PART 17 - You Make Me (Bagian II)

2.8K 520 44
                                    

Dua minggu berpisah dengan Gandhi tidak terlalu berat untuk Ines karena ada kedua kakaknya yang menemani Ines kemanapun ia pergi, tapi sebenarnya Ines juga tidak banyak keluar rumah sih karena ia lebih senang menghabiskan waktu bersama keluarganya di rumah. Mumpung Ghofar juga masih belum menentukan rencana hidupnya untuk masa depan. Katanya sih mau membuka usaha, tapi tidak tahu juga.

Ines menatap ponselnya dan tersenyum melihat Gandhi mengirimkan foto yang menunjukkan tangan dan wajahnya yang menghitam.

Cepat-cepat ia membalas pesan Gandhi.


Pake sunscreen gagaaan. Kan kemarin udah aku bekelin sunscreen. Dipake ga? Kalau kamu pulang nanti dan sunscreen nya belum abis awas ya. Aku musuhin kamu tiga minggu!

Sent!


Ceklisnya satu. Itu artinya Gandhi masih di lapangan. Ya sudah, nanti juga kalau pekerjaannya sudah selesai, Gandhi akan membalasnya.

Memasukkan ponselnya ke dalam tas, Ines menyapukan pandangannya pada setiap penjuru ruangan. Ia mencari-cari keberadaan Ayas yang tak terlihat. Padahal tadi Ayas bilang kalau mobilnya sedang diservice jadi Ines akan mengajaknya pulang bersama, tapi kemana ya dia?

"Dew. Lihat Ayas nggak?" tanya Ines pada rekan sekantornya—Dewi.

"Udah pulang deh kayaknya, tadi waktu bel pulang dia buru-buru banget soalnya."

Ines menghela napas. Yah, kenapa Ayas pulang duluan sih? tapi omong-omong, seminggu belakangan ini Ayas memang sering pulang duluan, ia sering terburu-buru. Apakah Ayas punya pekerjaan lain ya? Atau ia mau bertemu seseorang?


****


"Kayak maling aja Ya Allah," keluh Ayas.

Ia berjalan dengan cepat dan berdiri dengan gusar karena ojek online pesanannya tak kunjung tiba. Haduh. Satu minggu ini kenapa Ayas merasa seperti maling sih? ia seperti buronan yang setiap sore menghindari Ines—tidak. Lebih tepatnya menghindari orang yang menjemput Ines! tentu saja orangnya adalah Ega!!! Hah. Pria menyebalkan itu.

Ayas tidak tahu, Ega punya masalah apa sih kepadanya? Sudah di blok di instagram, dia masih bisa DM di twitter dan facebooknya, isinya malah memberikan laporan kegiatannya bersama Ghofar dan Ines. wow! Sungguh kebersamaan yang luar biasa sekali antara saudara seiman sedarah dan seibu bapak. Masalahnya... AYAS TIDAK BUTUH ITU SEMUA!

Ayas tidak butuh Ega melaporkannya. Iya. Ayas memang suka pada Ghofar, bahkan perasaan sukanya ini bertahan sangat lama sekali, tapi kan bukan berarti Ayas harus punya mata-mata seperti Ega. Masalahnya Ega ini statusnya juga tidak jelas. Mata-mata bukan, haters juga bukan. Tapi lama-lama tingkahnya sungguh menyebalkan. Ia benar-benar mengganggu Ayas. Makanya seminggu ini Ayas tidak mau melihatnya. Yah, masa ia harus menunjukkan rasa ketidaksukaannya atas kakak dari sahabatnya secara terang-terangan? Toh Ines juga tidak tahu kalau Ayas sesebal itu pada Ega. Mana bisa juga Ayas mengadu pada Ines tentang kelakuan kakaknya.

"Ayas?"

Mendengar namanya disebut, Ayas menoleh dan mendapati seorang pria berdiri di hadapannya. Oh tidak.

"K—kak Ghofar?" tanyanya tak menyangka.

"Atas nama Ayas?" ucap suara di belakangnya. Ayas panik. Ia menoleh dan bersyukur mendapati ojek online yang dipesannya sudah sampai. Ayas membelalakkan mata. Ia tersenyum, "Oh iya Mas. Itu saya. Ayo mas mana helmnya sini," katanya dengan antusias.

Pernikahan ImpianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang