20. Maafkan Mama, Nduk

2.1K 250 27
                                    

Hari H pembuatan film pendek tugas dari PSP yang digelar di PP Bustanul Hidayah.

Untuk praktik pembuatan film hanya diadakan bagi santri putra. Para santri menyambut antusias dengan agenda tersebut. Mengusung tema "Santri Millenal".

Pengambilan gambar film dimulai dengan Umar yang menjadi sutradara. Menentukan angle kamera di setiap adegan yang sebelumnya, naskahnya sudah dirancang bersama tim Kopi Luwak. Mengarahkan para aktor mereka--para santri terpilih--untuk mendapatkan ekspresi yang diinginkan.

Kru produksi seperti sinematografer, lighting designer, dan sound engineer, bekerja sama untuk menciptakan suasana yang tepat dalam setiap adegan.

Helmy menjadi sinematografer. Bertanggung jawab atas pencahayaan dan pemilihan angle kamera yang sesuai dengan nuansa yang diinginkan sutradara.

Ammar menjadi sound engineer, bertugas memastikan kualitas audio yang baik untuk setiap adegan.

Basir menjadi asisten sutradara. Serta Heru menjadi editor. Dan dibantu beberapa santri yang dipilih menjadi bagian kru produksi.

Dengan kerja sama tim yang solid dan kerja sama para santri yang semangatnya membara, komunikasi berjalan efektif, film berkualitas dapat diciptakan dengan mulus. Membangun suasana yang tepat untuk menarik perhatian penonton dan insha Allah berhasil menyampaikan pesan yang diinginkan.

Mulai dari jam 8 pagi dengan beberapa sesi istirahat. Akhirnya menjelang salat isha, pengambilan gambar selesai.

Kumandang adzan terdengar lantang dari Masjid Bustanul Hidayah. Para santri maupun tim Kopi Luwak solat di masjid besar itu yang berada di area pondok putra.

Ba'da jamaah salat isha, para santri yang ikut andil dalam pembuatan film diperbolehkan untuk istirahat di asrama, sedangkan lainnya mengikuti rutinitas takror seperti biasa.

Nadzom-nadzom kitab Sabrowi, Jurumiyah, 'Imriti, hingga Alfiyyah Ibnu Malik, terdengar lantang dibawakan para santri sebagai intro takror--sebelum belajar bersama pelajaran pesantran sesuai kelas diniyah.

Sedangkan, di ruang tamu ndalem, tim Kopi Luwak mulai melakukan proses editing. Heru yang sebagai editor film mulai bekerja memotong dan menyusun adegan yang sudah diambil agar sesuai dengan alur naskah. Menambahkan efek visual dan suara untuk meningkatkan kualitas film, serta tersalurkannya
emosi yang ingin disampaikan dalam film.

"Kenapa mesem-mesem, Ru?" selidik Ammar saat Heru tiba-tiba begitu di saat mengedit.

"Lihat deh ini. Menghayati banget, 'kan? Kayaknya dia punya skill jadi aktor sungguhan." Heru menunjuk layar digital laptop di hadapan. Menampilkan adegan santri baru yang lagi menangis.

"Oh, itu Dito. Dia memang santri baru juga di sini. Barangkali saat adegan itu, bayangin ortu di rumah, jadi kebawa perasaan, jadi kesannya alami banget nangisnya," komentar Helmy yang ikut nimbrung beratensi ke layar digital di hadapan Heru. Disambut tawa yang lain.

"Semangat! Semangat! Kita lembur malam ini. Besok tugasnya udah harus dikumpulkan." Ammar menyemangati yang lain, terutama Heru. "Lanjut, Ru. Kita tunggu keajaiban editing kamu untuk tugas ini."

Heru tertawa renyah. Kembali fokus menatap layar dengan jemari berselancar di atas keyboard setelah berujar, "Punten, ambilkan rokokku. Mau udud, biar tambah fokus."

Basir segera mengambilkan rokok filter beserta pemantiknya di atas meja.

Sementara Helmy kembali duduk di posisi semula dan digunakannya untuk mengirimkan beberapa opsi model sarung kepada salah satu pengasuh pesantren di Malang. Akan ada acara khataman untuk para santri di pesantrennya beliau, memesan khusus sarung seragam untuk para santri yang ikut khataman nanti.

Queen Pesantren Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang