pernah terpikir di otak ku apalagi aku hanyalah gadis penurut, liat ibu melotot dikit aja udah takut. Tapi bapak pernah bilang, "witing tresno jalaran soko kulino"...