16. A White Lie

412 40 0
                                    

Sudah 3 hari sejak Reindra mengetahui bahwa Arsen tengah sakit. Dan sudah selama itu pula Reindra berbohong pada istrinya bahwa dirinya tidak bisa pulang dikarenakan Departemennya sedang sangat sibuk.

Sejujurnya Reindra merasa sangat bersalah pada Thania karena ketika ia kembali untuk mengambil beberapa pakaian ganti, Thania memperlakukannya dengan sangat baik dirumah. Memijatnya dan memanjakannya bahkan ketika Reindra hanya tinggal selama 2-3 jam saja disana.

"Hari ini aku benar-benar tak ingin melihatmu disini Rein" Ujar Marry pada lelaki yang kini tengah sibuk membacakan cerita untuk Arsen yang pagi ini baru kembali sadar.

"Apa maksudmu Mar?" Tanya Reindra.

"Kau akan terus berbohong pada Thania Rein? Aku tak ingin kau menjadi pembohong seperti ini Reindra."

"Aku melakukannya demi Arsen Mar.." Ujar Reindra setelah mereka berada diluar ruangan.

"Tidak itu bukan untuk Arsen, tapi untuk kenyamanan dirimu sendiri. Reindra kau tahu kau menyakiti Thania dengan sangat, suatu saat kau pasti akan menyesal jika kau terus begini. Tapi jika kau bersikeras, silahkan tinggal disini aku akan pergi."

Reindra segera menahan tangan Marry.

"Baiklah aku akan kembali kerumah, kau disini bersma Arsen. Tapi berjanjilah padaku.. Hubungi aku jika sesuatu terjadi." Pungkas Reindra sebelum meninggalkan lorong rumah sakit.

.
.
.
.

Malam ini Reindra duduk disofa bersama Thania sembari menonton TV usai mereka makan malam bersama dengan hidangan yang Thania masak sendiri.

Berbeda dengan Thania yang fokus pada acara TV yang tengah mereka tonton, Reindra justru terpaku menatap istrinya yang kini tengah tersenyum dan sesekali tertawa karena benda berlayar datar itu.

Ada sebersit rasa bersalah yang menghantui Reindra melihat bagaimana Thania begitu memperlakukannya dengan baik ketika beberapa hari ini ia justru membohonginya. Reindra merasa bahwa dirinya mungkin harus jujur saat ini, setidaknya agar Thania tahu bahwa dia tidak bermaksud untuk membohonginya.

"Thania.."

"Iyah mas?" Kini pandangan Thania berpusat pada lelaki yang tengah menatapnya dengan tatapan sendu.

Tatapan yang wanita itu tahu benar artinya.

"Ada apa suamiku?" Tanya Thania sekali dengan nada yang lebih lembut sembari mengelus pipi Reindra sayang.

Reindra membawa tangan mungil itu dan menciumnya. Kemudian menggenggamnya erat.

"Mas mau minta maaf.." Ujar Reindra

"Minta maaf kenapa mas? Emang mas bikin salah sama aku? Perasaan engga deh.." Jelas Thania bingung

"Mas.. Mas bikin salah Than.. Mas udah bohong sama kamu.. Sebenarnya mas dirumah sakit.."

“Pssst.." Telunjuk Thania menghentikan Reindra untuk bicara.

Thania menggelengkan kepalanya kemudian tersenyum.

"It's a white lie kan mas?" Tanya Thania.

Reindra terdiam dan mengerutkan keningnya kemudian mengangguk ragu.

"Then.. It's alright just keep it.. Setiap orang disatu waktu pasti akan melakukannya. Siapa yang tahu aku mungkin juga lebih banyak melakukannya. Who knows kan mas?" Ucap Thania ambigu membuat Reindra tak mengerti.

"Maksudmu Than?"

Thania tersenyum sebelum akhirnya mengecup bibir suaminya singkat.

"Maksudku, kamu tidak perlu meminta maaf mas. Simpan saja, is not white anymore kan kalau kamu reveal ke aku?"

Thania menunggu reaksi Reindra cukup lama sebelum akhirnya pria itu menarik Thania dalam pelukannya.

"It's a white lie for sure" Bisik Reindra sembari memeluk istrinya erat.

Reindra tak tahu ia harus senang atau sedih, tapi baginya selama ia bisa tetap memeluk Thania seperti sekarang ini. Jika ia harus melakukan banyak kebohongan, ia akan melakukannya asalkan Thania tak hilang dari hidupnya.

.
.
.
.

Menurut kalian Reindra tuh gimana sih?

Komen ya!

Her Shining HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang