Dua hari yang lalu Gandhi sudah pulang ke Bandung, tetapi ia tertahan di kantor karena harus menyelesaikan pengolahan data yang harusnya dikerjakan oleh temannya—tetapi berhalangan sehingga Gandhi yang mengambil alih. Ines sempat mengunjunginya sebentar seraya mengantar makanan dan situasi pekerjaan Gandhi sepertinya memang benar-benar mendesak. Pria itu bekerja dengan dua komputer. Katanya yang satu untuk men-download data sementara yang satunya mengolah data. Ines hanya memperhatikan Gandhi yang sibuk di depan komputernya tetapi kemudian ia berbicara di telpon, mengirim email pada klien, lalu mengirim pesan di Whatsapp Grup kantornya. Benar-benar sibuk hingga membuat Ines undur diri karena mau bagaimana pun juga kehadiran Ines tak akan membantu pekerjaan Gandhi.
Hari ini akhir pekan, tapi Gandhi lembur di kantornya. Pria itu masih sibuk. Wajar sih, katanya kantornya dapat empat project sekaligus, keempat-empatnya bernilai sembilan milyar. Bagaimana tidak ketar-ketir semua karyawannya.
Menatap ponselnya, Ines mengirimkan pesan pada Gandhi.
Gagan, jangan lupa makan, minum vitamin, sama banyak minum yah. Kalau capek stretching dulu, kalau matanya lelah coba keluar dulu, hirup udara segar. Love you.
****
Gandhi menghela napas. Boleh tidak sih kalau ruangannya dipindah saja ke rumahnya pakai cara teleportasi. Sungguh. Ia sangat lelah, tapi super sialan tuntutan pekerjaan ini! Gandhi merasa ia tidak boleh lelah sama sekali. Rejeki sih memang rejeki ya, tapi batin Gandhi berteriak geram di dalam sana karena sepertinya Gandhi tidak harus sampai sebegininya.
Kalau begini ceritanya lebih baik dia tinggal lebih lama saja di Muara Enim. Jelas-jelas pekerjaan di sana hanya pekerjaan lapangan. Oh Tuhan.
Menatap ponselnya, Gandhi membaca pesan dari Ines dan tersenyum.
Ia sudah terlalu lelah dan muak dengan pekerjaannya. Mungkin ini saatnya bagi Gandhi untuk mengisi ulang energinya.
Pria itu menghubungi kekasihnya, tapi Ines tak mengangkat telponnya. Mungkin ponselnya disimpan. Yah, tidak apa-apa kalau begitu. Gandhi akan memberikan kejutan kecil untuknya.
Pria itu terkekeh dalam kelelahannya. Ia meraih jaketnya dan keluar dari kantor. Menunggu di pinggir jalan kemudian menaiki taxi yang akan membawanya ke rumah Ines. Sepertinya satu jam cukup untuk bertemu dengan Ines kemudian kembali ke kantor dan menunggu data yang di download nya selesai sembari tidur.
Dua hari menginap di kantor membuatnya hampir seperti orang gila. Ya Tuhan. Benar-benar.
Sampai di rumah Ines, Gandhi turun dari taxi dengan penuh kebahagiaan namun langkah kakinya terhenti ketika melihat rumah Ines yang paling gelap dari rumah-rumah lainnya. Lampu rumahnya belum dinyalakan. Oh tidak. Apakah tidak ada seorang pun di rumah?
Ponselnya bergetar, Gandhi melihatnya dan membaca pesan dari Ines.
Kenapa Gagan? Aku lagi di jalan, mau ke Lembang sama keluarga aku Gan. Katanya Papa mau lihat tanah di sana sekalian kita main aja sambil liburan hihi.
Mau aku telpon balik gak? Kyknya aku sampe setengah jam lagi.
Menghela napasnya, Gandhi membalas pesan Ines dengan cepat.
Gapapa Nes. Kamu have fun ya di sana! Ati-ati masuk angin.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Impian
RomanceSetiap orang pasti punya pernikahan impian bukan? Bandung, 31 Maret 2020 Bismillah. Mulai nulis lagi. Semangat! Harus selesai! Harus konsisten! Kupukupukecil