PART 9 - Feeling

5.6K 882 248
                                    

You know, I'm a little bit shy sometimes,

you don't know but you're burning like the sun,

Please understand my feelings

(Super Junior – No Other)


-

-

-

-


"Pak Ujang. Kita lewat tol Buah Batu boleh ya? Tar turunin saya di deket Telkom," pinta Gandhi pada supir kantornya. Semua orang di dalam mobil bersorak, menggodanya karena tahu kemana Gandhi akan pergi setelah Pak Ujang menurunkannya..

Pria itu bersiul senang. Ia menatap ponselnya, membaca kembali pesan Ines yang berisi sebuah GIF bertuliskan welcome back! Saat Gandhi memberitahukan Ines bahwa ia sedang dalam perjalanan pulang. Gadis itu pasti akan terkejut kalau tahu Gandhi sedang menuju kantornya.

Beruntungnya Gandhi karena Pak Ujang berbaik hati hari ini, ia tidak menurunkan Gandhi di pinggir jalan melainkan mengantarnya sampai kantor Ines. Oh Tuhan, rasanya seperti semesta benar-benar berpihak padanya.

"Makasih Pak Ujang. Besok-besok urang traktir kopi ya," katanya.

Ia turun dari mobil, membawa tas ranselnya dan berhenti di parkiran motor yang berada di luar. Ia merogoh ponselnya dalam tas. Pria itu segera menghubungi Ines.

"Halo, Gandhi! Udah pulang? Udah sampe rumah?" tanya Ines di sebrang sana.

Senyuman muncul di wajah Gandhi, "Udah. Tebak, aku dimana."

"Di kantor?"

"Yup. Tapi bukan kantor aku. Aku di depan kantor kamu Nes. Kamu bentar lagi pulang kan? Aku tungguin ya."

"Yah, Gandhiiiii." Di sebrang sana suara Ines memelas.

"Kenapa?"

"Aku abis meeting tadi nggak balik lagi ke kantor. Ini lagi di tokonya Mama, jemput kak Ega soalnya."

O-ow. Gandhi... ini yang kau bilang bahwa semesta berpihak padamu?

Menggaruk tengkuknya yang tak gatal, Gandhi mencoba menormalkan ekspresi wajah dan emosinya agar suara yang keluar ketika ia berbicara juga terdengar biasa saja.

"Yah, kalau gitu aku—"

"Kamu tunggu di situ ya! Tungguin pokoknya. Aku ke sana sekarang."

Kemudian sambungan mereka terputus.

Gandhi menatap layar ponsel dengan kerutan di keningnya. Ia kebingungan, tapi Ines memintanya menunggu, maka yang ia lakukan sekarang adalah menunggunya.

Eh tapi sebentar. Maksudnya... Ines akan kembali ke kantornya? Demi Gandhi? Demi dirinya? Hanya karena Gandhi ada di kantornya?

Duh, apa nih? Kenapa Gandhi ingin sekali membusungkan dadanya dengan penuh kebanggaan?


****


Ines memarkirkan motornya dengan tergesa. Ia turun dan menatap dirinya di spion, oke. Karena memakai masker, make up nya masih terlihat aman, hanya rambutnya saja yang sedikit lepek karena memakai helm. Tidak apa-apa, Ines membawa conditioner tanpa bilas dalam tasnya sehingga ia bisa mengatur rambutnya sejenak. Masalah bau jalanan juga tidak masalah, Ines sengaja memakai jaket agar bajunya terhindar dari asap-asap kendaraan di jalanan, dan jangan lupa dengan parfum andalannya sebagai sentuhan terakhir. Oke. Sudah mantap.

Pernikahan ImpianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang