▒᳢𝟸 𝟹 .᳢᳟⇀

129 33 3
                                    

Liz meraih ponselnya dari kasur dengan malas. Baru pulang sekolah tanpa ganti baju dia langsung rebahan diatas kasurnya.

Melihat nama yang tertera di layar ponselnya, 'bang yeo.' Dengan malas ia mengangkat panggilan itu.

'Cil!'

"Paan?" Balas liz dengan nada malasnya.

'Jarang kesini lagi lu?'

"Kangen ama gue bang?"

'Kaga, keingetan lu aja.'

"Ya namanya kangen, dodol!" Mulai sewotnya.

'Astaga.... gue ngeliat yunho, trs inget lu, kangen namanya????'

"HAH?? ADA KAK YUNHO?"

'Hooh nih.'

'TuuUuutt!'

Liz mematikan telfonnya. Tiba tiba ia bersemangat, dan langsung mengganti bajunya. Sambil memakai jaket putihnya, ia berjalan keluar rumah setelah berpamitan pada ibunya.

Selagi berjalan, senyum cerah menghiasi wajahnya. Bahkan sesekali bersenandung. Sesekali juga ia merapikan poninya yang berantakan karena angin.

"Narssiscistic oh god i lo--" ia berhenti bersenandung saat sampai didepan warnet milik yeosang.

Senyumnya pudar, ia menatap kosong trotoar didepan warnet itu. Liz memang bisa berubah secepat itu, dari yang asalnya tersenyum secerah matahari, bisa langsung murung sesuram malam hari.

"Gue ngapain kesini.." gumamnya.

Ia menoleh, mendapati yunho yang sedang mengetik di layar komputer dari balik tembok kaca.

"Eh?? Beneran datang ni bocah! Masuk cil!" Seru yeosang dari dalam warnet.

Ia menatap yeosang, lalu kembali menatap yunho yang kini ikut menatapnya.

'Apa yang harus gue lakukan? Yap betul! Kabur!' Batin liz sedetik sebelum akhirnya ia lari.

"Liz!"

Mendengar namanya dipanggil, ia menoleh kebelakang. Ternyata yunho sedang mengejarnya juga. Sial, liz berlari semakin cepat.

Ia menyusuri trotoar hingga akhirnya ia harus menyebrang--

'DIIINN!!'

"AAAAAKK!!!!"

pandangan liz gelap setelah suara klakson mobil itu terdengar sangat nyaring di telinganya.






































'Mati gua?'






























"Cil, jangan keenakan."

"WAANJIRRR?????"

Saat ia membuka matanya ternyata wajahnya sedang menempel di dada seorang pemuda.

Ya siapa lagi kalau bukan yunho. Tepat waktu, yunho menarik liz sebelum ketabrak mobil.

Dirasa wajahnya terasa panas, ia mundur beberapa langkah sambil menutup wajah dengan poni dan rambut panjangnya.

"Ngapain lari sih lu?"

"Suka suka gue."

"Gue punya banyak pertanyaan sama lo, cil."

"Gue gamau nanya sama lo."

"Ya gapeduli yang penting gue nanyain lu."

Tangan liz ditarik oleh yunho. Tak ada penolakan atau berontak sekalipun. Liz masih kaget karena tadi dia-- dadanya yun-- aksjdhjsbs

KAK! || Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang