CINTA DYANA

15 5 10
                                    

"Aku jemput ya.." ucap Alden dari sambungan telepon. Namun dirinya saat ini sudah berada tepat di depan gerbang rumah Dyana.
Dyana yang sudah siap, langsung membuka pintu gerbangnya dan betapa terkejutnya ia dengan kehadiran Alden yang sedang  menelponnya.
"Gk usah bilang jemput, kalo nyatanya loe Uda disini." Dyana langsung mematikan sambungan telepon Alden.
Alden tersenyum tipis.
"Cantik." Puji Alden
Dyana yang mendengar pujian itu hanya acuh.
"Jadi mau kemana?" Tanya Dyana penasaran.
"Aku jadi pengen ngurung kamu di rumah aja."  Ucap Alden sambil mengacak rambut panjang Dyana.
"Rambut gue,! Gue nyatok dua jam demi rambut ini, loe hancurin kerja keras gue." Sedih Dyana sambil merapikan rambutnya.
"Maaf sayang" sesal Alden.
"Kamu gak usah tampil cantik, karena Dimata aku kamu Uda cantik semakin kamu dandan kamu semakin cantik. Tapi aku lebih suka kamu yang apa adanya." Sambung Alden.
"Bohong banget. Bohong kalo kamu suka aku pertama kalinya bukan karena aku cantik" serkah Dyana.
Alden tersenyum lalu menggenggam tangan Dyana.
"Awalnya aku kagum sama Tuhan, karena nyiptain manusia secantik kamu. Bohong kalo aku gak kepikat sama kamu. Buktinya kamu pergi lalu kembali lagi. Awalnya aku berharap cuman ngasih kamu cinta yang aku punya tanpa berharap kamu balas. Tapi rencana Tuhan selalu luar biasa."
Dyana tersenyum lalu memeluk tubuh Alden. Menenggelamkan kepalanya pada dada bidang Alden.
"Maafin aku.. maaf." Lirih Dyana menangis dalam pelukan Alden.
"Aku bego, bodoh. Maaf sudah ngelepas kamu. Maaf aku salah Uda acuhin kamu. Maaf sampai kamu harus pergi dari hidup aku. Maaf aku terlambat" sesal Dyana.
Alden yang mendengar ucapan Dyana mengeratkan pelukannya.
"Gak ada kata terlambat buat kamu. Di hati aku cuman Dyana. I need you. I love you"
Dyana yang masih menangis perlahan melepas pelukannya dan menatap Alden dengan intens.
"Love you too" ucap Dyana lalu kembali memeluk Alden.

Saat ini Dyana telah jatuh pada Alden, jatuh cinta yang sesungguhnya. Jatuh sedalam dalamnya. Setelah sesal yang mengganjal, kini perasaan yang dulu tak sempat ia ungkap telah bersandar pada hati Alden.

***
Sore ini, Alden dan Dyana berada pada taman kota. Taman yang selalu ramai jika sore hari, banyak anak anak yang bermain.

"Kamu marah gak kita ke taman?" Tanya Alden pada Dyana yang sedang duduk pada ayunan, dan Alden yang sedang mendorong ayunan dengan pelan.

"Enggak, aku senang kok" jawab Dyana sambil tersenyum. Senyum langkah yang belum pernah ia tunjukkan pada Alden.
Alden terpukau.
"Gak usah senyum."
"Kenapa? Mau aku dingin lagi?" Tanya Dyana sambil memaju mundurkan kakinya.
"Enggak. Kamu terlalu cantik kalo senyum. Hati aku gak kuat" gombal Alden sambil tersenyum.
"Aku baru tau loh kamu jago" puji Dyna.
"Jago apaan emang? Jago mendapatkan kamu sih gak usah diragukan." Pede Alden.
Dyana cekikikan, " Jago gombal maksud aku hahahahah"
Alden tersenyum tipis, menghentikan ayunannya. Dan menatap Dyana dengan intens.

Cup

Satu ciuman hangat telah mendarat pada pipi Dyana.
"Aku gak gombal,aku serius." Ucap Alden menatap Wajah Dyana yang masih diam tak bergeming.

To be continued

Maaf sedikit guys, wkwkwk ya kapan sih aku bikin banyak word.
Eh pernah dong di part dua hahahah. Tapi ini deh yang paling dikit ya maaf ya soalnya aku susah membayangkan hal hal romantis jadi butuh imajinasi yang lebih.
Next aku mau kasih konflik yang ringan ringan aja ya guys jadi gak usah mikir berat berat wkwkw

It's Ok Not To Be OkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang