PART 10 - When We Fell in Love

5.7K 808 175
                                    

Cause we were just kids when we fell in love
Not knowing what it was 

(ED Sheeran - Perfect) 


-

-


"Nak, sayang. Bangun!"

Ega terusik dari tidurnya. Ia membuka mata dan mendapati ibunya duduk di ranjang dengan penampilan yang sudah rapi, siap untuk berangkat.

"Mama mau kemana?" tanyanya.

"Mama mau ke Jakarta. Kamu lupa ya? Ada acara reuni kampusnya Papamu, kita mau nginep di Jakarta 3 hari," jawab Ibunya.

Ega menggaruk kepalanya. Ia menyipitkan mata, menguap, kemudian berusaha untuk bangkit dari tidurnya. Pria itu terduduk seraya menatap Ibunya dengan kosong. Masih mencoba mencerna apa yang terjadi sekarang.

"Oh sekarang ya? Ega kira minggu depan."

"Iya. Sekarang. Papa kamu udah nungguin. Kita pergi dulu ya nak. Kamu cepet bangun, bantuin Ines dan tolong selamatkan dapur Mama," pinta Ibunya seraya memelas.

Ega mengerutkan keningnya, "Kenapa emang?"

"Dari subuh, Ines udah ada di dapur. Katanya mau buat bekel makan siang, mau Mama bantuin malah nggak mau. Dia bahkan suruh Mama cepet-cepet pergi biar dia nggak dibawelin sama Mama."

Seketika Ega memejamkan matanya. Oh Tuhan. Adiknya yang satu itu.

"Ya udah, Mama pergi dulu aja sekarang. Nanti Ega keluar setengah jam lagi," ucap Ega pada akhirnya.

Ibunya tersenyum, "Anak Mama terbaik!"



****


"Saranghaeyo... Gomawoyoo..."

Ines bersenandung kecil, menyanyikan lirik yang sama berulang kali sejak ia membuka mata subuh tadi. Kenangan manis akan kejadian semalam bersama Gandhi membuatnya terus menerus berteriak tertahan, meloncat-loncat kecil hingga menari-nari tak jelas di dalam rumahnya. Tadi subuh Ines mengirimkan pesan pada Gandhi, menggodanya tentang kegiatan subuhan Gandhi jam setengah enam, dan siapa sangka ketika Ines mengirimkannya pesan jam 5, pria itu mengirim Ines fotonya menggunakan baju koko dan peci, katanya sih sudah pulang dari masjid. Ines tidak percaya, bisa saja Gandhi sengaja memakai baju koko dan peci untuk foto dadakan, tapi Gandhi malah membalas pesannya dengan "Ya udah kalau kamu nggak percaya. Nggak apa-apa yang penting aku sayang sama kamu titik."

Apaaaa coba si Gandhi ini? Dipikir Ines bakalan lupa dengan keraguannya? Tapi jujur memang lupa sih! Karaguannya teralihkan karena Ines sibuk menutupi mulut dan wajahnya saking malunya. Ya ampun! Pacar! Gandhi sekarang adalah pacarnya! Dan sejak semalam Gandhi benar-benar tak menahan dirinya lagi. Lihat saja kata sayang yang tadi pagi dia ucapkan. Ya Tuhan.

Menggelengkan kepala. Ines mencoba untuk fokus kembali pada kegiatannya hari ini. Membuat bekal makan siang untuknya dan Gandhi! Yuhu.

Sebenarnya hari ini Gandhi libur, karena dia baru pulang dari lapangan kemarin kan? Tapi karena pria itu senang sekali makan, Ines ingin memasakannya sesuatu dan ia akan memakannya di taman dekat kantornya. Atau di kantin kantornya juga tidak masalah. Ines bisa sambil memesan minum. Atau di mobil Gandhi pun juga bisa. Dimanapun tempatnya, asalkan bersama Gandhi... Ines akan baik-baik saja.

Pernikahan ImpianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang