9. Berkencan seperti seharusnya

395 31 0
                                    

Reindra mendapat kabar dari Marry seusai Thania berpamitan, Marry memberitahu Reindra perihal pembicaraan mereka.

Reindra merasa hatinya terasa kacau, disatu sisi ia merasa lega karena Thania tidak melakukan tindakan yang sempat ia cemaskan. Disisi lain ia merasa bersalah atas apa yang terjadi pada Thania. Di sisi lain juga ia terluka karena Marry masih saja tidak mempercayai perasaannya.

Dan Reindra memutuskan untuk kembali kerumah setelah menenangkan dirinya.

Meski ada kalimat yang masih mengganjal dalam hatinya, perihal apa yang disampaikan Marry.

"Thania berkata bahwa ia ingin Arsen dan Marry tetap disisi Reindra memberikan kebahagiaan yang tak bisa diberikannya saat ini dan  kelak ia akan memberikan sendiri pada Reindra kebahagiaan yang seutuhnya."

Apa maksud dari perkataan Thania, mengapa Thania justru tidak marah dan malah meminta Arsen dan Marry tetap disisinya.

Apa kebahagiaan seutuhnya yang Thania maksud?

Reindra terus memikirkannya hingga tanpa ia sadari Thania sudah berdiri dihadapannya didepan pintu Apartemen.

"Mas!!" Ujar Thania yang segera menerjang Reindra, memeluk suaminya itu erat.

.
.
.
.
.

Setelah kembali dari rumah Marry, Thania berubah 180°.
Menunjukan sisi manja yang tak pernah Reindra lihat sebelumnya, menunjukan sisi lembutnya kembali, juga sisi dewasanya.

Thania tidak pernah lagi membahas perihal Marry dan Arsen, meski sesekali ia menanyakan kabar Arsen.

Thania juga membiarkanku menginap dirumah Marry ketika Arsen sakit dan justru memintaku menemani Arsen hingga membaik.

Aku tak mengerti dengan semua jalan pikiran Thania.

"Mas.. ga kerasa ya, udah 5 bulan kita nikah." Ucap Thaia ketika aku tengah menonton televisi.

"Sudah 5 bulan ya.. waktu cepat berlalu ya Than.." ujarku seadanya, jujur aku tidak tahu harus merespon seperti apa jika Thania membicarakan pernikahan.

Pernikahan yang tampak normal meski sebenarnya Reindra tahu pernikahan mereka tak seperti umumnya.

"Mas.. aku mau liburan sebelum aku mulai lanjutin S3ku bulan depan." Pernyataan Thania membuat Reindra terkejut.

"Liburan? Sama siapa?" Tanya Reindra.

"Iyah liburan mas.. Ya sama mas, kan mas suami aku. Masa sama Jeromy tetangga sebelah sih.." ujar Thania sembari bergurau.

"Kamu mau liburan kemana memang Than?" Tanya Reindra lagi.

"Kemana aja boleh asal sama mas yayaya.." kali ini Thania menunjukkan sisi manis dan manjanya lagi yang membuat Reindra sering kali bingung harus bersikap bagaimana.

"Tapi Than kalau minggu ini mas ada konversi ke Jepang jadi kayaknya kalau minggu ini.."

"Mas ke Jepang? Berapa lama? Pas aku ulang tahun mas udah pulang?" Tanya Thania lagi.

"Kamu ulang tahun? Oh iyah .. 4 hari lagi ya Than. Mas disana sekitar 5 hari karena mas juga ada kunjungan setelah konverensi jadi lumayan lama.. Mas ga bisa nemenin kau rayain ulang tahun sepertinya Than.." jelas Reindra yang seketika membuat Thania menunduk.

"Than.. kamu marah??" Tanya Reindra lembut, ia merasa bersalah dengan Thania selama ini gadis itu sudah berusaha menjadi istri yang baik untuknya tapi ia tak bisa memberikan apapun untuk gadis itu terutama rasa cintanya.

"Than.."

"Aku mau istirahat dulu mas.." ujar Thania yang berlalu meninggalkan Reindra sendiri.

.
.
.
.
.

Thania terbangun dari lelapnya, dilihatnya jam di layar ponselnya.

13.45

Ia melihat ke sofa dan tak menemukan mas Reindra, di sofa ruang TV pun pria itu tak disana.

Lantas tak lama ia berniat menghubungi suaminya itu, dan ketika ia melihat ruang obrolannya rupanya Reindra telah meninggalkan pesan untuknya.

'Than ada panggilan darurat dirumah sakit, aku harus pergi. Maaf tidak sempat berpamitan, aku tak tega membangunkanmu. Dan Than.. kau mau ikut denganku ke Jepang? Kita bisa tinggal 3 hari lebih lama dan merayakan ulang tahunmu dengan benar. Maafkan aku sudah membuatmu bersedih, aku harap kau mau memaafkanku.' -Reindra

Thania tersenyum penuh arti melihat pesan masuk itu, dan segera membalasnya.

Her Shining HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang