Ines mengerucutkan bibirnya. Gandhi pasti sibuk sekali, sampai-sampai membalas chat nya saja begitu. Ya sudah, biarkan saja lah. Tapi sebenarnya Ines merindukan Gandhi, ia rindu mendengar suara Gandhi, sungguh.
Menarik bibirnya untuk tersenyum, Ines membalas pesan Gandhi.
Ines: Duh, Gagan. Kamu lagi sibuk banget ya di sana?
Gandhi: Nggak juga
Deg!
Ines tidak pernah menyangka bahwa dua baris kata membuat dirinya terdiam dalam waktu yang sangat lama. Balasan dari Gandhi benar-benar membuatnya mencelos. Ia menelan ludah sementara hatinya mulai merasa gundah. Perasaannya tak karuan, kecemasan dan perasaan-perasaan lain mulai berkecamuk dalam dirinya, namun Ines menepisnya. Gadis itu menggelengkan kepala. Mencoba mengusir pikiran-pikiran negatif yang mengganggunya. Ia mencoba untuk memunculkan kembali senyuman di wajahnya, menarik napasnya dalam-dalam seraya menarik bibirnya dengan paksa.
Ines meringankan beban berat yang perlahan menghimpit dadanya kemudian mengetikkan pesan untuk Gandhi.
Ada yang ganggu pikiran kamu?
Bahkan hingga beberapa jam menunggu, balasan dari Gandhi tak kunjung datang. Ines mengerucutkan bibirnya. Gandhi kenapa sih? Kalau dia ingin dibiarkan sendiri ya tinggal bilang saja pada Ines, kenapa malah mengabaikannya seperti ini?
Jadi maunya Gandhi begini ya? Ya sudah. Ines juga akan mengikutinya. Gadis itu sengaja mematikan ponselnya. Awas saja. Ia akan membuat Gandhi mencari carinya dan khawatir padanya karena Ines tidak bisa dihubungi semalaman. Huh. Memang Gandhi saja yang bisa? Ines juga bisa!
*****
Ines tidak bisa tidur semalaman. Ia baru terlelap jam satu dini hari, tapi terbangun satu jam kemudian, terus begitu sampai jam empat subuh dan akhirnya ia memutuskan untuk bangun. Gadis itu menghela napasnya dengan berat. Kepalanya terasa pusing tapi ia mencoba untuk bangkit.
Ines meraih ikatan rambutnya dan mengikatnya. Gadis itu merenggangkan tubuhnya. Berolahraga di jam segini sepertinya akan membuat tubuhnya segar.
Matanya menangkap ponsel miliknya yang tergeletak begitu saja dalam keadaan mati. Ah, Ines malas mengaktifkannya karena ia yakin Gandhi pasti tidak membalas pesannya. Atau.. jangan-jangan Gandhi sudah membalasnya? Gandhi mencoba menelponnya? Atau mungkin Gandhi sedang kelimpungan mencarinya?
Pikiran-pikiran itu membuatnya terkekeh, tapi Ines menahan dirinya untuk tidak mengaktifkan ponselnya, maka yang Ines lakukan adalah membuka instagramnya lewat laptop. Ia segera membuka DM nya dan mencari-cari nama Gandhi di sana. Lagi, Ines malah mendesah kecewa, Gandhi tidak mengiriminya pesan di Instagram.
Ih. Gandhi apa-apaan sih?!
Ya sudah kalau begitu. Ines tidak akan menyalakan ponselnya seharian!
Benar. Pikirannya memang berjalan seperti itu, namun rupanya malah jauh berbeda dengan hatinya yang malah memberikannya keinginan yang kuat untuk menyalakan ponselnya. Sialan.
Ines menyerah dan meraih ponselnya. Awas saja. Gandhi pasti merasa bersalah kan sudah membuatnya marah semalam. Baiklah, mari kita lihat. Kalau Gandhi membalas pesannya dan merasa ada yang salah, pria itu akan Ines maafkan, tapi kalau Gandhi tidak membalas pesannya... Ines bersumpah akan mendatangi rumahnya dan memarahinya habis-habisan. Tapi nanti sih, ketika Gandhi kembali. Sekarang kan Gandhi masih di Gresik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Impian
عاطفيةSetiap orang pasti punya pernikahan impian bukan? Bandung, 31 Maret 2020 Bismillah. Mulai nulis lagi. Semangat! Harus selesai! Harus konsisten! Kupukupukecil