Lisa sedikit terkejut--terbangun dari lamunannya pula sebelumnya--mengalihkan pandangan ke samping untuk menemukan Namjoon yang tengah menyodorkan sebuket bunga padanya.
Gadis itu tersenyum, sebelum mengambil alih buket bunga itu setelahnya. "Terima kasih, Oppa."
Namjoon membalas senyum itu pula. Tentu ia sadar dengan Lisa yang melamun sebelumnya. Ketika pria itu memanggil namanya berulang kali, Lisa sama sekali tak menjawab ataupun merespon. Senyum yang Lisa berikan tadi padanya sudah bisa ia tanggap sebagai senyum yang gadis itu paksakan.
"Oppa datang lebih cepat. Dan aku cukup terkejut untuk seseorang yang selalu datang tidak tepat waktu."
"Tentu saja. Hari ini seperti hari penentuan apakah aku bisa hidup atau tidak setelahnya."
Lisa tak bisa menahan gelak tawanya mendengar itu semua--dalam hati Namjoon yang melihatnya merasakan sedikit lega. Karena tawa itu kali ini Lisa sama sekali tak paksakan, tak seperti sebelumnya.
"Sudahlah, ayo masuk. Semua orang pasti sudah menunggu."
Lisa sudah akan menarik Namjoon bersamanya. Namun pria itu dengan cepat menahannya, membuat Lisa kini menatap Namjoon dengan pandangan bertanya.
"Ada apa, Oppa?"
Namjoon sempat berhela, mengelus kepala Lisa dan membuat gadis itu semakin bingung dibuatnya.
"Apa ada yang mengganggumu?"
Lisa sebenarnya tak terkejut ketika Namjoon bertanya hal itu. Mereka sudah bersama selama lebih dari lima tahun. Ditambah, terkadang Lisa tak bisa menyembunyikan perubahan pada raut wajahnya. Dan Namjoon yang akan dengan cepat menyadarinya.
"Jika kau mau bercerita padaku, aku akan mendengarkanmu."
Namun Lisa kembali memaksakan senyumnya, menggeleng setelahnya. "Nanti saja. Bukankah Oppa bilang jika ini hari hidup dan matimu? Jika Oppa mati, Oppa tak akan bisa mendengarkan ceritaku nanti." Dan diakhiri dengan kekehannya, berusaha untuk membuat Namjoon tak khawatir padanya. Pun Namjoon memilih untuk tak memaksa Lisa, membiarkan gadis itu untuk saat ini.
Lisa menghentikan langkahnya saat sudah akan membuka pintu rumahnya, menatap kembali pada Namjoon. Mendekat untuk membantu memperbaiki penampilan pria itu.
"Hey, kenapa kau jadi yang terlihat gugup sekarang?"
Lisa menatap pada Namjoon. "Eh? Benarkah?" Lalu sedikit menjauh dari Namjoon dan berusaha untuk menetralkan dirinya. "Baiklah. Aku sudah tak gugup lagi."
Namjoon tak bisa menahan senyumnya, melihat bagaimana Lisa tampak menggemaskan di matanya saat ini. Mengikuti saja ketika Lisa kembali menariknya untuk masuk ke dalam rumah gadis itu.
Dan memang benar, kedatangan Namjoon ke rumah Lisa adalah untuk bertemu langsung dengan Ibunya. Lisa yang mendengarnya tentu saja tak bisa menutupi keterkejutannya. Karena selama ini, Ibunya memang tak pernah tahu jika ia berkencan bahkan ketika usia hubungan Lisa dan Namjoon telah menginjak lima tahun.
Jadi, bisa bayangkan bagaimana kecanggungan itu menyelimuti ruang tamu saat itu, bukan?
Namjoon dan Lisa sempat melirik satu sama lain saat itu, sebelum Namjoon berdehem dan membuat pandangan semua orang kini menatap padanya. Bersamaan dengan Jennie yang datang dan meletakkan beberapa gelas teh di atas meja, lalu kembali ke tempatnya sembari memangku Jihyun.
"Maaf karena baru bisa menemuimu, eomeonim. Biarkan aku memberikan salamku padamu."
Ny. Kim sama canggungnya. Hanya mengangguk untuk menjawabnya. Ia sedang berpikir saja saat ini, bagaimana bisa putri bungsunyanya berkencan dengan seseorang yang tampan seperti ini? Apalagi, ia menyembunyikan hubungannya sampai sekarang. Ck, Lisa seharusnya membawa kemari lebih cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
love scenario ❌ namlice
Fanfiction[18+] ✔ Kita jatuh cinta dan saling bertemu, Membuat sebuah kenangan yang tak ingin terhapus, Sebuah melodrama yang indah, Dengan akhir cerita yang indah pula, Itu semua sudah cukup, karena aku mencintaimu. ----- ©iamdhilaaa, 2020