k

5.5K 361 2
                                    

Oh ternyata ngajak makan malamnya gratisan juga si duda. Dia ajak makan malam aku ke acara ulang tahun teman Nada yang kebetulan-enggak kebetulan juga sih-kaya. Lihat aja tumpukan kue ulang tahun itu, udah mirip sama kue pernikahan gitu. Gak kebayang kalau temannya Nada nikah bakal setinggi apa kuenya.

"Oh gini ya, pak, ulang tahun anak orang kaya?" gumamku.

"Itu kuenya bisa dibagiin satu kelurahan tuh pasti," gumamku lagi.

"Itu kuenya palsu," celetuk pak Dikta.

Aku menoleh pada dia. Gak percaya ah! Masa iya orang kaya kuenya palsu.

"Gak mungkin ah," balasku.

"Bener kok. Kue yang bisa dimakan cuma satu tumpuk aja. Itu tuh yang di depan anaknya," tunjuk pak Dikta pakai dagu.

Aku ikutin arah tunjuknya. Meski agak gak percaya kalau kue yang tinggi itu palsu, tapi kayaknya mungkin mungkin aja gak sih? Lagian siapa juga yang mau makan kue bolu sebanyak itu. Sesuka-sukanya aku sama bolu pisang, aku juga gak kuat kali habisin satu bulatan bolunya.

"Nada, mau makan apa? Biar kakak ambilin," tanyaku, menawarkan diri kalau-kalau Nada sudah kelaparan.

"Nanti aja, kak, kalau Sheila udah tiup lilin," balas Nada dengan senyum.

Aku mengangguk. Dalam hati sih aku beneran nahan lapar banget. Tega banget pak Dikta gak beliin aku cemilan dulu sepanjang jalan. Padahal kan aku belum makan siang dan ini udah nyaris jam makan malam. Nyebelin banget.

*****

"Kak, gak mau sayurnyaaa.."

Nada merengek ketika aku menyendokkan nasi beserta sayur ke dalam piringnya. Dia merengek ketika antrian masih panjang.

"Gak mau? Ya udah nanti kakak sisihin ke piring kakak, ya," kataku. Tadinya mau aku suruh dia makan aja apa yang ada, tapi karena Nada anak orang dan di belakangku banyak yang ngantri, jadinya ku urungkan buat ngomel.

"Loh ini kakaknya? Saya kira tadi mamanya Nada," ibu-ibu yang berdiri di belakang nyolek bahuku. Membuatku menoleh padanya kaget, habis gitu senyum canggung.

Setua itukah aku sampai dikata mamanya Nada?

"Kak Nadia emang bundaku kok, Tante."

Nada berujar begitu bikin yang nanya tadi kebingungan. Wajar aja sih gak ngerti, orang tiba-tiba Nada bilang gitu. Si ibu kan gak tahu perkara yang terjadi sampai akhirnya aku injakan kaki ke pesta ulang tahun ini.

Oh iya, Nada udah mulai gak manggil aku Bunda terus. Masih sih, tapi gak selalu. Bukan apa-apa, masalahnya aku agak canggung kalau dipanggil begitu. Toh, aku belum menikah sama pak Dikta. Kalau mau manggil aku Bunda nanti aja kalau aku sama bapaknya udah sah. Itu pun juga kalau jadi nikah.

Kita duduk di bangku yang sudah terdapat pak Dikta nya. Tadi pak Dikta lebih duluan ambil makan. Dan kelihatannya si bapak belum sentuh sedikit pun makanan di atas piringnya. Kayaknya sih nungguin.

"Gak mau sayur!" tolak Nada. Menyisihkan sayuran di atas piringnya.

Aku menghela napas. Dulu waktu aku masih kecil juga gak suka sama sayur, tapi mama selalu bilang kalau sayur itu bagus dan banyak manfaatnya.

"Makan, cobain sedikit dulu deh," kataku, membujuk sambil menyendokkan nasi beserta sayur buat Nada.

Nada tutup mulut sambil menggeleng.

"Nada, sayur sehat. Masa iya kamu mau makan lemak terus? Makanan yang kamu makan harus seimbang dong, jangan berat sebelah. Mau kamu banyak lemaknya? Ayo makan, cobain nih wortel."

Aku terus membujuk, tapi Nada tetap gak mau. Mau menyerah aja rasanya, tapi aku gak mau Nada gak suka sayur sampai gede. Ini bukan hal besar memang, tapi kan... Ah sudahlah.

"Gak mauuu. Nada gak suka sayur!"

"Kalo gak dimakan mubazir, Nada. Nanti sayurnya nangis," kataku.

Ku dengar pak Dikta nyaris tertawa. Membuatku menoleh, menampilkan pak Dikta yang menutup mulutnya. Ngeselin banget!

Aku terus membujuk Nada buat makan sayur, tapi tiba-tiba kepalaku sakit bukan main. Sakit banget, gak tahu kenapa.

"Nad, kenapa?" tanya pak Dikta. Tangannya yang menyentuh bahuku terasa sangat berat rasanya.

"Kak? Kakak kenapa?!" kali ini suara nyaring Nada yang ku dengar. Tapi setelah itu semuanya hilang. Aku gak bisa dengar apa-apa dan...

Semuanya gelap.

*****

to be continued.

jangan lupa vote dan komentarnya ya~

Beloved StepmotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang