PART 1 - Heart Pound and Swell With Hope

34.7K 2.1K 375
                                    

Every day, in a movie

In a book or in a drama, I feel love

I learn about love

My heart keeps beating as if it's my own story

Makes my heart pound and swell with hope

(Twice – What is Love)


-

-


Orang bilang, jadilah orangtua yang bahagia, maka anakmu juga akan bahagia. Tentu saja, pepatah itu benar adanya. Karena hidup dalam keluarga yang bahagia dan penuh cinta membuat Ines tidak pernah merasa kekurangan sesuatu dalam hidupnya—setidaknya dalam hal kebahagiaan. Kedua orangtuanya memang pernah berselisih, bahkan sering, tapi Ines selalu senang mendapati keduanya bisa mengatasi rintangan hidup mereka, bahkan hingga tiga puluh lima tahun lamanya.

Ines tersenyum, membayangkan bahwa dia juga akan menjalani kehidupan bahagia bersama seseorang dan menjalin keluarga dengan bahagia seperti kedua orangtuanya. Ya, sebenarnya Ines juga tidak menutup kemungkinan bahwa pernikahan itu tidak selamanya bahagia, justru menurut beberapa orang juga pernikahan malah menyengsarakan. Tapi dalam benak Ines, pernikahan masih menjadi impian terbesar dalam hidupnya yang akan menjadi pencapaiannya yang paling membahagiakan. Wow!

"Kak, lihat deh. Lucu banget, rambut mbak pengantinnya dibenerin gitu sama suaminya." Ines terkikik, merasa senang dengan perhatian kecil yang diberikan sang mempelai pria pada mempelai wanita di hadapannya. Iya, Ines sedang berada di resepsi pernikahan untuk menemani kakaknya—Ega kondangan.

Tahu tidak, hal paling menyenangkan dalam hidup Ines selain berkumpul bersama keluarganya adalah menghandiri undangan. Bukan apa-apa, Ines kalau diundang seseorang pasti akan hadir sejak akad nikah dimulai. Karena begitu akad nikah, malaikat akan turun dan memberkahi akadnya, jadi Ines juga bisa berdo'a sebanyak-banyaknya agar Tuhan cepat mengabulkan do'anya untuk merasakan kebahagiaan yang sama. Whoaa.

Selain itu, waktu akad juga terlihat kebahagiaan pengantinnya, kegugupan mempelai wanita waktu calon suaminya mengucap akad, senyum lega dan kebahagiaan semua orang yang berada di sana, tangisan orangtua, bahkan hingga tatapan bahagia kedua pengantin yang saling bertatapan seraya membisikkan kata cinta misalnya? Whoa! Ines benar-benar tidak sabar untuk mengalaminya. Oh Tuhan, kira-kira kapan ya Ines bisa menikah? Bulan ini usianya sudah 25 tahun loh.

Ega yang berdiri di samping adiknya dan mendapati tatapan yang selalu adiknya berikan itu tertawa geli. Dasar. Memang dari dulu impian adiknya ini menikah, jadi ya begini kalau dia datang ke pernikahan. Jiwa Ines sudah tidak bersamanya lagi, sudah pindah ke area pelaminan dan meloncat-loncat kegirangan—ikut bahagia dengan pengantin hari ini. Dasar.

"Udah, mesem-mesemnya?" akhirnya Ega membuka suara.

Ines menoleh, "Ehehe," kekehnya.

Ega menggelengkan kepalanya, "Cari cowok gih. Dari pada tiap dateng ke nikahan gini kamu ngiler terus," kata Ega. Ines mengerucutkan bibir, "Emang keliatan udah pengen?"

"25 tahun dalam status jomblo yang hobinya nonton drama korea tentang percintaan lalu baca novel soal cinta dan rajin banget kondangan demi liat orang nikah itu sangat menandakan keinginan kamu sebesar apa anak muda," sahut kakanya.

Ines terkekeh. "Ada yang bisa dikenalin ke aku nggak, Kak?" tanya Ines Iseng.

Ega menggelengkan kepalanya, "Kalaupun ada, nggak akan kakak kasih. Enak aja, mau kenalan sama kamu. Langkahin dulu kakaknya dong. Minta apa ya? Saham bisa kali ya?"

Pernikahan ImpianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang