25

23 6 1
                                    

"Gue bertekad buat cari cowok yang mapan biar gak ada pertengkaran tentang uang nanti nya," kata Kirana sambil menatap Farel.

"Maksud lu, cowok itu gue?" kata Farel sambil menujuk dirinya sendiri.

"Menurut lu, gimana?"

"Lu suka sama gue beneran, Ran?" tanya Farel dengan bersemangat. Farel juga tidak bisa menahan senyuman di wajah nya.

"Siapa yang suka sama lu sih setan?"

"Yah, gue kira lu suka sama gue. Soalnya gue suka sama lu. Lu beneran gak suka sama gue?"

"Kerasukan lagi nih orang. Udah-udah pulang aja yok." Kirana berjalan menuju kedalam mobil Farel dan sekali lagi, Farel mendapat tolakan halus oleh Kirana. Ini pertama kali nya untuk Kirana bia menceritakan sesuatu kepada Farel. Kirana merasa lega karena Farel bisa mendengarkan apa yang diceritakan Kirana dengan baik. Ia sangat bersyukur masih ada seseorang di samping nya yang bisa ia ajak bicara.

Kali ini, Farel tetap mendapat tolakan dari Kirana tetapi ia merasa sangat senang karena ia bisa mendengarkan cerita Kirana. Farel tidak banyak memberi masukan tetapi ia hanya ingin memberitahukan kepada Kirana jika masih ada seseorang yang bisa ia ajak curhat saat di keadaan buruk maupun baik.

Lalu Farel mengantarkan Kirana dengan aman sampai di depan rumah nya.

"Makasih ya setan lu udah mau dengerin curhatan gue. Ini udah malem, jadi liat jalan nya yang bener."

"Perhatian amat sih," ujar Farel dengan senyum di wajah nya.

***

"Ran, lu kenapa ga muncul di grup chat? Sibut banget ya?" tanya Sifa sambil menatap Kirana yang sedang meletakkan tas di bangku nya.

"Kirana biasanya juga nonton drakor atau gak tidur 24 jam full," ujar Santi dengan mudah karena ia mengetahui kebiasaan Kirana.

"Gak 24 jam juga San, lu kira gue mati hah? Emang kemarin bahas apa aja?" kata Kirana sambil memukul kepala Santi pelan.

Sifa memberitahukan bahwa nilai kimia telah dibagi. Kirana mendapatkan nilai 80 dan Rahel mendapatkan nilai 90 sedangkan Sifa dan Yani mendapatkan nilai 60. Kirana merasa senang karena bisa mendapatkan nilai yang cukup bagus. Menurut Kirana, kimia adalah salah satu pelajaran yang sangat sulit bahkan melebihi sulit nya pelajaran matematika. Kirana juga berusaha untuk menyemangati Sifa dan Yani agar tidak terlalu sedih karena telah mendapat nilai 60.

"Gimana kalo nanti kita pergi ke mall aja buat seneng-seneng?" tanya Sifa dengan semangat.

Rahel dan Santi mengangguk setuju sementara Kirana masih bingung untuk ikut atau tidak.

"Lu juga setuju kan Ran?" tanya Sifa sambil melihat ke arah Kirana dengan wajah senang dan mata nya yang berbinar-binar.

"Emm... Gue kayak nya gak ikut deh. Sorry banget ya," jawab Kirana sambil menundukkan kepala nya.

"Yah, gak seru lu Ran, emang kenapa sih? tanya Santi dengan menatap Kirana. 

"Lagi males aja ke mall." Kirana bukan nya tidak ingin untuk pergi ke mall. Ia sangat ingin untuk bisa jalan-jalan dengan teman nya tetapi ia idak ingin menghabiskan uang nya lagi. Ia harus menabung agar ia bisa kuliah. Jika hal ini tidak dilakukan mulai sekarang maka kemungkinan untuk bisa kuliah sangatlah kecil. Ia tidak ingin dipandang rendah oleh teman-teman nya gara-gara hanya lulusan SMA. 

"Gak boleh. Pokoknya Kirana harus ikut. Kalo Kirana gak ikut, gue juga gak ikut. Ikut ya Ran, pliss," ujar Sifa sambil menujukkan wajah melas.

"Jangan gitu lah Sif. Gue kan jadi gak enak kalo gue gak ikut. Hmm... Yaudah deh gua ikut." Kirana berpikir sejenak untuk bisa menyetujui nya. Akhirnya, Kirana memutuskan untuk ikut pergi ke mall juga Ia bertekad jika ini adalah terakhir kali nya untuk ia bisa pergi ke mall. Ia juga berharap agar uang yang ia habiskan tidak terlalu banyak.

Gajah TerbangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang