02. Suara Bariton

1.8K 198 3
                                    

Helmy ragu antara mau menolong gadis itu atau tidak, pasalnya tidak ada bukti menonjol kalau gadis itu memang dalam bahaya sekalipun mungkin bisa jadi pria paruh baya tadi adalah seseorang yang mau memperdayai Si Gadis. Namun, jika memang tidak mau diperdaya, kenapa tidak secara terang-terangan saja meminta tolong kepadanya agar tidak mengulur waktu terlalu lama?

Helmy menghempaskan napas. Menarik arah pandangnya dari Si Gadis yang sudah masuk ke lift bersama Si Pria.

Barusan saat dipanggil Honey, Si Gadis juga tampak biasa saja. Ah, mereka palingan berpacaran atau malah sudah menikah, bisa jadi juga hubungan timbal balik antara Sugar Daddy dan Sugar Baby.

Peduli apa tentang Si Gadis, Helmy tidak mau dibodohi dengan mudah, dia memilih meneruskan langkah, mengambil ponselnya.

Namun sial, pikirannya semrawutan memikirkan Si Gadis, berandai-andai kalau bagaimana jika Si Gadis sungguh meminta pertolongannya. Jika dia bergeming saja seperti ini dan sesuatu yang buruk menimpa Si Gadis, dia akan dihantui rasa bersalah amat besar.

"Astaghfirullah," sebut Helmy atas pikirannya yang kacau balau. Begitu mendapatkan ponselnya, dia berlari untuk kembali. Masuk ke lift dengan bingung hendak ke lantai berapa. Berakhir dia memilih tujuan ke lantai kamarnya.

"Semoga belum terlambat," gumamnya was-was di tengah menunggu lift terbuka.

Helmy berlari mencari Si Gadis begitu lift-nya terbuka. Suasana hotel sepi, tidak ada satupun orang yang melintas. Dia terus berjalan melewati depan pintu-pintu kamar hotel. Manik matanya awas melihat apa pun yang ada di hadapannya.

Hingga, radius 3 meter sampai ke belokan, terdengar suara derap langkah seseorang yang sedang berlari.

"Berhenti, Honey!"

"Jangan berlaku bodoh atau kamu akan menyesal seumur hidup!" ancam pria paruh baya seraya berlari mengejar Si Gadis, di balik belokan.

Si gadis enggan acuh dengan ancaman itu. Tekadnya sudah bulat. Dia tidak akan pernah menjual harga dirinya pada sosok itu atau pada lelaki mana pun.

Si Gadis terus berlari. Dalam lubuk hatinya, dia menggumam penuh harap dengan sesuatu yang setelah sekian lama tidak pernah lagi dia lakukan.

Sesuatu itu. Berdoa.

Setelah sekian lama, akhirnya dia mencoba berdoa lagi. Percaya bahwa keajaiban doa itu sungguh ada.

Ya Allah, kumohon. Tolong hamba-Mu ini. Tunjukkan kemurahan-Mu. Aku berjanji jika engkau sungguh menolongku malam ini, aku akan mencoba berubah jadi pribadi yang lebih baik lagi.

Ya Allah. Kumohon ....

Kumohon, Ya Allah ....

Gadis itu mempercepat larinya. Hatinya tak henti berdoa.

Satu jengkal lagi untuk sampai belokan, mendadak--

Bug!

Tubuh ramping Si Gadis ambruk sebab satu heels-nya patah. Bibirnya hampir saja mencium lantai, untung saja kedua tangannya berhasil menopang wajahnya.

Napas Si Gadis memburu. Sebagian rambut brunette panjangnya menutupi wajah.

"Hati-hati, Honey. Kamu jadi celaka begini 'kan?" Pria itu sudah berjongkok di samping Si Gadis yang belum sempat beringsut mengangkat tubuhnya.

Queen Pesantren Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang