MENYERAH HANYA UNTUK PEMULA

27 7 1
                                    

“Kali ini semuanya masuk akal, Dyana cuman kasihan sama gue.”ucap Alden dalam hati. Sambil mengingat semua kejadian yang dialaminya bersama Dyana.

Gion yang melihat sahabatnya hanya duduk diam dan menekuk wajah, menghampirinya.

“Bro.. putus cinta soal  biasa.. udalah gak usah dipikirin mending kita by one main game.” Ajak Gion lalu duduk di sebelah Alden.

Alden hanya menghela nafas berat. “Dyana cuman kasihan sama gue..” lirih Alden.

“Dyana ngomong sendiri? Atau elonya yang salah sangka?”

“Dyana ngomong sendiri.” Sedih Alden dan menundukkan kepalanya.

Gion yang melihat sahabatnya merasa tak tega.

“Cup cup tenang nanti gue bantuin elo.” ujar Gion memeluk kepala Alden dramatis.

“Ck lepas…!! Ketek loe bauuuu.” Ujar Alden kasar lalu melepas tangan Gion yang memeluk kepalanya dengan kasar.

**

Saat ini Dyana, Ratih dan juga Fina sedang duduk di kursi panjang koridor, baru saja mereka duduk. Tiba-tiba Alden melewatinya.

“Tumben sih Alden gak nyapa loe?” Tanya Fina karena melihat Alden yang hanya lewat tanpa menyapa.

“Bagus lah.” Ucap Dyana

“Loe gak ngerasa bersalah ama dia?” Tanya Ratih

Dyana yang mendengar itu mengalihkan pandangannya kebawah sebentar. Dan menghembuskan nafas pelan.

“Ya kayaknya gue terlalu kasar.” Sadar Dyana.

“Loe gak mau minta maaf gitu sama dia?” Tanya Ratih lagi. Fina yang mendengar itu di buat bingung.

“Wait guys, gue gak paham ada masalah apa sih hem?” Tanya fina pada Dyana dan Ratih.

“Loe kasar sama Alden?” sambung Fina.

“Kan emang biasanya Dyana kasar. Tapi kali ini uda kelewatan.” Jawab Ratih sambil melihat ke arah Dyana.

“Gue duluan.” Tegas Dyana, pergi meninggalkan Ratih dan Fina.

Dyana berjalan menuju toilet, saat Dyana sampai di depan toilet Gion memanggilnya.

“Dyana.” Panggil Gion menghampiri Dyana.

“Loe sebenarnya kenapa sih?” Tanya Gion langsung tanpa basa basi.

“Maksud loe?”

“Kok loe jadi cewek kasar banget sih. Kok loe tega bilang kalo loe kasihan sama Alden. Walaupun gue tau loe kasihan sama Alden tapi hargai perasaannya.”

Dyana yang mendengar ucapan Gion terdiam sebentar lalu menghembuskan nafasnya kasar.

“Loe siapanya Alden? Pengacaranya? Loe di bayar berapa ama dia buat deketin gue?”

Gion yang mendengar itu kemudian terdiam. “Gue sahabatnya!! Kalo loe gak ada niat buat sama Alden seenggaknya hargai dia.” Ujar Gion tegas.

“Ok.” Ucap Dyana singkat dan mulai meninggalkan Gion.

**

Pulang sekolah seperti biasa Dyana selalu menunggu bus di halte, saat tiba di halte Dyana melihat Alden memakai topi hitam dan duduk melamun di halte. Dyana yang melihat itu merasa tidak enak. Dan menghampiri Alden.

“Alden..” panggil Dyana.

Alden yang melihat Dyana di depannya, memperbaiki posisi duduk dan topinya agar menutupi wajahnya yang bengkak akibat begadang.

It's Ok Not To Be OkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang