a

18.6K 709 6
                                    

welcome dear-!

happy reading~

*****

"Lagian dia siapa pake segala bilang gue mahasiswa kupu-kupu? Sialan, dia ga pernah liat gue sering pake almat himpunan!"

Nadia mendengus dengan kedua alisnya menekuk curam. Dadanya naik turun dengan tangan kanannya menggenggam erat gelas jusnya. Satu jam lalu dia tidak sengaja bertemu dengan salah satu dosen muda idaman kampus. Tapi saat berpapasan, dosen itu tiba-tiba mengatakan kalimat seperti tadi padanya hanya karena dosen tersebut sering melihat nadia berhilir mudik tak jelas di koridor kampus.

"Gak tau aja dia gue muter-muterin koridor kampus tugasnya nagih setoran risol anak himpunan!"

Nadia masih mendengus dan mengomel. Bahkan hal itu sudah berlalu hingga 30 menit kemudian seusai ia dan sahabatnya sampai di kantin.

"Kurang ajar!" penutup, Nadia mengatai dosen yang tak pernah mengajarnya itu dengan tidak sopan. Nadia seolah tak ingat jika ia sedang berada di sekitaran kampus yang mungkin saja ada mahasiswa yang cepu mengadukannya ke si dosen itu.

"Mau risol gak, Nad?" tanya Pinkan. Tangan gadis itu melayangkan risol di udara. Risolnya bergoyang nampak seperti jeli.

nadtia melirik sinis. "gakt! Enek gue makan risol sisa danus mulu!"

Lantas gadis itu menyeruput jusnya dengan ganas. Persis seperti sedang kerasukan kuda lumping yang kehausan.

"Ada tugas gak sih kelasnya pak heru?" tanya Nadia kemudian.

"gaky ada. ycuma ada kuis dadakan doang deh kalo gak salah," balas Pinkan seusainya menyedot minumannya.

Tak lama, seperti angin, Aldo datang dengan menaruh map berisi berkas-berkas entah apa ke atas meja. Duduk di samping Pinkan yang nyaris tersedak minumannya gara-gara kedatangan aldo.

"Eh ada hot news nih!"

Baru datang sudah bawa gosip.

Nadia menopang dagu. Menatap Aldo dengan tatapan manja. "Gosip apa tuh?"

"Pak Heru katanya udah pensiun! Terakhir adain kelas pas minggu kemarin!" terang Aldo dengan suara maskulinnya.

Mata Nadia membulat cerah. Nadia memang tidak bodoh-bodoh banget, tapi kalau ada pembatalan kelas mendadak Nadia juga senang. Senang sekali malah.

"Gak ada kuis dong ya hari ini?" tanya Nadia memastikan.

"Gak yakin deh..." jawab Aldo.

"Lah? kayn lo sendiri tadi yang bilang pak Heru udah pensiun," tuding Nadia.

"Makanya jadi orang tuh pinteran dikit. Cerna omongan gue! Gue kan gak ada bilang kuisnya dibatalin. Gue cuma bilang pak Heru udah pensiun..." Aldo menarik napas dahulu, kemudian melanjutkan kalimatnya.

"Kelasnya pasti diganti sama dosen lain. Lo kayak yang gak pernah ngalamin hal beginian aja deh! Belagak kayak maba aja," sinis Aldo.

Nadia mendengus. Pinkan hanya bisa menggeleng lemah. Dua sahabatnya itu memang gemar beradu mulut.

"Terus siapa dong yang bakal gantiin pak Heru?" tanya Nadia lagi.

Aldo mengidikan bahunya. Wajahnya seolah tak tahu dan bodo amat.

"Ada bilang sih dosen cowok kepercayaannya pak Heru. Atau bahasa kasarnya antek-anteknya pak Heru," Aldo berbisik di kalimat akhirnya.

Pinkan yang sedari tadi diam tiba-tiba bergidik ngeri. "Serem dong!" bisiknya.

Aldo mengangguk setuju, begitu juga dengan Nadia.

"Sama-sama kayak mafia ya? Gak banyak ngomong tapi tau-tau nge-kill mahasiswanya sama tugas dan sebagainya!"

Nadia mengeluh lagi.

"Btw, dosen penggantinya bukan si so tau itu kan?" tanya Nadia.

aldto mengerenyit dahi. Menoleh pada Pinkan, bertanya. Lantas Pinkan membisikan nama seseorang yang Nadia maksudkan tadi. Sedetik kemudian Aldo mengangguk paham.

"Kurang tau. Tapi kemungkinannya sih iya," balas Aldo.

Nadia menghela napas malas dan berat. Bahunya merosot dengan matanya yang semakin sayu.

Sampai kemudian suara derekan kursi kayu mengintrupsi obrolan tiga orang itu. Membuat atensi ketiganya teralihkan ke sumber suara. Ke kursi belakang nadia yang terdapat seorang lelaki tegiap yang baru saja berdiri dari duduknya. Beberapa detik kemudian lelaki itu berbalik. Wajahnya yang tampan seketika membuat ketiga mahasiswa itu membulatkan mata dengan bibirnya yang tak tertutup rapat.

"Sudahi gibahnya, ya. Segera masuk ke kelas karena kelasnya bentar lagi dimulai," kata lelaki itu yang lantas melenggang pergi dengan santai.

dia pak Dikta. dosen muda, duda, dan idaman mahasiswa.

Napas ketiganya nampak belum kembali normal karena aroma parfum pak Dikta masih tercium di sekitaran mereka meski ia sudah melangkah terpaut jauh.

"Mampus! Dia denger dumelan gue soal risol gak ya?!"

Waktu Indonesia bagian Nadia overthinking.

*****

to be continued

Beloved StepmotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang