PERASAAN DYANA

24 7 0
                                    

Dyana saat ini sedang berbaring di kasur nya melihat langit- langit kamar sambil memikirkan perasaannya pada Alden, sikap dan tingkah laku Alden padanya. Dyana bangkit dan menuju meja belajarnya, kotak merah yang diberikan Alden tergeletak diatas buku fisikanya. Dyana mengambil kotak merah itu dan membukanya melihat berbagai warna ikat rambut yang diberikan Alden. Surat yang terlipat rapi di dalam kotak itu membuat senyum di bibir Dyana mengembang.

“Gue harap loe gak sakit hati sama sikap gue.”

**

Alden dan Gion sedang memalak Desta karena kelalaiannya tidak menepati janji. Dan disini lah mereka pagi ini, dikantin menyantap makanan dan minuman hangat yang ditraktir oleh Desta.

“Kalian pada kagak mau masuk upacara?” Tanya Desta.

“Bolos kuy..” ajak Gion

“Otak loe….. mau diomelin ama wali kelas garong loe??” desta mengingatkan sambil meminum minuman hangat di depan Gion.

“Gue duluan.” Alden langsung pergi meninggalkan kantin melihat Dyana yang panik di dalam kelasnya lewat jendela yang berada di depan kantin.

“Kenapa?” Tanya Alden yang langsung datang dan berada di depan Dyana.

“Dasi gue ketinggalan,” lesu Dyana. Alden yang melihat itu sontak melepas dasinya dan memberikan pada Dyana.

“Loe gimana?”

“Gua gak papa.”  Senyum Alden pada Dyana. Dyana yang melihat senyum tulus Alden langsung mengembalikan dasi yang ada ditangannya pada Alden.

“Gue yang gak bawa seharusnya gue yang dihukum bukan loe.” Tegas Dyana.

“Loe tenang aja, pakai aja lagi pula gue masih ada satu.” Bohong Alden.

Dengan tidak nyaman Dyana memakai dasi yang ada ditangannya dan meninggalkan Alden yang masih tersenyum dan melihat Dyana meninggalkan kelasnya.

Desta yang melihat tingkah temannya lalu mengagetkannya.

“Broooooooooooo UPACARAAAAAA” teriak Desta di telinga Alden dan langsung dikejar menuju lapangan upacara.

**

“Dasi loe mana? Bukannya tadi pagi loe make dasi?” Tanya Gion pada Alden .
“Diambil bidadari jadi gue gak bisa ikut upacara,”Polos Alden, tanpa di sengaja guru yang bertugas untuk mendisiplinkan siswa telah berada di belakang kelas Alden.

“ATRIBUT YANG TIDAK LENGKAP KELUAR DARI BARISAN..” lantang guru itu dikelas Alden. Belum sempat Alden melarikan diri, dirinya sudah tertangkap tanpa perlawanan.

Dyana yang melihat Alden keluar dari barisan membuatnya sedikit bersalah, dan akan memarahi Alden karena telah membohonginya. Alden yang berjalan melewati kelas Dyana pun tersenyum menatap wajah Dyana.

“Kamu baris disini. Dan setelah upacara usai kamu bersihkan perpustakaan.” Ucap guru itu dan meninggalkan Alden ditengah teriknya matahari pagi. Dyana yang melihat Alden berbaris sendiri merasa kasihan, dan merasa bersalah. Seharusnya ia yang berada disana bukan Alden, sontak Dyana melihat dasi yang bergantung dilehernya. Dan tersenyum ke arah Alden. Alden yang sedari tadi menatap Dyana membalas senyuman yang dilontarkan Dyana padanya.

**

Setelah upacara, Dyana langsung menuju kelas Alden. Dyana melihat tidak adanya Alden di dalam kelas sontak melihat Gion yang sedang bermain game.

“Loe tau Alden dimana?”

Gion yang mendengar itu sontak kaget dan melihat cewek yang ada didepannya.

“Loe gak bisa salam dikit? Kaget nih gue kalo gue mati gimana?” Dyana hanya diam melihat respon Gion. Gion yang mengerti bahwa Dyana tidak ingin berbasa basi langsung meninggalkan gamenya dan menatap Dyana dalam.

“TURUNIN PANDANGAN LOE DARI CEWEK GUE..!!” teriak Alden yang saat ini sudah berada di depan kelas dan dengan cepat menghampiri Dyana.

Gion yang mendengar itu langsung mengalihkan pandangannya pada hp yang ada di tangannya dan melanjutkan bermain.

“Loe nyari gue?” Tanya Alden lembut.

Dyana langsung membuka dasi yang menggantung di lehernya.

“Makasih, tapi gue gak suka sama sikap loe.”

“Maksud loe?” ucap Alden bingung.

“Loe ngapain rela dihukum demi gue? Dan loe ngapain bilang gue cewek loe di depan Gion?”

“Loe marah?” Tanya Alden gugup.

“Gue gak suka.”

“Gak suka sama gue?” Tanya Alden memastikan.

Dyana yang mendengar itu sontak memberikan tatapan dinginnya dan meninggalkan kelas Alden.

Alden yang melihat respon Dyana langsung berlari mengejar Dyana.

“Loe kenapa?” Tanya Alden yang saat ini sudah berada di depan Dyana.

“Loe bisa pergi dari pandangan gue?” dingin Dyana dan tanpa menunggu jawaban Alden, Dyana langsung berjalan meninggalkan Alden. Alden yang mendengar ucapan Dyana langsung menunduk lesu dan berjalan menuju kelasnya.

Gion yang melihat sahabatnya sedang berjalan dengan lesu sontak menendang kursi yang ada disampingnya hingga terjatuh tepat di depan Alden.

“Loe gak bisa nyari cewek lain aja selain Dyana? Gue kasian sama loe. Berjuang tapi tak pernah dianggap.”

“Maksud loe apa?” sontak emosi Alden memuncak.

“Loe gak tau kan gimana sikap Dyana ke gue??”

“Loe belum pacaran aja uda sakit, gimana kalau uda?” pertanyaan Gion sontak membuat Alden terdiam.

 “Loe kayak gini pasti gara gara Dyana ngeluarin kata kata yang nyakitin hati loe kan?” Tanya Gion yang sudah menduga kebiasaan Alden.

**

Malam ini Dyana sedang berada di supermarket membeli cemilan dan sedikit minuman untuk stoknya di rumah. Tanpa disengaja Alden saat ini berdiri tepat di depan rak cemilan berhadapan dengan Dyana, saat Dyana berjalan dan tepat berada di samping Alden, Dyana memilih makanan yang akan di beli sementara Alden setelah melihat  Dyana, dengan terburu buru Alden mengambil asal makanannya dan meninggalkan Dyana tanpa sapaan maupun senyum pada Dyana. Dyana yang melihat sikap Alden di buat bingung, namun tetap memilih snacknya tanpa ada sesuatu yang terjadi.

Keluar dari supermarket Dyana melihat Alden yang masih duduk di motornya sambil menenteng barang belanjaannya.

Dyana berjalan mendekati Alden dan tersenyum lalu berlalu meninggalkan Alden yang dibuat bingung dengan sikap Dyana.

“Dyana..” panggil Alden lembut.

Dyana menoleh melihat kea rah Alden.

Alden berjalan menghampiri Dyana.

“Loe masih marah?” Tanya Alden Hati hati.

“Gue marah karena loe bohong sama gue.”

“Maaf.” Lesu Alden sambil menunduk dalam.

“Gue marah karena loe gantiin gue kena hukuman, gue gak terkesan dengan sikap loe yang ini.”

“Maafin gue.”

Dyana menghembuskan nafasnya pelan.

“Uda gua maafin.” Ucap Dyana lalu berjalan meninggalkan Alden.

CERITA INI UPDATE DUA KALI SEHARI MOHON KLIK BINTANG DAN TINGGALKAN JEJAK KOMENTAR.
TERIMAKASIH

It's Ok Not To Be OkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang