Sesuai dengan janji Mas dewa yang ia katakan pada ku saat sarapan tadi, aku sudah rapi dengan dress manis berwarna coklat khaki beserta flat shoes putih. Tidak lupa cincin yang melingkar di jari manis ku membuat seorang Kanti semakin bersinar. Jam dan menit sudah menunjukkan pukul dua belas siang bertepatan dengan pintu kamar yang dibuka oleh seseorang.
"Udah siap?" Mas Dewa datang dengan kotak besar berwarna coklat yang aku belum tahu apa itu di dalamnya.
"Udah, itu apa mas?" Laki-laki itu hanya tersenyum manis dan langsung memberikan rangkulan serta ciuman manis di pipi.
"Rahasia."
Aku hanya berdecak tapi tak memungkiri bahwa aku suka dengan aksinya yang tiba-tiba.
Saat di dalam mobil, aku tersentak melihat jok belakang dipenuhi dengan berbagai macam kotak, ada yang besar dan kecil, yang aku tebak ini pasti untuk anak-anak karena dilihat dari kertas yang membungkusnya.
Pikiran ku melayang apakah kami akan menghadiri pesta ulang tahun? Tapi siapa?
Tangan Mas Dewa mengacak pelan rambut yang sudah ku tata sedemikian rupa sembari tertawa kecil, "kamu mikirin apa?"
"Siapa yang ulang tahun mas?"
"Emang siapa?" Ia mengerenyitkan alisnya.
"Ih kok balik nanya?"
Laki-laki itu tertawa, "nanti juga tahu. Oke." Aku hanya mengangguk, tidak ingin bertanya lebih jauh.
Setelah perjalanan yang memakan waktu dua jam yang aku habiskan dengan berkelana di alam mimpi akhirnya kami sampai di salah satu panti asuhan yang berada di Kota Gudeg. Mas Dewa membangun kan ku dengan tepukan pelan di pipi sambil mendekat kan wajahnya.
Aku yang tak tahan dengan hembusan napas yang menerpa permukaan kulit ku akhirnya terbangun. Sudah tidak ada jarak diantara kami, ada, tapi sedikit. Ia mengecup sekilas dan menjauhkan wajahnya.
"Ayo masuk kita udah ditungguin tuh." Dagunya terangkat menunjuk ke arah depan bahwa sudah ada perempuan berumur dan anak perempuan di depan panti yang menunggu kami.
Panti asuhan yang berada di depan ku terlihat asri, banyak pepohonan di sekelilingnya membuat semakin rindang. Pohon mangga yang menjulang tinggi dengan buah-buah yang menggelantung membuat aku tiba-tiba tertarik untuk mencicipi, terlebih lagi mangga yang berwarna orange yang sering dikupas ibu untuk ku.
Di sebelah kanan bangunan panti terdapat bangunan lain seperti balai yang mungkin digunakan untuk latihan musik atau semacamnya karena ada beberapa alat musik disana.
Di sebelah kiri panti terdapat taman kecil, walaupun kecil aku tahu bahwa taman itu sangat dirawat karena banyaknya tanaman hingga bunga yang tumbuh dengan subur.
"Uncle Dewaaaa! Ia kangen sama uncle, kangen bangett!" Seorang gadis kecil berkuncir dua dengan pita berwarna merah muda menghampiri Mas Dewa.
Gadis kecil tersebut tidak sungkan langsung berlari menuju pelukan laki-laki itu dan menenggelamkan kepalanya.
Mas Dewa tersenyum sangat lebar dengan satu tangan menggendong gadis kecil tersebut dan satu tangan lagi membelai kepalanya. Pemandangan yang menurut ku sangat manis hingga tidak sadar aku juga ikut tersenyum.
"Uncle juga kangen sama Ia," laki-laki itu memberi serangan berupa gelitik membuat Ia tertawa geli. "I'm sorry, uncle baru sempet dateng kesini."
Gadis kecil tersebut menggeleng kuat, "nggak papa kok, yang penting Uncle Dewa sekarang udah disini hihihi."
Mas Dewa menurunkan Ia dan bocah kecil itu melihat ke arah ku, "halo aunty!" Sapa Ia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Dewa
Romance[Mature Content‼️] Jodoh? pasti akan datang dengan sendirinya. Dijodohkan? itu nggak pernah terpikir di otak ku apalagi aku hanyalah gadis penurut, liat ibu melotot dikit aja udah takut. Tapi bapak pernah bilang, "witing tresno jalaran soko kulino"...