PDKT

55 9 1
                                    

“Dyana, Dyana , Dyana. Gue kenapa sih, kenapa setiap gue mau  ngapa ngapain namaya, mukanya selalu terngiang ngiang di pikiran gue” ucap Alden yang saat ini sedang mengaduk ngaduk mie nya tanpa berniat untuk memakannya. Desta yang melihat kelakuan sahabatnya dengan cepat mengambil mie yang di aduk Alden lalu memakannya dengan lahap. Alden yang  melihat mie nya di curi hanya diam dan menghembuskan nafas malas.

“Guys kalian harus bantuin gue  buat dapatin nomornya Dyana.. “ ucap alden mulai bersemangat.

“Boleh, bayarannya?” Tanya Desta sambil mengunyah mie nya dengan lahap.

“Elo belum apa-apa, uda minta bayaran, pokoknya kalian berdua harus bantuin gue sampai  jadian ama Dyana.” Dengan Semangat Alden membujuk sahabatnya.

“ Dalam masa PDKT ini kalian bakal gue kasih fasilitas apartement gue, semua yang ada di dalam apartemen gue kalian boleh pake asal gue bisa ngandelin kalian dalam  masa PDKT ini”

“Serius?? SETUJU” ucap Gion dan Desta bersemangat.

**

Hari Pertama

Pulang sekolah Alden, Gion dan Desta Sudah berdiri di depan gerbang sekolah sambil menunggu Dyana keluar.

“Pokoknya  kali ini elo gak usah ngajak dia pulang bareng tapi, elo cukup untit dia biar elo tau posisi rumahnya. Nah tugas gue ama Desta cuman  nemenin elo disini sambil ngasih arahan  PDKT ama lo, pokonya jangan sampai ketauan ok” terang Gion

“Nah itu Dyana, kalo gitu semoga berhasil ya broo gue awasin elo lewat doa.” Ucap Desta lalu pergi bersama Gion meninggalkan Alden yang mulai gugup takut misinya ini ketahuan.

Dyana melewati gerbang dengan tatapan fokus kedepan, hari ini seperti biasa Dyana selalu menggunakan transportasi Bus untuk berangkat dan pulang sekolah. Sesampainya di halte bus,  tidak ada sesuatu yang aneh bagi Dyana. Ia menunggu bus dengan arah rumahnya. Setelah menunggu sekitar sepuluh menit bus yang ditunggu pun datang. Dyana menaikinya tanpa sadar sesuatu sedang mengikutinya.

“Oooo jadi dia selalu pakai bus ini, ok mulai hari ini gue juga bakal pakai bus ke sekolah.” Ucap Alden dalam  hati.

Sampai saat ini proses pembuntutan masih lancar, tapi alden merasakan bahwa kawasan yang di lewati busnya ini searah dengan  jalan menuju  rumahnya.

“Astaga apa gue satu  komplek ama Dyana? Tuhan kau  baik!!” serunya dalam  hati.

Setelah menunggu dan  memperhatikan Dyana akhirnya bus berhenti, Dyana akhirnya turun  pada halte yang sangat berdekatan dengan rumah Alden. Alden yang melihat Dyana turun pun ikut turun, tentunya tanpa sepengetahuan Dyana. Kali ini ia sukses membuntuti Dyana sampai halte tujuannya, selanjutnya ia harus sukses membuntuti Dyana sampai tahu letak rumahnya. Sesampainya di halte tujuan, Dyana langsung berjalan kaki cukup jauh untuk memasuki gang rumahnya, kali ini Alden merasakan bahwa jarak halte dan  rumah Dyana cukup jauh, dia saja sebagai  laki-laki cukup capek, bagaimana dengan Dyana kaki mungilnya itu kuat berjalan sejauh ini. Keringat bercucuran di dahi dan leher Dyana, merasa gerah Dyana berhenti sebentar sambil mengambil ikat rambut di dalam  tas nya. Rambut  indah yang selalu ia gerai, kini ia ikat kuda dengan seadanya memperlihatkan  lehernya yang putih bersih. Alden yang melihat itu seketika langsung menelan air liurnya dengan kasar.

“Astaga Tuhan barusan itu apa??!!” Tanya nya sambil memegang kuku  jempolnya gugup, detak jantungnya yang tadinya normal kini berdetak menjadi lebih cepat seperti saat ia pertama kali bertemu Dyana.

Setelah mengikat rambutnya Dyna memasuki gang kecil lagi dan  berjalan sekitar sepuluh meter, Alden yang melihat itu sontak kembali mengikuti Dyana dengan hati-hati. Setelah melihat punggung Dyana memasuki gerbang kayu bercat coklat ia pun takjub, pasalnya baru pertama kali ia melihat rumah besar yang memasuki gang kecil dan cukup jauh dari jalan kota.

It's Ok Not To Be OkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang