Sebuah pergerakan yang terus menerus dalam dekapan Reindra membuat pria itu mau tak mau membuka matanya.
Ia mendapati istrinya masih terpejam namun membuat gerakan yang tak karuan serta tubuhnya mengeluarkan banyak keringat.
Reindra menyentuh dahi istrinya untuk memastikan apakah istrinya tengah terkena demam. Dan nyatanya Thania tidak sedang demam, segera Reindra memanggil nama Thania berulang-ulang. Pria itu yakin bahwa istrinya saat ini tengah bermimpi buruk.
"Than.. Thania... Bangun Than.."
Reindra terus memanggil Thania.
Pria itu cukup terkejut bukan ketikan thania pada akhirnya membuka matanya, tetapi tepat sebelum Thania membuka matanya. Reindra melihat air mata mengalir dari sudut matanya.
Sebelum akhirnya Tubuh Thania tersentak dan membuka matanya.
"Than.. Akhirnya kamu bangun juga.. Kamu gapapa.." Belum sempat Reindra menyelesaikan ucapannya.
Istrinya justru segera berlari menuju kamar mandi. Membuat Reindra kini khawatir.
Reindra menanti Thania dengan sabar, pria itu amat memahami bahwa istrinya saat ini perlu waktu untuk memenangkan diri sebelum berbicara atau bercerita padanya.
10 menit kemudian Thania keluar dari kamar mandi, dengan beberapa bagian tubuh yang basah. Istrinya itu masih tak berniat menceritakannya. Terbukti dengan Thania yang justru melewatinya begitu saja.
Reindra memperhatikan setiap pergerakan Thania, pria itu tersenyum melihat ternyata Thania memilih untuk memenangkan dirinya dengan cara sholat.
Setelahnya ia melihat bagaimana Thania merapalkan do'a kemudian membaca Al-Quran.
Ada kedamaian yang tak bisa Reindra jelaskan dengan kata-kata. Juga ada kebahagiaan tak terkira melihat bagaimana Thania tetap memilih untuk menjadikan sangat pencipta sebagai sandara utamanya meski kini Reindra ada disampingnya.
"Alhamdulillah..." Ujar Thania yang kini tersenyum setelah ia menyimpan Al-Quran kembali pada raknya.
Kini mata Thania menatap Reindra, menghampiri suaminya yang ia tahu sejak tadi memperhatikan setiap gerak-geriknya.
Thania duduk di pinggiran kasur kemudian menyalami punggung tangan suaminya cukup lama. Sebelum akhirnya ia merasakan Reindra mengecup pucuk kepalanya, dan mengalusnya perlahan.
"Than.. " Ujar Reindra.
"Iyah mas?"
"Sudah merasa lebih baik sekarang?" Tanya Reindra yang membuat Thania tersenyum dan mengangguk.
"Syukurlah.. Kau mau bercerita tentang mimpi buruk yang kau alami sayang?" Tanya Reindra
Thania menatap Reindra sejenak sebelum akhirnya ia menjawab dengan sebuah gelengan kepala.
"Mas.. Aku menikah denganmu, karena aku mencintaimu. Kau tahu itu bukan?" Ujar Thania tiba-tiba.
"Aku tahu itu Than.."
"Jadi jika suatu saat jika aku pergi maka itu juga karena aku mencintaimu. Kau harus tahu itu.. " Ucapan Thania bagai sebuah sambaran petir di siang bolong membuat Reindra merasa takut.
Pria itu segera membawa Thania dalam dekapannya, dan berkata dengan suara yang amat pelan namun masih bisa didengar jelas oleh Thania.
"Kau tidak akan pergi kemanapun Than, dan aku juga mencintaimu. Kau harus tahu itu.." ujar Reindra mantap membuat Thania tersenyum miris dalam dekapan pria itu.
"2 cinta dalam 1 hati mas?" Ujar Thania yang kini kembali menatap Reindra yang tak bisa menampik pertanyaan itu.
Membuat Thania begitu terluka lagi dan lagi. Namun wanita itu menyembunyikan lukanya lagi dan lagi.
"Mas.. Jika hatimu mencintai dua wanita. Maka lepaskanlah wanita yang pertama. Sebab jika kamu benar-benar mencintai wanita yang pertama, maka kamu tidak akan jatuh hati pada wanita yang kedua. Kamu pernah dengar itu?" Ucapan Thania membuat Reindra merasa tertampar.
Ia tak bisa mengatakan apapun, meski ia tak setuju dengan ucapan yang baru Thania katakan tersebut.
Karena nyatanya ia memang masih mencintai Thania meski kini ia juga mencintai Marry.
KAMU SEDANG MEMBACA
Her Shining Heart
FanfictionTentang seorang gadis yang tetap mencintai takdir yang telah mengoyak seluruh dunianya. Dear reader budayakan untuk follow akun author ya, tinggalkan jejak kalian juga dengan vote dan komen sebagai bentuk support ya👍 Ceritanya kemungkinan akan Auth...