"Tidak biasanya kau mau menemaniku untuk berbelanja. Ada apa denganmu, hmm?"
Jennie menghentikan langkahnya, bersamaan dengan pandangannya melirik ke arah Lisa. Adiknya itu hanya diam, entah apa dia mendengarkan ucapannya tadi.
"Lisa?"
Dan sentuhan di bahunya saat itu membangunkan lamunan Lisa. Memaksakan senyumnya sebelum mengambil sekotak sereal di rak yang memang dekat keduanya saat itu dan memasukkannya ke dalam troli belanja mereka.
"Ada apa? Kau memikirkan sesuatu?"
Lisa berusaha untuk mengelak, menggeleng sebagai jawabannya. "Tidak ada. Hanya, ya, beberapa masalah pekerjaan saja. Oh, ya, eonni bertanya apa tadi?"
Jennie berhela, menggeleng setelahnya. "Sudahlah, lupakan saja. Tapi, kau benar-benar tak apa, bukan? Kau bisa cerita padaku jika kau memiliki masalah."
Lisa kembali menggeleng. Tapi Jennie sangat tahu sekali jika Lisa dalam keadaan tak baik-baik saja.
"Kau memikirkan ucapan eomma semalam?"
Dan keterdiaman Lisa saat itu sudah membuat Jennie mengerti. Apalagi dengan Lisa yang kini menghela nafasnya dengan berat.
Memang benar, ucapan Ibunya semalam benar-benar mengganggunya. Lisa bahkan tak tahu apa ia harus menuruti begitu saja perkataan Ibunya untuk memutuskan hubungannya dengan Namjoon. Lisa bahkan sudah mengira ini semua, itulah sebabnya ia begitu menyembunyikan hubungannya dengan Namjoon karena takut kejadian ini akan terjadi.
"Ada apa sebenarnya dengan eomma? Hanya karena Oppa seorang produser, ia takut jika aku tak akan bahagia bersama dengan Oppa. Ck, apa eomma sama sekali tak melihat pada eonni? Buktinya, eonni baik-baik saja dengan Yoongi Oppa. Lalu, apalagi yang ia takutkan?"
Jennie ingin sekali mengatakan pada Lisa bahwa ia tak baik-baik saja saat ini. Semua ucapan Lisa tak ada sama sekali yang benar. Namun tentu saja, Jennie tak bodoh hanya untuk mengatakan semua itu. Ini masalah keluarganya, dan Jennie yakin jika dirinya bisa menyelesaikan semuanya tanpa keluarganya tahu.
"Ck, Oppa bahkan mencari banyak waktu dari waktu sibuknya hanya untuk datang pada eomma dan meminta restu. Eomma benar-benar sangat keterlaluan sekali padaku. Lalu, untuk apa dia mengatakan di depan Oppa jika ia akan merestui kami? Sekalian saja dia bilang pada Oppa agar tak perlu untuk menemuiku kalau eomma tetap teguh dengan pemikirannya."
"Kurasa, kau memang harus memikirkan lebih baik ucapan eomma, Lisa."
Lisa dengan cepat menatap pada Jennie, seolah tak terima dengan ucapan sang kakak yang terlihat seolah ia membela Ibu mereka. "Kenapa eonni mengatakan hal itu?"
Jennie menyadari apa yang sudah ia katakan tadi. Hanya menggeleng dan memilih untuk menampakkan senyumnya.
"Aku titip Jihyun bersamamu, hmm? Kurasa, kita melewati area ice-cream tadi. Kau tahu, bukan? Jika Jisoo eonni itu akan selalu ingin memakan ice-cream di malam hari. Sudah seperti seseorang yang mengidam saja." Ucap Jennie, diakhiri dengan tawa pelannya. Sebelum beranjak pergi setelah mengatakan pada Jihyun untuk bersama dengan Lisa.
Lisa hanya mencibir ketika menatap pada kepergian Jennie, melirik ke arah Jihyun yang tengah duduk di dalam troli dan bermain dengan robot mainan yang saat itu Namjoon berikan padanya.
"Jihyun.."
Panggilan itu membuat Jihyun mengalihkan pandangannya, menatap pada sang Bibi dan bahkan menghentikan dirinya yang tengah asik bermain.
KAMU SEDANG MEMBACA
love scenario ❌ namlice
Fanfiction[18+] ✔ Kita jatuh cinta dan saling bertemu, Membuat sebuah kenangan yang tak ingin terhapus, Sebuah melodrama yang indah, Dengan akhir cerita yang indah pula, Itu semua sudah cukup, karena aku mencintaimu. ----- ©iamdhilaaa, 2020