Suasana Jogja di malam hari memang nggak boleh dilewatkan, di sekitar hotel tempat kami menginap terdapat banyak pedagang kaki lima dan warung-warung yang menjual berbagai makanan tentunya dengan harga yang aman di kantong.
Mata ku sejak tadi sibuk menjelajah melihat kanan dan kiri penasaran dengan apa yang ku lihat. Kami memutuskan tidak langsung masuk ke dalam hotel karena aku bersikeras ingin jalan-jalan sebentar.
Setelah perdebatan alot yang memakan waktu hampir lima belas menit, Mas Dewa setuju untuk menemani ku walaupun entah itu iklhas atau tidak.
"Ayo masuk kamar, kamu nggak capek?" Aku menggeleng.
Ia berdecak, "ck, tadi kayaknya lesu pengen rebahan sekarang malah aktif banget."
"Jajannya banyak loh mas, nggak mau nyoba? Tuh disitu juga ada." Aku menunjuk salah satu stand jajanan yang paling banyak antriannya.
Mas Dewa menghela napas berat seakan ia membawa beban yang begitu berat tapi tanpa basa-basi Mas Dewa menggandeng tangan ku.
Ternyata stand yang sejak tadi membuat ku penasaran karena antriannya yang mengular itu menjual jajanan khas Korea, seperti odeng, tteokbokki, gimbab, Jajangmyeon, dan masih banyak lagi.
Mata ku seketika berkaca-kaca, keinginan untuk memborong semuanya terasa kuat. Tapi aku sadar bahwa perut ini pasti tidak bisa menampung semuanya.
"Mau?"
"Iya! boleh ya mas?"
Ia mengangguk dan menyuruh ku untuk duduk sementara laki-laki itu rela mengantre diantar barisan ciwi-ciwi. Mukanya yang melas membuat ku tidak tega tapi apa boleh buat ia menawarkan bukan?
Hampir sepuluh menit kami menunggu akhirnya beberapa jajan viral itu sudah berada di genggaman. Tersenyum puas aku memeluk lengannya sebagai tanda terimakasih.
"Makasih mas."
"Anything for you." Balasnya manis.
-----
Sesampainya di kamar aku langsung mengeksekusi jajan ku terutama tteokbokki, katanya ini enak. Apalagi Hayu-- Si duta kuliner sering memanas-manasi ku.
Mas Dewa duduk di ranjang sembari menatap makanan itu bosan, ia mempunyai prinsip lebih baik makan nasi bisa bikin kenyang. Dia memang orangnya Indonesia banget, nggak kenyang kalau belum makan nasi. Ada yang sama?
"Mas mau mandi dulu." Ia bangkit dan berjalan menuju kamar mandi.
Setelah sosoknya menghilang di balik pintu aku langsung mengambil ponsel dan menelusuri sesuatu di internet. Aku perempuan dewasa dan sudah menikah jadi aku paham betul kewajiban sepasang suami isteri untuk memenuhi kebutuhan biologis mereka. Apalagi sejak kemarin Mas Dewa sudah melayangkan kode-kode yang aku paham tapi pura-pura nggak tahu.
Bukan karena aku nggak mau tetapi entahlah rasa tidak siap masih membayang-bayangi. Beberapa teman kuliah ku dulu kebanyakan memilih menikah walaupun mereka sedang menjalankan program kuliah, dari situ aku menjadi paham pengalaman apa saja yang telah mereka lewati. Dan rata-rata para perempuan pada malam pertama memang merasakan hal yang sama. Campur aduk rasanya.
Dulu aku hanya menanggapi angin lalu, toh rasanya kurang penting juga aku mendengarkan tetapi sekarang penyesalan itu datang, buktinya saat ini aku sedang kelabakan.
Sudah beberapa website aku telusuri sampai aku nggak sadar Mas Dewa sudah keluar dari kamar mandi dan....dengan sehelai handuk yang menutupi pinggangnya.
Pahatan sempurna itu terpampang nyata di depan ku, seolah pemiliknya sedang menguji orang di depannya ini, apakah imannya kuat atau tidak. Perutnya yang menurut ku pas, kotak-kotak tapi yang nggak terlalu menonjol, ditambah tetesan air yang nggak sungkan mengalir di badannya.
"Hei," tangan dinginnya membelai pipi ku. Sudah bisa dipastikan muka ku merah seperti tomat. "Kamu nggak mandi, hm?"
"A-aku iya ini mau mandi." Aku melayangkan senyum kaku sebagai bentuk respon gugup.
"Beneran?"
Aku mengangguk cepat, "iya beneran!" Tanpa sadar nada bicara ku meninggi. Ya tuhan se-salting ini kah seorang Kanti Prameswari.
Laki-laki itu tersenyum bukan senyum jahil tetapi manis. Sangat manis.
"Oke mas percaya kamu mau mandi," ia terkekeh. "Bareng?" Tanyanya.
"Bareng?"
"Mandinya." Ucapnya bertepatan dengan bibirnya yang mengecup bibir ku.
Aku pikir kecupan itu hanya kecupan sekilas seperti biasanya tetapi tidak, Mas Dewa malah menikmati dan menekan tengkuk ku. Aku yang awalnya terkejut pelan-pelan mulai mengikuti arah permainannya. Ciuman kami semakin mendalam, saling mengeksplor satu sama lain.
Ia menggigit bibir bawah ku membuat aku tanpa sengaja memberi akses kepadanya, lidahnya mulai bermain seakan ia mengajak milik kami bermain dan menari bersama.
Posisi kami sudah semakin intim, sehelai handuk yang menutupi pinggang Mas Dewa jatuh entah kemana, ia sendiri tidak peduli bahwa dirinya sudah polos. Buktinya Mas Dewa tidak ada niatan sama sekali untuk mencari handuk itu. Sedangkan aku, aku masih lengkap dari atas sampai bawah.
Kabut gairah mulai datang membuat aku mati-matian menahan gejolak yang belum pernah ku rasakan. Tetapi semuanya nihil ketika laki-laki itu menyingkap dress yang aku kenakan.
Mas Dewa mulai merangkak ke bawah menuju pusat gairah ku, aku panik tetapi disaat bersamaan juga tidak ingin mengakhiri. Aku menahan kepalanya untuk nggak meneruskan aksinya tetapi di sisi lain aku juga membuka kaki lebar-lebar. Napas ku mulai terengah-engah saat ia memberikan kecupan yang menjalar ke dalam area paha ku.
Tangan ku sudah meremas sprei sehingga bentuknya sudah tidak karuan, rambut yang tadi lumayan rapi sekarang sudah berantakan persis seperti singa. Belum sempat aku menyesuaikan diri, laki-laki itu membelai pusat gairah ku membuat gerakan naik turun. Disini aku sudah tidak bisa memakai akal sehat, aku menyerah. Gila. Ini gila.
Dengan sengaja aku menekan kepalanya untuk masuk lebih dalam, I want more. Untungnya Mas Dewa paham dengan gerakan ku, ia menarik celana dalam warna hitam yang ku pakai. Setelah berhasil lepas ia menunjukkan barang itu sambil tersenyum senang.
Ia kembali fokus dengan kegiatannya sedangkan aku...ya aku sibuk mengeluarkan suara-suara aneh.
-----
Stop sampai sini atau mau dilanjut nih kegiatan panasnya Mas Dewa sama Kanti?
Padahal disini lagi gerimis tapi kenapa panas ya? Hahahahaa
Anyways Happy 10K para readers ku, terimakasih banyak sudah membaca karya ku yang satu ini. I'm so happy hihihi.
Jangan lupa taburan bintang nya ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Dewa
Romance[Mature Content‼️] Jodoh? pasti akan datang dengan sendirinya. Dijodohkan? itu nggak pernah terpikir di otak ku apalagi aku hanyalah gadis penurut, liat ibu melotot dikit aja udah takut. Tapi bapak pernah bilang, "witing tresno jalaran soko kulino"...