l

5.5K 359 1
                                    

widihh... udah berabad-abad nih ini cerita nganggur, hahaa..

okay, kita lanjutkan aja kali ya. silahkan, selamat baca~

*****

Aku membuka mataku. Perlahan aku bisa melihat apa-apa yang ada di sekelilingku. Biar ku perjelas, aku sedang berada di dalam mobil. Pemandangan di depanku adalah pak Dikta yang menyetir agak kebut. Dan di sampingku ada Nada yang menggenggam erat lenganku.

"Pak..." panggilku agak lirih. Tenagaku masih belum cukup kuat untuk mengeluarkan suara yang lebih lantang.

Nada kelihatannya mendengar suaraku. Terbukti dari dia yang sekarang menatapku dengan mata bulatnya yang melotot. Lantas berdiri, menepuk bahu ayahnya untuk menghentikan laju kendaraan.

Dan ya, pak Dikta menurutinya dengan cepat. Berbalik menoleh padaku dengan sorot mata yang... khawatir (?)

"Kamu udah sadar?" tanyanya.

Aku mengangguk.

"Kita ke rumah sakit sekarang," katanya lagi, kembali bersuara. Gerakannya hendak kembali melajukan mobil.

"Enggak usah, Pak. Saya gakpapa kok," tolakku.

Pak Dikta kembali berbalik menyerong padaku. Tatapannya kali ini nampak agak kebingungan.

"Apanya yang gakpapa? Kamu pingsan tadi," balasnya, yang sebenarnya aku sendiri gak perlu balasannya. Lagian aku benar-benar gak apa-apa kok. Kepalaku udah baikan, dan ini udah biasa terjadi.

"Iya, gakpapa kok, Pak. Paling saya cuma kecapekan aja, sama telat makan. Biasalah, Pak, namanya juga anak kuliahan plus kostan," kelakarku yang sama sekali gak lucu.

Effortless banget emang.

Pak Dikta gak jawab. Mungkin dia lagi pertimbangin perkataanku.

"Kamu beneran gakpapa?" sampai kemudian dia bertanya begitu. Dan dengan cepat aku mengangguk.

Pak Dikta menghela napas. "Ya, udah. Kalau gitu saya antar kamu pulang. Kasih tau saya alamat rumah kamu."

Karena aku gak mau banyak conversation sama duda ini, jadinya aku kasih aja alamatku ke dia yang dengan sigap langsung dicari di maps mobilnya. Iya, dia kan emang kaya, jadi jangan heran.

Dalam perjalanan menuju rumah, Nada sama sekali gak lepasin genggamannya di lenganku. Entah kenapa aku rasanya gemas lihat dia begitu. Kata si wanita mewah, Nada itu nakal. Tapi yang aku lihat anak ini gak gitu, gak sama seperti apa yang dibilang si wanita mewah.

Aku menghela napas dalam tanpa suara. menatap jalanan di depan yang penuh dengan sorot lampu jalanan dan kendaraan lain. Menurutku itu pemandangan yang paling bikin perasaanku membaik. Entah, tanpa alasan aku merasa seperti itu.

Dalam hati aku juga bertanya, 'Kenapa ya sama aku? Kenapa belakangan ini aku sering ngerasain mual, pusing, bahkan aku sering pingsan tanpa orang-orang sadari?'

Malam ini, kejadian malam ini, bukanlah kejadian yang pertama. Ini sering terjadi entah sejak kapan, aku lupa, tapi yang jelas kejadian seperti ini sudah cukup lama aku alami. Aku terlalu takut untuk memeriksakannya ke dokter. Dan aku selalu mempercayai bahwa rasa sakitku hanya karena maagku saja.

Bukan hamil anak jin.

*****

to be continued.

jangan lupa vote dan komentarnya ya~

Beloved StepmotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang