Dyana sedang berada di kantin bersama Engga. Seperti hari hari sebelumnya ia selalu bersama Engga.
Handphone Engga berbunyi pertanda panggilan masuk.
"Bentar ya aku angkat telpon dulu." Dyana mengangguk mengizinkan.Di kantin juga Alden sedang duduk menikmati semangkuk bakso. Namun membelakangi tempat duduk Dyana dan Engga.
Alden memegang minuman jeruk yang biasa dia berikan pada Dyana, berniat untuk memberikan minuman tersebut. Setelah di rasa Engga cukup lama menelpon, dengan cepat Alden berjalan ke arah Dyana dan memberikan minuman jeruk itu.
"Minum." Ucap Alden sambil meletakkan minuman itu di meja.
"Berhenti ngelakuin hal yang bikin loe bego." Ujar Dyana tanpa menatap Alden.
"Gue mau ngomong empat mata. Temui gue nanti."
"Gak bisa,"
"Kenapa?" Tanya Alden.
"Gue gak mau loe celaka."
"Maksud loe??" Bingung Alden.
Dyana hanya diam tak menjawab, namun kembali menikmati makanannya.
Alden jengah, capek, dan frustasi saat menghadapi sikap Dyana.
"Dyana dengerin gue, gue mau ngomong empat mata sama loe. Kasih gue waktu buat ngomong." Bujuk Alden dan duduk memegang tangan Dyana.
"Lepas." Ucap Dyana dingin.
"Enggak. Aku gak bisa Nerima alasan kamu putus! Kamu baru fase belajar mencintai aku."
"Tapi gk di Engga. Gue bisa aja berhenti belajar hal baru, dan lebih memilih belajar sesuatu yang selama ini sudah capek capek gue pelajari."
Alden bingung. Ia terdiam.
"Dyana please.. hati aku di paksa berhenti sama logika aku, sementara perasaan ku memaksa aku untuk maju pertahankan kamu. Hati aku sakit Dyana." Lesuh Alden memegang tangan Dyana. Hati nya hancur melihat Dyana di peluk oleh lelaki lain.BUGGGHHHH!!!!
Alden tersungkur, ia jatuh terduduk. Dyana yang melihat itu membulat kan matanya.
"Apa apaan sih??!!" Dyana membantu Alden untuk berdiri, namun dengan cepat di tarik oleh Engga.
"Kamu ngapain pegangan tangan sama dia hah!!" Marah Engga.
"Aku bisa jelasin."
"Aku gak suka kamu dipegang pegang sama cowok lain. Oooo kamu selingkuh sama dia?" Tuduh Engga.
Dyana memicingkan matanya.
"Ayo pergi dari sini." Ucap Dyana menarik tangan Engga.
Sesampainya di belakang sekolah Engga kembali menuduh Dyana tentang perselingkuhan.
"Ini yang gue gak pernah suka dari loe, loe egois, posesif dan gak pernah mau denger penjelasan gue." Ucap Dyana.
"Aku jelas jelas liat pake mata kepala aku kamu pegangan tangan sama cowok itu." Emosi Engga kembali meledak.
"Atau mungkin kamu masih pacaran kan sama dia?? Murah banget loe lari dari satu cowok ke cowok lain yang mertahanin sikap dingin loe kayak gini" sambung Engga Emosi.
Dyana yang mendengar itu terkejut, ia tidak menyangka bahwa lelaki yang ditunggunya selama ini dengan gampangnya mengucapkan hal semurah itu.
Air mata yang ditahan Dyana mulai turun membasahi pipinya.
Dyana memberanikan untuk mengangkat kepalanya dan menatap tepat di iris mata Engga.
"Gue harap loe pelajari ucapan apa yang loe lontarin ke gue."
"Kenapa emang bener kan loe murah, buktinya mungkin loe selingkuh gak cuman sama gue aja."
Sontak ucapan Engga membuat nya panas lalu dengan keras Dyana menghadiahi tamparan keras pada pipi Engga.
"Asal loe tau aja. Gue gak selingkuh. Dia suka sama gue dan gue ngehargai perasaannya. Gue emang pacaran sama dia sebelum loe hadir lagi dalam hidup gue. Tapi setelah loe hadir dalam hidup gue, gue memilih buat pertahankan loe. Tapi ternyata keputusan gue salah. Pernah gue tanya selama dua tahun ini loe ngapain aja? Pernah gue tanya siapa yang nelpon loe walaupun gue Uda tau itu Selly! Sekarang sia sia buat gue bertahan. Hubungan kita hanya sekadar cinta anak SMP, dan sekarang cukup sampai disini." Terang Dyana lalu meninggalkan Engga yang terdiam atas ucapan Dyana.
"Dyana.." panggil Engga berlari mengejar Dyana.
Sesampainya di kelas. Dyana lebih memilih duduk bersama Ratih, tempat duduk Awalnya sebelum ia di paksa pindah oleh Engga.
"Gue duduk sini ya." Ucap Dyana yang melihat Ratih sedang nonton di hpnya.
"Pacar loe gimana?" Tanya Ratih.
"Uda gak"
"Hah! Serius!!"
"Emm."
"Kabar gembira buat Alden hahahaha." Tawa Ratih.
Dyana tak perduli, namun cukup membuat hatinya miris mengingat ucapan Alden di kantin.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Ok Not To Be Ok
Teen FictionDyana adalah siswi pindahan yang memiliki sikap dingin dan tergolong datar. Berbanding terbalik dengan sikap Alden yang ramah dan hangat.