08. Pemilik Mata Teduh

1K 90 2
                                    

Jika Queen ditanya; apakah Helmy ganteng? Dari lubuk hati terdalam dan terjujur, gadis ini pastilah menjawab, biasa saja.

Kulit Helmy sawo matang, hidungnya tidak begitu mancung dengan postur tubuhnya cukup proposional. Namun, perihal fisik tidak penting bagi Queen, tidak merubah seincipun perasaan kagumnya pada sosok Helmy.

Perasaan kagum yang sepertinya perlahan Queen jabarkan saja dengan sebutan ... jatuh cinta.

Hati Queen terkunci di mata Helmy saat bertatapan di malam itu, saat Helmy menolongnya dari Togar.

Bagi Queen, Helmy adalah lelaki pemilik mata teduh amat berkarisma yang baru dijumpai Queen semasa hidup. Mata teduh yang mampu menjelaskan banyak hal hanya dalam waktu yang amat singkat. Mata teduh yang menjabarkan langsung pada Queen bahwa pemiliknya adalah lelaki baik dan spesial.

"Hei! Malah ngelamun, Queen!" seru Sana, teman sekamar Queen yang seumuran, lebih tua Queen 3 bulan.
Mojang Ciamis ini menepuk bahu Queen yang sedang menyisir rambut brunette-nya di depan cermin full body yang terpasang di dinding kamar.

"Astaga! Ngagetin aja deh, Sana!" Queen memekik ringan, mengelus dadanya yang di dalam sana jantungnya terasa hampir copot karena kaget.

Sana tertawa renyah karena berhasil menjaili Queen.

"Jangan astaga, Queen. Lebih baik astaghfirullah aja deh," tanggap Sana kemudian.

"Ah, iya. Bener juga kamu. Maaf ya, aku udah kebiasaan nyebutnya astaga, nanti aku bakalan ubah kebiasaan deh kalo gitu," ujar Queen yang sudah berbalik menghadap Sana. Kemudian dia mengulang-ulang kalimat istighfar seraya mengelus dada.

"Astaghfirullohal 'adzim ...."

"Astaghfirullohal 'adzim ..
... "

"Aku berangkat ngaji dulu. Nanti kamu ke ndalemnya sama Sana, ya?" ujar Dewi usai Queen beristighfar.

"Siap, Mbak Wi!" sahut Queen seraya memberi hormat Dewi dengan sisir yang masih dipegangnya.

"Jangan lupa bawa al-Qurannya."

"Siap, Mbak Wi!" Hormat lagi dengan sisir.

"Titip Queen, San." Dewi beralih atensi ke Sana. Menepuk sebelah bahu Sana.

Sana mengangguk. "Iya, Mbak Wi."

Sekon kemudian, Dewi meninggalkan kamar. Beringsut berangkat mengaji kitab kuning secara bandongan.

Sehabis jamaah salat maghrib, semua santri sibuk mengaji sesuai kelas diniyah mereka. Ada 2 sistem mengaji kitab kuning di pesantren; bandongan dan sorogan.

Sistem bandongan adalah sistem mengaji kitab kuning secara kelompok dengan bapak atau ibu yai membaca, menerjemahkan, dan menjelaskan isi kitab kuning. Sedangkan sistem sorogan sebaliknya; perorangan, mendapatkan bimbingan mengaji secara individual.

"Kamu pantes ya rambutnya diwarna brunette gitu, coba aku, malah kayak orang sinting."

Sana terkikik untuk mengejek dirinya sendiri yang membayangkan rambut hitamnya diwarna brunette layaknya Queen. Pasti nanti teman-temannya juga bakalan menertawakannya yang malah mengesan seperti anak yang sedang frustasi. Beda dengan Queen, cantik banget dengan pemakaian pewarna rambut warna brunette, terlihat bak anak hits perkotaan.

Queen yang selesai menguncir rambutpun melirik ke arah Sana.

"Tapi termasuk pelanggaran 'kan nyemir rambut di sini? Dan bisa kena hukuman?"

"Iya, itu pelanggaran. Bakalan kena hukuman kepalanya digundulin. Tapi karena kamu anak baru, masih dimaafkan kok."

Kedua mata Queen melebar mendengar hukumannya digunduli. Lolos membuat Sana terkikik lagi.

Queen Pesantren Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang