Ny. Kim merasakan ada yang aneh dan berbeda akhir-akhir ini. Ketiga putrinya pun sedang memakan sarapan mereka dengan hening yang hal itu sangat jarang sekali terjadi. Setidaknya ada sedikit pertengkaran antara si sulung dan si bungsu yang berebut makanan seperti bocah, dan si tengah yang selalu menjadi penengah--jika orang lain yang melihat mereka, mungkin si tengah akan dikira sebagai anak tertua yang mengurusi si kembar yang tak pernah akur. Tapi sebagai seorang Ibu, tentu hal kecil tentang putrinya tak bisa lepas begitu saja dari pandangannya, seperti saat ini.
"Jennie.."
Yang dipanggil namanya mendongak, menatap pada Ibunya.
"Mau sampai kapan kau akan tinggal di sini? Kau tak takut suamimu akan mencarimu, huh?"
Jennie sempat terkesiap akan pertanyaan Ibunya, berusaha mencari alasan lain tentang dirinya yang tiba-tiba saja menginap di rumah selama beberapa minggu ini dan membawa Jihyun juga. Bahkan akhir-akhir ini Jihyun juga menanyakan hal yang sama, dan dirinya masih bisa untuk memberikan alasan bagi putranya itu.
"Tak apa. Aku sudah mengatakan pada Oppa dan dia setuju saja."
"Terakhir kali kau menginap lama di sini, kalian berdua membuat keributan di jalan hanya karena dia memaksamu untuk pulang. Dan itu di hadapan Jihyun pula. Eomma tak suka jika Jihyun harus melihatnya lagi."
Jennie sempat berhela, tentu mengingat hal itu. "Eomma, sungguh tak apa."
"Tapi kau sudah terlalu lama di sini."
"Memangnya kenapa? Apa aku tak boleh untuk tinggal di sini? Aku hanya rindu rumah saja."
Ny. Kim tak lagi menjawab. Ucapan Jennie memang ada benarnya, dan memilih tak lagi bertanya.
"Lalu kau. Kenapa dari kemarin tidak berangkat ke sekolah seperti biasanya?"
Jisoo tahu jika pertanyaan itu mengarah padanya, menatap pada Ibunya sekilas sebelum kembali melanjutkan sarapannya.
"Aku mengambil cuti."
"Ya, apa yang kau lakukan memangnya sampai mengambil cuti, huh? Kau tidak menikah dan juga tidak hamil."
"Eomma, kenapa mengatakan hal itu?!"
Ny. Kim sedikit terkejut, mendengar Jisoo yang menaikkan suara di akhir saat itu. Dan Jisoo pun menyadarinya pula, mengalihkan pandangannya dan menghela nafasnya. "Maafkan aku." Lalu beranjak dari duduknya saat itu. "Aku akan di kamarku seharian ini. Tolong jangan ganggu aku." Ucapnya sembari berjalan, dan menutup pintu begitu saja pintu kamarnya. Bahkan terdengar pula suara jika ia juga mengunci pintu kamarnya.
"Ck, ada apa lagi dengannya sebenarnya?"
"Aku selesai." Ucap Lisa, dan mengundang perhatian Ibunya.
"Aku juga harus membantu Jihyun untuk bersiap." Ucap Jennie kali ini, namun menyempatkan untuk pamit kepada Ibunya.
Sementara Ny. Kim yang melihatnya kembali lagi hanya menghela nafasnya--tak tahu dengan tingkah semua putrinya yang sedikit berbeda.
Saat keluar, Lisa bisa melihat seorang pria yang berdiri tak jauh dari rumahnya. Jika dilihat, sepertinya sudah lama pria itu berdiri di sana seolah tengah menunggu.
"Apa ada yang bisa ku bantu?"
Lisa sepertinya benar, terlihat dari pria yang sebenarnya cukup asing itu kini menarik segaris senyumnya dan berjalan mendekat pada Lisa.
"M-Maaf karena mengganggu sebelumnya."
"Tak apa. Tapi, apa yang kau lakukan di sana?"
Lisa mengikuti tatapan pria itu yang sempat melirik ke arah rumahnya, sebelum kembali menatap pada pria di hadapannya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
love scenario ❌ namlice
Fanfiction[18+] ✔ Kita jatuh cinta dan saling bertemu, Membuat sebuah kenangan yang tak ingin terhapus, Sebuah melodrama yang indah, Dengan akhir cerita yang indah pula, Itu semua sudah cukup, karena aku mencintaimu. ----- ©iamdhilaaa, 2020