Even if I don't have a lot of money or a nice car I'm still satisfied
Being a special one to you, nothing could measure that
As soon as I knew you and met you bit by bit
I was mesmerized Seeing you gives me a bit of happiness
(Super Junior - All My Heart)
-
-
-
Gandhi ini sepertinya senang sekali menjelajahi kota Bandung. Setelah semalam mengajaknya ke daerah Caringin Tilu, hari ini Gandhi membawa Ines ke daerah Dago. Dan tebak, dimana mereka berada. Bukan di tempat-tempat tinggi atau coffee shop terkenal yang banyak diposting orang di Instagram, melainkan ke sebuah gedung teater. Gandhi mengajaknya ke Dago Tea House, yang biasanya orang sebut dengan taman budaya, karena tempat ini adalah tempat pertunjukkan budaya. Serius. Dari semua tempat yang ada, Gandhi malah membawanya ke tempat seperti ini. Ines bahkan belum pernah menginjakkan kakinya di sini.
"Aku tahu tempat ini waktu sekolah aja, banyak yang nonton teater di sini, tapi aku nggak ikut, kurang suka nonton-nonton begitu. Aku lebih suka nonton sendiri di rumah," kata Ines saat mereka berjalan masuk ke dalam.
Gandhi yang sejak tadi menggenggam tangannya tersenyum, "Tonton aja dulu. Kalau aku sih suka, semoga aja kamu juga suka," katanya.
Sekali lagi Ines bertanya, "Emang kita mau nonton apa?"
"Rampak kendang," kata Gandhi. Kali ini Gandhi menjawabnya dengan benar, tapi Ines malah menganga.
Dari semua tontonan yang ada di dunia ini, Gandhi mengajaknya menonton rampak kendang?
"Gan? Serius?" tanyanya.
Gandhi tertawa, ia tidak menjawab. Malah membawa Ines ke jajaran stand makanan yang berada di luar gedung. Ternyata, meskipun di dalam ada pertunjukkan tradisional, stand penjual makanan di sini hanya sedikit yang menjual makanan tradisional. Lucu. Ines melihat banyaknya makanan yang biasa dijual di Culinary Night yang berada di pelataran Mall-Mall di Bandung.
"Dimana-mana, sosis bakar selalu ada ya?" katanya.
Gandhi mengangguk, "Kamu mau?"
Ines memiringkan kepalanya untuk berpikir. Tapi berpikirnya Ines lama, sehingga Gandhi mengambil inisiatif. Dia melepaskan genggaman tangannya dan berjalan untuk memesan beberapa makanan. Takoyaki, Sosis bakar, Chicken Snack, bahkan sampai jagung bakar pun dia beli. Astaga. Nafsu makan pria itu benar-benar diambang batas normal.
"Gandhii. Kamu mau makan semuanya? Emang bakal abis?"
"Abis dong, kan dibantuin kamu juga."
"Ih, apa. Aku nggak mau."
"Ya udah, kan aku nggak beli buat kamu. Aku beli buat aku, tapi nanti kamu bisa minta, dan kalau kamu suka, kamu boleh abisin semuanya."
Mendengar jawaban Gandhi, Ines mengerucutkan bibir.
Pria ini selalu tahu cara melakukan keinginannya tanpa harus memaksa. Dasar Gandhi.
****
Dalam benak Ines, mereka akan menonton rampak kendang di studio seperti di Bioskop, atau mungkin di Sabuga, tapi ternyata ia salah. Mereka menonton di luar! Sebuah teater terbuka dimana panggung berada di tengah-tengah pelataran sementara kursi penonton berada di undakan-undakan tangga yang mengelilingi panggungnya. Tidak ada kursi yang empuk di sana, hanya undakan tangga biasa yang berasal dari semen yang sudah diaci. Lebih halus dari bagian bawahnya yang kasar untuk pijakan kaki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Impian
RomanceSetiap orang pasti punya pernikahan impian bukan? Bandung, 31 Maret 2020 Bismillah. Mulai nulis lagi. Semangat! Harus selesai! Harus konsisten! Kupukupukecil