long time no see yaa :)
aku tau kalian bosen nunggu, jadi ku kasih ini aja dulu yaa. feedbacknya ditunggu >_•
*****
"Pak, Nada udah hafal berapa surat?"
Aku bertanya ketika kami berada di perjalanan untuk menjemput Nada ke sekolah.
"Surat apa?" tanya Pak Dikta kebingungan.
Aku menoleh padanya yang sedang fokus menyetir. Wajahnya nampak sejuk dan tenang tapi terkesan serius. Seperkian detik aku tersenyum melihat pahatan Tuhan itu. Lama-lama aku bisa suka beneran deh sama dosen killer ini. Duh bahaya!
"Hafalan surat Al-qur'an, Pak. Bapak ajarin Nada soal itu 'kan? Maaf, Pak, saya gak sopan nanya begini," kataku agak gak enak. Gimanapun juga Pak Dikta kan dosenku, dia lebih tua dari pada aku.
Pak Dikta mengulum kedua bibir tipisnya. Matanya masih terus fokus ke jalanan yang sebentar lagi sampai ke sekolah Nada. Pria tinggi itu menggaruk tekuknya dengan kepalanya yang sedikit miring.
"Saya daftarin Nada ke pengajian deket rumah sih," jawab pak Dikta.
Aku mengangguk. "Pulangnya Bapak tagih hafalan 'kan?"
Pak Dikta memberhentikan mobilnya di parkiran sekolah Nada. Lantas menoleh padaku sambil nyengir kaku.
"Enggak. Saya 'kan sibuk, Nad. Yang penting saya sudah daftarkan Nada ke pengajian, dan Nada selalu hadir mengikuti pembelajarannya," terang pak Dikta.
Aku menatapnya tajam.
"Bapak sibuk pacaran nih pasti sama si wanita mewah," sindirku bersembunyi dibalik guyon tawa.
Pak Dikta diam sejenak. Ah, males deh kalo gini! Aku mending turun duluan aja sambil nunggu Nada keluar kelas.
"Dulu waktu mamanya Nada masih hidup, Nada ngaji dan belajar agama sama mamanya. Tapi setelah itu udah enggak. Saya mau menggantikan posisi mamanya, tapi saya beneran gak ada waktu. Saya juga butuh istirahat ketika pulang kerja. Setelah bangun saya juga tetap harus mengerjakan banyak pekerjaan rumah dan kerjaan kantor juga. Saya tau itu tugas saya untuk mendidik Nada agar tau agama, tapi saya beneran gak ada waktu. Maka dari itu saya daftarkan dia ke pengajian dekat rumah."
Aku berhenti bergerak ketika Pak Dikta mulai membuka suara, menjelaskan alasan dari sindiranku barusan sepertinya. Dari beberapa alasan yang beliau ungkap, memang ada benarnya sih. Jadi single parent emang sesusah itu. Wajar kalau Pak Dikta cari wanita baru untuk jadi pendampingnya kelak. Ya... sekedar untuk meluapkan rasa lelahnya agar segera menguap.
"Ya, udah, mulai sekarang saya aja yang gantiin posisi kurangnya Bapak buat Nada. Saya izin sama Bapak buat nagihin hafalan surat pendek ke Nada secara terjadwal ya, Pak?" aku bertanya. Takut-takut aku memberatkan beliau.
Pak Dikta menatapku kaget. Aku bukan setan loh padahal.
"Tenang aja, Pak, saya gak akan minta gaji kok," tambahku kemudian.
Pak Dikta terkekeh singkat. Mengalihkan pandangannya ke lain arah. Terhibur oleh kalimatku tapi gengsi banget buat ketawa lepas. Padahal 'kan kali-kali ya dia bisa ketawa. Di depanku maksudnya.
"Lagian kalaupun kamu minta gaji, saya gak akan kasih. Kamu 'kan nanti jadi ibunya Nada, masa iya ibu sambung dibayar buat ajarin pendidikan agama anaknya sendiri," katanya.
Aku tertegun. Masih agak kaku ya kalau bahas soal ginian. Masalahnya aku baru aja semester 6, merasa belum pantas aja gitu jadi ibu. Apalagi jadi ibu sambung. Maksudnya gimana ya jelasinnya? Agak rumit sih, tapi ya gitu deh. Agak gimana gitu. Aku 'kan gak ada pengalaman urus anak orang. Dideketin anak kecil aja aku risihnya minta ampun, rasanya aku pengen banget jitak kepala botak mereka satu-satu. Tapi ke Nada enggak kok, hehe.
"Kamu boleh isi kekurangan saya dalam mendidik Nada. Karena saya yakin dan percaya kamu bisa mengisi ruang kosong yang mendiang istri saya tinggalkan."
Aku tertegun lagi.
'Untuk mendiang istri Pak Dikta, dan mama dari Nada, kalau memang benar aku dikirim Tuhan buat mengisi ruang yang kamu tinggalin di keluarga kecil ini, tolong bantu aku untuk jadi seperti kamu sekalipun waktu yang aku punya mungkin aja gak lama. Semoga aku enggak meninggalkan bekas luka di hati mereka kelak.'
*****
to be continued
yang baca udah lumayan kan ya? Jadi kuy vote + commentnya juseyooo...
KAMU SEDANG MEMBACA
Beloved Stepmother
Literatura Feminina"Dari sekian banyak wanita yang saya kenalkan ke dia, cuma kamu yang deket sama Nada. Itu tandanya dia sayang sama kamu." - Dikta