"Kau mau?"
Jungkook mengalihkan pandangannya, menatap pada Seokjin yang menyodorkan bungkusan rokok padanya--sementara pria itu sudah mengapit satu batang di antara bibirnya.
Jungkook hanya menggeleng sembari beralih pandang, dan Seokjin yang melihatnya hanya menarik segaris senyum.
"Sudah ku katakan jika aku berbeda dengan ibuku."
Jungkook kembali melirik pada Seokjin, dan mulai mengerti dengan ucapan Seokjin saat itu juga.
"Tenang saja. Aku akan tutup mulut tentang bagaimana kehidupanmu ini selama di Jepang dari ibuku."
Jungkook menghela nafasnya sembari mengambil satu batang rokok itu dari bungkusnya. Sementara Seokjin mematik api bagi keduanya.
"Bagaimana bisa kau dekat dengan Jisoo? Bukankah kau baru saja kembali dari Jepang? Aku cukup terkejut karena melihat kalian berdua bahkan berpegangan tangan tadi. Sedang berkencan, huh?"
Pertanyaan itu memecah keheningan yang sempat menyelimuti keduanya. Seokjin menatap pada Jungkook, yang belum menjawab apapun. Dan melihat raut wajah yang tengah Jungkook lakukan saat ini agaknya sedikit membuat Seokjin mengerti, mengalihkan pandangannya ke depan setelahnya.
"Hah, benar sekali perkataan orang-orang di luar sana. Cinta memang selalu datang dalam keadaan yang tak terduga dan bahkan tak pernah kita pikirkan sekalipun."
Jungkook masih belum menjawab apapun, dan Seokjin pun kembali meliriknya. "Kau menyukainya?"
Kali ini, Jungkook memberikan responnya sembari menggeleng. "Entahlah, hyung. Aku memang hanya beberapa kali bertemu dengannya. Tapi aku merasa nyaman di dekatnya. Dan juga, terkadang aku merindukannya. Ingin selalu melihat wajahnya, senyumnya, ataupun mendengarkan suaranya."
Seokjin hampir saja mengeluarkan tawanya, namun ia berhasil menahannya. Satu tangannya dengan gemas mengacak rambut Jungkook yang tentu saja dibuat kesal karena hal itu.
"Cih, dasar. Caramu mengatakan semua itu benar-benar seperti remaja yang baru saja pertama kali jatuh cinta."
"Ck, hyung. Aku hanya mengatakan apa yang kurasakan pada Jisoo noona."
"Baiklah, baiklah. Aku mengerti. Mana bisa aku melawan seseorang yang sedang kasmaran?"
Jungkook memilih untuk tak menjawabnya kali ini, dan melihat Jungkook yang semakin murung tentunya membuat Seokjin tak berniat lagi untuk menggodanya.
"Lalu, bagaimana denganmu, hyung? Siapa gadis itu? Melihat ibumu dan kau bertengkar saat itu, aku yakin sekali jika dia bukan wanita yang dijodohkan denganmu. Aku tahu sekali jika kau sangat tak ingin dijodohkan."
Seokjin mendecih, "kau mengalihkan pembicaraan, huh?
Keduanya hanya tertawa pelan karena ucapan itu. Sebelum keheningan kembali menemani mereka setelahnya.
"Ada yang kau pikirkan, huh?" Tanya Seokjin, melirik kembali pada Jungkook yang hanya menatap ke depannya saat itu.
Jungkook menggeleng. "Tak ada. Aku hanya merasa jika Jisoo noona itu sama sekali tak tertarik padaku."
"Kenapa kau bisa berpikir seperti itu?"
Kepala Jungkook tertunduk kali ini, "entahlah. Dia selalu saja mencoba untuk menghindariku ataupun mendorongku menjauh. Sialan sekali, padahal aku hanya berusaha untuk tetap terus dekat dengannya. Dia bahkan tak tahu jika selama ini ia selalu diikuti oleh pria asing yang seperti penguntit. Bagaimana jika suatu hari nanti pria itu berniat nekat dan malah menyakitinya? Seharusnya noona berterima kasih padaku karena aku sudah menjaganya selama ini. Tapi, apa balasannya padaku? Bahkan dia lebih menyebalkan setelah kita tidur bersama seolah aku adalah sebuah kesalahan terbesar dalam hidupnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
love scenario ❌ namlice
Fanfiction[18+] ✔ Kita jatuh cinta dan saling bertemu, Membuat sebuah kenangan yang tak ingin terhapus, Sebuah melodrama yang indah, Dengan akhir cerita yang indah pula, Itu semua sudah cukup, karena aku mencintaimu. ----- ©iamdhilaaa, 2020