DYANA UNTUK ALDEN

12 5 14
                                    

"Mata loe?" Tanya Ratih heran melihat muka dan mata Dyana Sembab.
"Lah iya kenapa muka loe? Tanya Fina menimpali.
"Putus sama Engga. Trus nangis semalaman?" Sambung Ratih.
Dyana mengusap kasar mukanya.
"Gue jahat gak sih?" Bingung Dyana.
"Iya Menurut loe? Kalo menurut gue sih loe gak jahat cuman bego aja." Ucap Ratih jujur.
"Loe bener, gue bego. Gue gak bisa menghargai perasaan Alden, gue salah Uda nyia nyian alden." Lesu Dyana.
"Terus, sekarang gimana? Loe mau balik lagi sama Alden?"
Dyana menggeleng lesu.
"Gue gak pantes buat Alden. Gue.."
"Siapa yang bilang gak pantes?" Tiba tiba suara Alden terdengar, memotong ucapan Dyana.
"Alden." Ucap Dyana, melihat kearah suara.
Alden berjalan menghampiri Dyana. Mengusap air mata yang sudah membasahi pipi Dyana dengan Lembut.
"Sejahat apa Apun kamu, se enggak pantes pun kamu. Aku bakal tetap Nerima kamu di hati aku. Kamu adalah orang yang selama ini mengisi hati aku. Manis namun juga memberi luka" jujur Alden.
"Gue bukan cewek yang baik buat loe Alden." Lirih Dyana.
"Enggak" tolak Alden menggeleng geleng kan kepalanya.
"Kamu baik. Kamu cuman belum bisa jujur ke diri kamu sendiri. Aku memang kecewa sama sikap kamu. Tapi aku paham kok kamu adalah orang yang Tuhan ciptakan untuk aku. Walaupun mungkin ada kalimat cinta tak harus memiliki. Walau bukan aku pelabuhan terakhir kamu. Kamu tetap baik di mata aku. Gak ada satu pun kesalahan kamu di mata aku." Terang Alden.
Dyana yang mendengar itu kembali terisak, Fina dan Ratih yang melihat reaksi Dyana cukup tersentuh dengan ucapan Alden. Entah cintanya pada Dyana yang terlalu besar, Atau mungkin hanya sebatas keluguan Alden.
***
Kali ini Gion, Desta, Ratih dan juga Fina sudah berada di ruang seni,mereka berempat memilih untuk tidak ke kantin siang ini.
"Guys gimana nih?" Tanya Ratih langsung.
"Apanya yang gimana?" Tanya Desta bingung.
"Iya kan tujuan kita kesini kan mau bahas hubungan Dyana sama Si Alden." Terang Ratih sambil memegang pusing kepalanya.
"Lah si Engga gimana?" Sambung Desta.
"Ya kan Uda putus bego." Jengah Fina hampir menjitak kepala Desta.
"Santai dong Fin. Kok bisa putus kan baru kemarin balikan?" Tanya Desta heran.
"Ya kalau itu sih urusannya Dyana sama si Engga."  Jawab Ratih.
"Trus?" Tanya Gion yang dari tadi hanya menyimak. Malas mencampuri namun juga ingin tahu perkembangan kisah Dyana dan Alden.
"Ya akhirnya si Dyana nangis. Trus malah Si Alden jadi dewasa banget. Nyemangatin Dyana gitu. Tapi terkesan masih berharap sama Dyana." Terang Ratih.
"Yang bego siapa ya guys?" Tanya Gion mulai jengah dengan kisah tidak menarik dari sahabatnya.
"Gak bego juga sih. Lagian kalo loe berada di posisi Alden mungkin loe bakal ngelakuin hal yang lebih parah dari dia. Namanya juga Bucin" terang Desta membela Alden.
" Gimana kalo kita bikin mereka jadian lagi?" Cetus ide brilian dari Fina.
"Gak setuju." Tolak Gion menolak ajakan dari Fina.
"Kenapa?" Tanya Fina heran, mengingat Alden dan Gion adalah teman akrab dan satu kelas.
"Gue gak mau ikut campur urusan Alden sama Dyana lagi.feeling gue Alden bisa memperbaiki masalah nya sendiri. Gue yakin kok si Dyana itu Uda punya perasaan ke Alden. Cuman gengsi aja bilang nya." Terang Gion.
"Kita Nonton aja guys kisah mereka. Waktu sudah jadian kita minta jatah. Waktu Uda putus ya tugas kita untuk menghibur mereka." Sambung Gion lagi sambil mengeluarkan Handphonenya.

***

Engga saat ini sedang melihat Dyana, tubuh Dyana yang mungil selalu membuatnya ingin memeluk selalu.

Engga POV
Gue masih sayang sama loe Andriyani. Gue masih belum siap buat ngelepas kamu untuk kedua kalinya. Walaupun Alden jauh lebih baik dari pada aku dalam memperlakukan kamu. Tapi tidak ada yang sehebat aku yang mengetahui semua masa lalu kamu.

Engga POV End

"Pulang bareng aku ya" tawar Engga dengan cepat memegang tangan Dyana seperti biasa.
"Lepas. Gue pulang sendiri"
"Gak!" Tolak Engga
"Minggir, gue mau lewat" dingin Dyana, namun Engga tak bergeming masih memegang tangan Dyana.
Dyana jengah lalu melepas Paksa pegangan tangannya.
"Stop ganggu hidup gue. Gue gak butuh peran cowok posesif dan punya prasangka buruk kayak loe." Ujar Dyana lalu berjalan melewati Engga.
Engga yang melihat perlakuan Dyana tersenyum.
"Ternyata selama dua tahun ini kamu banyak berubah." Ujar Engga.
Namun Dyana sudah berjalan menjauh dari hadapannya.

To be continued

It's Ok Not To Be OkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang