AKU GAK PERNAH BILANG PUTUS

12 6 0
                                    

Siang ini Alden duduk di kantin, memilih bolos pada jam pelajaran terakhir. Ia hanya duduk termenung sambil mengaduk ngaduk es teh yang di pesannya.
Alden mengeluarkan handphone yang ada di saku celananya.
Dyanaku❤️
Sayang.. maafin aku ya..
Aku gak bermaksud ganggu privasi kamu😭
Dyana yang melihat pesan Alden pada layar hpnya tak menggubris, bahkan tidak ada keinginan untuk membaca pesan tersebut.
Alden mendengus sebal, lalu memasukkan kembali handphonenya.
**
Sekolah usai, Alden sudah berdiri di depan kelas Dyana, mengajaknya untuk pulang bersama.
Dyana,Ratih dan Fina baru saja ingin beranjak meninggalkan kelas, namun saat di depan pintu ada Alden yang sedang menunggu.
Ratih yang melihat raut wajah Alden sontak mengambil langkah seribu dan menarik Fina untuk segera meninggalkan Alden dan Dyana.
“Sayang..” panggil Alden, namun Dyana dengan tanpa berdosa berjalan meninggalkan Alden.
Alden mengikuti langkah Dyana
“Maaf.” Ucap Alden tulus.
Dyana masih melanjutkan jalannya tanpa memperdulikan Alden.
“Dyana.” Panggil Alden lagi.
Dyana jengah, memilih untuk duduk di kursi yang berada di koridor sekolah. Alden mengikuti Dyana lalu duduk di sampingnya.
“Loe mau ngomong apa, cepet.” Ujar Dyana sambil memegang tas dan Mecoba untuk melepaskan gelang yang ada di resleting tasnya.
Alden yang melihat itu sontak menunduk, dan bersiap untuk kenyataan pahit bahwa ia akan putus dengan Dyana.
“Kenapa di lepas?” gugup Alden sambil melihat tangan Dyana mulai melepas kaitan gelang.
“Kamu mau putus? Aku Uda minta maaf Dyana.” Terang Alden lagi.
Air mata Alden sudah bercucuran. Di saat orang orang bilang bahwa lelaki tidak boleh menangis, tapi Alden tidak perduli. Hanya satu yang di inginkan Alden saat ini adalah Dyana, walau dunia menertawakan nya Alden hanya butuh Dyana dalam hidupnya.
Melihat Alden mulai terisak Dyana lalu mengambil gelang yang ada di tas Alden lalu memasangnya di tangan Alden.
Alden yang melihat perlakuan Dyana hanya diam, lalu Dyana memakaikan gelang yang tadi ia pegang di tangan kirinya.
“Gue gk pernah bilang putus, gue cuman marah” terang Dyana, sontak ucapan Dyana langsung membuat Alden tersenyum senang lalu dengan refleks Alden memeluk Dyana dengan erat. Untung saja koridor sepi di karenakan semua siswa sudah pulang, kalo tidak mungkin Alden saat ini sudah berakhir di tanah.

*MAAF JIKA MASIH ADA TYPO.
Aku bakal usahain untuk up walaupun gak setiap hari, aku Uda janji buat namatin cerita ini, mau banyak yang baca atau gak yang penting cerita ini tamat dulu heheh. *

It's Ok Not To Be OkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang