23. German

802 42 1
                                    

"Tentang apakah Thania akan menerimamu kembali atau tidak, itu hak Thania. Urusanmu adalah berjuang untuk tetap berada disampingnya, jika kau merasa gagal menjadi seorang suami yang baik. Setidaknya tunjukkan pada Thania kau adalah seorang ayah terbaik, ayah yang layak untuk bayi dalam kandungan Thania. Dan aku tahu kau mampu melakukannya karena selama ini kau telah menjadi ayah yang baik untuk Arsen.."

Kata-kata yang Marry ucapkan itulah yang membuat Reindra membulatkan tekat dan memberanikan diri untuk datang ke negri ini.

Ya! 🇩🇪

Saat ini Reindra tengah berada di German untuk menemui Thania meski ia tahu betul respon yang Thania berikan 99℅ ialah penolakan mengingat bagaimana ia begitu melukai hati Thania selama ini.

.
.
.
.

Thania POV

Sudah 5 bulan sejak aku meninggalkan Amerika Serikat dan kembali ke German.
Dan sudah memasuki 6 bulan usia kandunganku saat ini.

Ya, aku hamil.

Aku tidak mengetahui kehamilanku sampai 3 bulan lalu ketika aku pingsan setelah aku mulai bekerja sebagai manager coffee shop milik salah satu kenalanku yang merupakan orang Indonesia yang sudah lama menetap di German.

Saat ini aku berada disalah satu rumah sakit khusus ibu dan anak yang cukup terkenal di German. Aku baru saja memeriksakan kandunganku karena aku mengalami pendarahan cukup hebat beberapa hari ini.

Di lobi rumah sakit dengan jendela yang menghadap kebagian taman dimana beberapa anak tengah bermain.

Aku mengelus perutku, membayangkan bagaimana kelak anakku akan bermain seperti mereka. Bagaimana kelak ia akan tumbuh, membayangkan semua itu membuatku merasakan bahagia sekaligus sedih di waktu bersamaan. Bagaimana kelak ia akan tumbuh tanpa sosok ayah membuatku merasa semakin bersalah.

Namun akupun merasa tak dapat kembali menemui mas Reindra dan mengabari perihal kehamilanku setelah dengan susah payah ia bisa mendapatkan kebahagiaannya dengan Marry dan Arsen setelah perceraian kami.

"Than, disini rupanya.." Bryan membuyarkan semua lamunanku.

"Kau tunggu disini, aku akan mengisi administrasi dan menyiapkan segalanya." Ujar Bryan.

"Bryan.. Terimakasih.. Sungguh.." Ucapku pada Bryan.

Aku tak tahu apa yang akan terjadi jika Bryan tak ada disampingku.

Saat ini aku harus mendapat perawatan intensif dan bedrest karena kondisi kandunganku yang beresiko.

"Than.. Kau menyelamatkanku disaat aku hampir melakukan hal terbodoh dalam hidup. Apa yang aku lakukan sekarang tak berarti apapun dibanding apa yang telah kau lakukan untukku di masa lalu." Apa yang Bryan ucapkan membuatku tersenyum.

"Nak.. Uncle Bryan akan menjadi sosok ayah yang baik untukmu kelak" Ucapku dalam hati.

Thania POV end

.
.
.
.

"Daddy!!" Arsen tersenyum senang melihat kehadiran Reindra yang sudah lama tak dilihatnya.

Begitupun yang Reindra yang datang dengan penampilan yang rapih dan jauh lebih segar.

Marry membiarkan ayah dan anak itu memiliki waktu mereka sendiri.

Reindra berkata ia ingin menjelaskan tentang posisinya, Marry dan Thania dihidup Arsen pada anak lelaki itu. Ia juga ingin menjelaskan bahwa meski ia bukan ayah kandungnya, ia akan tetap menyayangi Arsen sepertinya anak kandungnya. Sebelum menemui Thania ia ingin menata segala sesuatunya pada tempatnya lebih dulu.

Termasuk tentang hati anak lelaki yang begitu ia cintai, Arsen. Yang mungkin akan terluka setelah pembicaraan ini.

Jangan lupa vote dan komen ya

Her Shining HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang