Bab 1

3.1K 80 2
                                    

Happy Reading

"Ibu sama bapak yakin mau menjodohkan Kanti?" ucap Mbak Gladis sambil menggendong Jenar, anaknya.

"Bapak mu ini nurut ngikut ibu, yang pasti pilihan ibu itu sudah melihat dari bebet bibit bobotnya, nduk." Bapak berjalan sembari membawa gelas kopinya yang sudah habis ke dapur.

Mbak Gladhis yang mendengar ucapan bapak hanya menghela napas berat sambil menepuk-nepuk pelan pantat Jenar.

"Gladhis, yang mau dijodohkan itu adikmu, kok kayaknya kamu yang keberatan?" ibu menatap Mbak Gladhis dengan seksama.

"Ibu coba ngobrol berdua dulu sama Kanti, siapa tau ada yang mau Kanti sampaikan ke ibu." Mbak Gladhis berjalan menuju halaman belakang meninggalkan aku dan ibu berdua.

"Apa ada yang mau Kanti sampaikan ke ibu?"

"Hm, anu, enggak bu." Aku memilin tanganku sambil menunduk.

"Beneran? liat ibu to nduk." Terdapat nada tegas diucapan ibu yang otomatis itu sudah nggak bisa dibantah.

"Iya bu, Kanti beneran." Ucapku sambil mendongak dan menatap ibu lembut sambil tersenyum tipis.

"Ya sudah kalau ada yang mau Kanti sampaikan ke ibu atau bapak, bilang ya nduk, biar ibu dan bapak tau." Ibu berdiri sambil membawa piring sisa pisang goreng.

Selepas ibu pergi, aku menerawang jauh ke depan, pikiranku berkelana dan menari.

Apa yang harus aku lakukan? apakah pilihanku sudah tepat? aku bahkan nggak tau seperti apa wajah calon suamiku.

Aku menghela napas pelan sambil berjalan menuju kamar. Sesampainya di kamar, aku menghempaskan pelan tubuhku yang terasa lelah di kasur empuk ini.

"Apa mau mu Kanti?" ucapku pelan sambil memandang jauh langit-langit kamar.

Tiba-tiba ponsel ku berbunyi dan menampilkan wajah Hayu, teman seperjuangan dari bangku menengah atas sampai sekarang.

"Astaga! Kanti muka lo!" teriaknya, sampai aku menjauhkan layar ponsel dan mendengus.

"Kenapa Yu? jangan mulai deh." terdengar suara tertawa pelan dari sebrang sana.

"Keluar yuk, Kan. Gue tiba-tiba keinget Lumpia Semarang depan Orion terus kita sekalian muter-muter." Aku melihat tubuh Hayu yang bergoyang-goyang setiap membicarakan yang namanya makanan.

"Jemput."

"Oke, on the way sayang!"

"Hm."

Aku berdiri sambil membawa cardigan berwarna cream dan menguncir rambut ku rapi. Setelah kurasa rapi aku berjalan keluar kamar.

"Ibu, Kanti mau keluar cari lumpia sama Hayu, ibu mau nitip sekalian?" Ibu menolehkan kepala.

"Boleh, bapak kamu dari kemarin pengen lumpia tapi ibu belum sempat beli. Beli 5 biji aja ya nduk takutnya nggak habis." Aku melihat ibu menyodorkan uang kepadaku.

"Pakai uang Kanti aja dulu, bu." Terdengar suara motor dan bisa ku tebak pasti itu Hayu.

"Ya sudah, hati-hati ya nduk, jangan ngebut."

Mas DewaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang