RABUN HATI

8 5 21
                                    

"Aldennnn..... Ada kabar baik nih buat loe." Ucap Ratih yang saat ini datang bersama Fina.
"Kabar baik apa?" Tanya Gion penasaran.
"Si Dyana putus sama Si Engga!!" Semangat Ratih.
"Serius??" Tanya Alden bersemangat.
Gion yang melihat respon Alden jengah.
"Loe lupain aja si Dyana. Dia bukan cewek baik buat loe."
"Kok loe ngomong gitu sih Gion? Kasian tau si Alden."  Ujar  Ratih menatap nanar wajah Alden yang saat ini menunduk lesu.
"Iya lah ngapain mencintai seseorang yang hatinya aja buat orang lain, ngapain capek capek bikin kisah cinta, kalo nyatanya dia punya kisah cintanya yang belum usai. Itu namanya percuma." Terang Gion.
"Sialan loe!" Umpat Alden lalu menarik kerah baju Gion.
"Gue gak tau kalo dia punya kisah cinta yang belum usai, dan kalaupun gue tau gue gak bakal berusaha sekeras ini buat dapatin Dyana. Walaupun pada Akhirnya gue harus ngelepas dia buat orang lain." Nanar Alden sambil menahan amarah agar tidak menonjok wajah sahabatnya.
Alden melepas kasar cengkaramannya pada kerah baju Gion lalu berjalan meninggalkan kelasnya.

***

Pulang sekolah, Alden mampir ke makanan cepat saji yang  letaknya tidak jauh dari sekolah.
Selesai memesan dan mendapatkan makanannya Alden mencari meja yang kosong, dan menemukan satu di depan jendela yang berhadapan langsung dengan jalan raya.

Saat tengah asik memakan makanannya, bayangan Dyana muncul dalam kepalanya. Memikirkan Dyana adalah suatu keharusan untuk Alden setiap hari, namun saat ini keadaannya sudah berbeda. Alden tersenyum getir dan kembali melahap makanannya.
Tidak dapat dipungkiri, ada rasa rindu pada hati Alden. Rasa rindu yang selalu membesar setiap harinya. Tidak perduli seberapa besar Alden menahannya, rasa yang dulu pernah ada tidak bisa dengan mudah ia lupakan walau hanya hubungan singkat.

Dyana saat ini sedang melihat berbagai barang yang di hadiahi Alden beberapa waktu lalu sebelum mereka putus.
Seandainya ia tidak egois, seandainya ia lebih pandai dalam hal percintaan, dan seandainya ia lebih perhatian pada Alden ini semua tidak akan terjadi. Hubungannya dengan Alden mungkin saat ini masih baik baik saja. Dyana tidak bisa berbohong bahwa ia tidak terpikat dengan pesona Alden, cowok perhatian dan selalu menemaninya. Tidak posesif dan tidak pernah berprasangka buruk padanya. Sangat bertolak belakang dengan Engga. Tanpa di pungkiri Dyana lebih nyaman pada Alden.
Setelah perjuangan Alden untuk mendapatkannya, ia memilih untuk mempertahankan cinta lama.
"Maafin gue Al.. gue sudah buat keputusan salah. Gue egois karena gak mikirin perasaan loe. Gue pantas loe benci! Gue gak tahan Al. Hati gue sekarat sekarang. Gue terlalu bodoh buat memahami perasaan gue sendiri maafin gue Al.." tangis Dyana menyembunyikan wajahnya.

Pagi ini Dyana pergi sekolah dengan mata sembab, sebab semalam ia menangisi kebodohannya.
Alden yang melihat Dyana berjalan menuju kelas dengan cepat mengejarnya.
"Selamat pagi." Senyum Alden Ramah.
Alden terheran melihat keadaan wajah Dyana yang membengkak terutama di bagian mata.
"Kamu kenapa?" Perhatian Alden saat ini tertuju pada area mata Dyana.
"Gue gak papa" jawab Dyana.
"Jangan kenapa Napa ya.. aku kan belum bisa dapatin kamu lagi. Kalo ada orang yang nyakitin kamu, aku bakal maju paling depan buat ngelindungin kamu." Terang Alden sambil mengusap lembut pipi Dyana.
Dyana yang diperlukan seperti itu langsung terdiam, dan mulai terisak kembali.
Alden yang melihat Dyana terisak, menenangkannya. Membawa Dyana pada pelukan hangatnya.
"Ma.. maafin aku Al. Kenapa kamu masih suka sama aku? Yang nyatanya ngelepas kamu. Jangan baik sama gue Al." Lirih Dyana melepas pelukannya pada Alden.
"Apapun yang terjadi, selama kamu masih di dunia aku akan selalu jagain kamu. Walau mungkin kamu sudah bersama cinta mu yang lain. Aku juga minta maaf karena Uda maksa kamu buat suka sama aku. Maafin aku karena Uda nerobos masuk dalam hati kamu" terang Alden.
"Enggak! Mulai hari ini, walaupun gue sudah putus sama loe. Tolong jangan berhenti mencintai gue. Beri aku waktu untuk mempelajari kamu"
Alden tersenyum mendengar ucapan Dyana. Ia tersenyum lalu memeluk Dyana dengan erat, tidak perduli bahwa mereka masih di lingkungan sekolah. Hati Alden mendapatkan penawar nya hari ini.

To be continued..

It's Ok Not To Be OkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang