"How was Arsen richo?" Tanya Reindra pada rekan sejawatnya dari departemen bedah anak.
"He is fine right now, but we need to make a decision as soon as possible." Ucap Richard pada Reindra.
Kedua pria itu menatap sendu pada wanita yang kini tengah menggenggam tangan mungil Arsen.
"Marry.."
"Kapan kamu sampai? Don't worry he is fine now. Hanya saja demamnya belum turun." Ucap Maraline pada pria yang berusia setahun lebih tua darinya.
"Yeah.. everything will be fine, he will be fine Marry. He is strong just like me." Ucap Reindra menghibur Marry.
Malam itu Reindra menemani Marry menjaga si kecil Arsen dirumah sakit.
.
.
.
.
.
.
.Reindra kembali di pagi buta berusaha tak membuat suara agar tak membangunkan wanita yang kini berstatus menjadi istrinya.
Sejujurnya saat dirumah sakit Reindra tak memikirkan Thania sama sekali namun dalam perjalanan pulang perasaan bersalah menyergapnya.
Bagaimana tidak, Reindra meninggalkan Thania sendirian di malam pertama mereka. Dan di hari pertama Thania tinggal di rumahnya.
Cklek..
Reindra memasuki kamarnya dan me dapati Thania tengah tertidur dengan keadaan seperti janin dalam perut ibu.
Ini pertama kalinya Reindra melihat posisi tidur Thania yang seperti ini.
Tangan Reindra berusaha menyampirkan anak-anak rambut yang menutupi wajah cantik Thania.
"Maaf, aku bukan suami yang baik bukan? Padahal aku sudah berjanji bahwa aku akan menjadi suami yang bertanggung jawab tapi nyatanya terlampau sulit jika aku harus memilih diantara kalian.. Maafkan aku Than" ucap Reindra yang segera bergegas memasukkan barang-barang yang di perlukannya dan kembali kerumah sakit dengan meninggalkan secari kertas disamping tempat tidur.
.
.
.
.
.
.Thania terbagun dan menyadari bahwa Reindra sempat pulang dan sudah kembali lagi kerumah sakit.
Ada sebersit rasa pedih, dan kecewa.
Sebegitu tidak diinginkannyakah dirinya dalam hidup suaminya?
Namun Thania tidak ingin berlarut-larut memikirkannya karena ia sudah mengetahui jawabannya.
Thania memilih untuk mengunjungi rumah Rania dan bermain bersama keponakannya yang cantik. Itu adalah rencana awalnya hingga Rania mengajak dirinya untuk menemaninya menjenguk anak temannya yang sakit sedangkan Tsania tengah bermain bersama Jade sepupunya.
"Kamu mau ikut mbak atau mau nemuin suamimu aja?" Tawar Rania dengan nada menggoda.
Ya karena saat ini rumah sakit yang dikunjungi mbak Rania adalah rumah sakit tempat Mas Reindra dan Mas Aga bekerja.
"Ikut mbak saja, yuk aku juga belum pernah lihat departemen anak"
"Cie latihan ya.."
"Latihan apa mbak?" Tanya Thania bingung
"Halah kamu ini pura-pura ga ngerti. Yasudah yuk" tarik mbak Rania.
Saat Rania asyik berbincang dengan sahabatnya, Thania yang bosan memilih berjalan-jalan disekitar departemen bedah anak hingga ia mendengar suara yang tidak asing dari belakangnya tepat ketika seorang anak yang kira-kira berusia 2 tahun berteriak..
"Daddy daddy daddy is home!!" Sembari berlari
"Arsen becareful.." pria itu berlari melewati Thania yang merasa sangat mengenali suara dan punggung yang lebar itu.
Pria itu menangkap bocah lelaki itu dan menggendongnya, bersamaan dengan wanita berjubah putih berlari kearah mereka.
"Arsen! Stop running please"
"Sorry mom" ucap bocah lelaki itu yang segera memeluk erat pria yang tengah menggendongnya.
Sedangkan Thania bersitatap dengan Marry yang tercengang melihat kehadirannya.
Deg!
"Arsen come with mommy first okay"
"No i want with dad"
"Arsen.."
"Let him with me marry, what's wrong with you."
"Just look behind.."
Reindra berbalik dan mendapati Thania yang tengah mematung memandang Arsen dan dirinya bergantian.
Reindra berusa memberikan kode pada Marry untuk membantunya melepaskan Arsen, namun sebuah tangan mengelus kepala Arsen.
"Hai anak tampan? Apa namamu Arsen?"
Tanya Thania yang membuat Reindra dan Marry terdiam dan saling menatap sendu."Iya aku arsen, apa kamu mengenalku?" Tanya bocah itu penasaran
"Sekarang aku mengenalmu anak manis" jawab Thania manis
"Apa kamu teman mom and dad?" Pertanyaan itu membuat semua terdiam dan saling menatap
"Aku? Aku teman ayahmu" ucap Thania sembari mengusap pipi gembul arsen.
"Siapa namamu aunt?" Tanya Arsen antusias
"Thania?" Terdengar suara Rania yang mencarinya.
"Namaku Thania, aku harus pergi sampai jumpa lagi Arsen."
"Bye bye aunt pretty Thania" ucap Arsen yang membuat Thania terkekeh dan melambaikan tangan buru-buru menghampiri Rania yang tadinya akan menyapa sepupu iparnya juga.
.
.
.
.
."Than, tadi yang Reindra gendong siapa?" Tanya Rania pada Thania yang enggan Thania jawab detail.
"Arsen"
"Ohh anak temennya ya?"
"Mbak laper makan yuk." Alih Thania
Setelah menghabiskan makan siang bersama Rania, Thania pamit untuk pulang lebih dulu karena sejak tadi Reindra tak berhenti untuk menghubunginya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Her Shining Heart
FanfictionTentang seorang gadis yang tetap mencintai takdir yang telah mengoyak seluruh dunianya. Dear reader budayakan untuk follow akun author ya, tinggalkan jejak kalian juga dengan vote dan komen sebagai bentuk support ya👍 Ceritanya kemungkinan akan Auth...