"Mau kemana kau?"
Chaeyoung menghentikan begitu saja langkahnya, berbalik untuk menatap pada Ibu Seokjin dan memaksakan sebuah senyumannya saat itu.
"Ah, aku akan pergi sebentar. Kurasa aku harus memberikan waktu bagi anda dan putra anda, Nyonya."
"Bukankah sudah ku katakan jika aku juga ingin berbicara denganmu?"
Sialan. Chaeyoung juga tahu tentang hal itu, dan berniat untuk pergi begitu saja ketika ia sudah meletakkan secangkir teh di hadapan Ibu Seokjin. Tapi sepertinya wanita itu terlihat tak main-main dengan ucapannya sebelumnya.
Entahlah, Chaeyoung dilingkupi rasa takut saat ini. Suasana yang tak nyaman dan aura yang begitu dingin. Dan Chaeyoung juga sepertinya tahu mengapa Ibu Seokjin tahu keberadaan apartemen miliknya dan ingin berbicara padanya.
"Ck, jika ingin membuat keributan, kau seharusnya tak datang kemari. Hubungi saja aku, jangan libatkan Chaeyoung dalam apapun."
Ucapan itu membuat pandangan Chaeyoung dan Ibu Seokjin menatap padanya. Masih duduk berhadapan dengan sang ibu, namun terlihat sekali jika ia begitu tak menyukai kehadirannya saat ini.
"Yang membuat keributan sekarang adalah kau, Kim Seokjin! Bagaimana bisa kau tak memberi kabar apapun, huh?!"
"Aku merasa tak perlu untuk memberitahu kabar pada siapapun. Aku sudah cukup nyaman di sini."
"Kau tahu keributan apa yang sudah kau perbuat, huh?! Kau hampir membuat keluarga kita dalam bahaya karena kau tak menuruti ucapan eomma saat itu!"
Baiklah, ini saat yang tepat bagi Chaeyoung. Disaat ibu dan anak itu berdebat, Chaeyoung perlahan mulai berbalik--tentu saja untuk kembali melarikan diri seperti tujuan awalnya.
"Sudah ku katakan untuk kemari dan duduk!"
Gagal lagi.
Chaeyoung tak ingin menerima komplain dari tetangganya jika apartemennya begitu ribut. Maka akhirnya ia kembali dan memilih untuk di samping Seokjin.
Menghela nafasnya untuk setidaknya menenangkan dirinya sendiri, Ibu Seokjin kini beralih menatap pada Chaeyoung dan sedikit membuat gadis itu terkesiap.
"Park Chaeyoung, benar kan?"
Chaeyoung hanya mengangguk untuk menjawabnya.
Astaga, ini benar-benar pertama kali Chaeyoung bertemu tatap langsung dengan Ibunya Seokjin. Hanya mendengar cerita dari Namjoon dan Seokjin, atau melihat wajahnya yang memang sering terpampang di berita harian.
"Sudah berapa lama kau berhubungan dengan Seokjin?"
"Ck, sudah kubilang jika kau bisa--"
"Aku berbicara dengannya, bukan denganmu!" Ibu Seokjin dengan cepat memotong ucapan Seokjin, membuat pria itu hanya berhela untuk saat ini.
Chaeyoung sempat melirik ke arah Seokjin, sebelum kembali menatap pada Ibu Seokjin. "S-Sudah hampir enam tahun. T-Tapi beberapa hari yang lalu, kami memutus--"
"Aku akan menikahinya. Jika perlu, secepatnya."
Chaeyoung dengan cepat menatap pada Seokjin, tentu saja terkejut dengan ucapannya. Astaga, pria itu benar-benar tak pernah bisa membaca situasi saat ini. Lihat saja bagaimana Ibunya yang masih terdiam seolah tak suka dengan ucapan putranya tadi.
Tentu saja, Seokjin sudah dijodohkan. Tapi lebih memilih dirinya dan bahkan berniat ingin menikahinya. Sudah pasti kedatangan Ibu Seokjin kemari untuk memperingatinya dan menyuruhnya untuk menjauh dari Seokjin.
Hah, Chaeyoung seperti sedang berada dalam sebuah drama saja saat ini. Tak menyangka saja jika drama yang sering ia tonton bisa terjadi di kenyataan seperti ini. Dan ini benar-benar melelahkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
love scenario ❌ namlice
Fanfiction[18+] ✔ Kita jatuh cinta dan saling bertemu, Membuat sebuah kenangan yang tak ingin terhapus, Sebuah melodrama yang indah, Dengan akhir cerita yang indah pula, Itu semua sudah cukup, karena aku mencintaimu. ----- ©iamdhilaaa, 2020