Hari itu juga aku mas Reindra mbak Rania dan si kecil terbang ke Indonesia. Sedang mas Aga akan menyusul setelah menyelesaikan beberapa hal, di hari yang sama dengan penebangan yang berbeda.
Selama didalam pesawat aku hanya menangis dalam diam, sembari terus menggenggam erat tangan lelaki yang kucintai. Meski perkataan nya soal perpisahan masih kuingat dengan jelas, tapi aku tak perduli saat itu aku membutuhkannya. Membutuhkan mas Reindra sebagai tempat bersandar.
***
Saat tiba di Indonesia aku tak bisa lama menatap jenazah bunda yang sudah disucikan, karena para tetua mengatakan tidak baik menunda pemakan berlama-lama. Maka bunda segera dimakamkan setelah kedatanganku.
Selama di pemakaman aku berusaha tak menangis, bunda selalu berpesan padaku untuk tidak menangis ketika berada di pemakaman karena itu aku tak menangis.
Namun sepanjang pemakaman berlangsung, mas Reindra setia mendampingi ku dan tak melepaskanku dari rangkulannya.Bahkan setelah pemakaman, seperti saat ini Mas Reindra masih setia menemaniku. Termasuk Bunda (ibu mas Reindra) yang tidak meninggalkanku, aku adalah anak satu-satunya di keluargaku sebenarnya aku memiliki kembaran bernama Zidan yang sudah lebih dahulu pergi bersama Ayah akibat kecelakaan belasan tahun lalu. Sehingga hanya menyisakan aku dan bunda yang kini juga telah pergi menyusul ayah dan Zidan untuk selamanya meninggalkanku sendiri.
Aku terdiam di ruang tengah, tempat dimana aku dan bunda biasa menghabiskan waktu bersama untuk sekedar bercerita atau menyulam bersama.
Entah mengapa rasanya hatiku masih belum menerima kepergian bunda, bau tubuh bunda masih melekat di seantero penjuru ruangan bahkan sofa yang kududuki membuatku menyesali akan diriku yang jarang pulang hingga tak bisa membuat lebih banyak kenangan lagi di sofa ini bersama bunda. Tidak ada yang lebih sakit selain kehampaan yang tiba-tiba menyergapku.
.
.
.
.Thania masih terdiam duduk dengan pandangan menatap lurus namun entah dimana pikirannya saat ini berada. Hal yang membuat Shirla menatap pilu gadis dihadapannya yang sejak kecil sudah seperti anaknya sendiri.
Shirla membawa Thania dalam pelukannya, tidak ada penolakan namun Thania Tidak membalas pelukannya. Membuat wanita yang memasuki usia hampir kepala 6 ini semakin bersedih melihat calon menantunya saat ini.
"Than bunda disini, Thania gak sendiri. Ada Bunda, Thania masih punya bunda ayah dan mas Reindra.." ucap Bunda yang akhirnya membuat tangis Thania pecah.
'mas Reindra? Sudah bukan milik Thania lagi Bun..' jerit Thania dalam hati yang semakin tersiksa.
Sejam berlalu dan Thania masih sesenggukan dalam pelukan Shirla, sedang keduanya tak menyadari sepasang mata yang menatap keduanya dengan perasaan bimbang, bingung, dan sedih sekaligus memikirkan apa yang akan terjadi kedepannya.
***
Reindra menarik nafas dalam setelah ibunya pergi meninggalkan kediaman Thania, Reindra berjanji pada ibunya bahwa ia akan membujuk Thania untuk mau tinggal bersama mereka dan meninggalkan rumah ini untuk sementara waktu agar Thania tidak terus bersedih.
Pria itu kini sudah berada tepat didepan pintu kamar Thania yang sering sekali ia ketuk dulu sewaktu mereka kecil.
"Than.. ini mas.." Tak ada tanggapan
"Mas masuk yah than.." masih tak ada tanggapan namun Reindra memberanikan diri untuk masuk.
Dan tentu saja tak ada tanggapan dari sipemilik kamar, karena Thania tertidur setelah lelah menangis.
Reindraa memposisikan Thania agar bisa tertidur dengan nyaman, dan merapikan barang-barang yang berserakan di kasur Thania. Dari mulai diary, ponsel sampai bingkai foto yang cukup membuat Reindraa merasa bersalah karena yang Thania dekap adalah fotonya bersama Thania saat ia berhasil lulus sebagai dokter.
Reindra memandangi wanita yang dulu sangat dicintainya dengan pandangan nanar.
'Apa yang harus kulakukan padamu Than? Ketika dihatiku kini juga ada wanita lain.. Aku tak ingin menyakitimu, maafkan aku telah menyakitimu. Aku tidak pernah benar-benar tahu isi hatimu, itu mengapa aku membiarkannya masuk dalam hidupku. Dan sekarang aku sangat mencintai nya Than.. Maafkan aku..' lirih Reindra sebelum akhirnya meninggalkan kamar Thania, tanpa tahu bahwa sesungguhnya wanita itu bahkan tak bisa benar-benar terlelap setelah semua kejadian memilukan yang menimpanya kehilangan dua orang dalam hidupnya sekaligus.
Thania kembali menangis dalam keheningan.
Esok paginya Thania sudah bersiap menuju makan Bunda, Tak ada tempat yang ingin ia kunjungi selain makam bunda dan tak ada orang yang saat ini ingin ia temui selain bunda. Saat Thania turun kebawah dan mendapati Reindra yang tertidur di sofa ruang tengah dengan masih mengenakan pakaian yang sama dengan semalam, membuat Thania terdiam dan menghentikan langkahnya sebelum akhirnya langkahnya menuntunnya menuju pria yang tengah terlelap di sofa.
"Non udah bangun.. mau bibi buatkan teh susu non?" Tawar bi Minah yang segera dijawab gelengan oleh Thania.
"Mas Reindra tidur disini semalam bi?" Tanya Thania
"Iyah non, mas reindra bilang ga tenang kalau biarin non disini sendiri. Padahal bibi bilang gapapa ada bibi. Tapi mas Reindra maksa, yasudah bibi ga bisa buat apa-apa. Non gapapa kan?"
"Oh yudh gapapa kok bi, biarin aja Reindra tidur lebih lama bibi tolong siapin pancake coklat buat Reindra yah.."
"Maksud bibi non Thania gapapa? Mata non bengkak dan merah.." ucap Bi Minah yang membuat Thania tersenyum kecil, senyum yang terlihat menyakitkan bagi Bi Minah yang mengenal Thanai sejak kecil.
"Gapapa bi makasih yah udah khawatirin Thania, nah sekarang bibi tolong buat pancake coklat buat mas Reindra. Thania mau ambil selimut kasian mas Reindra.."
"Baik non.."
Thania kembali dengan selimut berukuran sedang, melebarkannya dan menyelimuti tubuh Reindra agar lebih hangat. Hal yang lantas membuat Reindra bereaksi, menggeliat dan mencari posisi nyaman.

KAMU SEDANG MEMBACA
Her Shining Heart
FanfictionTentang seorang gadis yang tetap mencintai takdir yang telah mengoyak seluruh dunianya. Dear reader budayakan untuk follow akun author ya, tinggalkan jejak kalian juga dengan vote dan komen sebagai bentuk support ya👍 Ceritanya kemungkinan akan Auth...