24

22 6 0
                                    

Setelah 15 menit, mereka berdua tiba di sebuah restoran. Kirana dan Farel memesan makanan yang sama yaitu ayam bakar.

"Ngomong apa gitu Rel biar gak terlalu diem," kata Kirana memecahkan kesunyian antara dia dan Farel.

"Lu mau jadi pacar gue?" Farel bertanya serius.

"Hah?" Kirana mengerutkan dahi nya.

"Hah hoh hah hoh. Lu mau jadi pacar gue?" tanya Farel sekali lagi.

"NO," kata Kirana sambil menyilangkan kedua tangan nya membentuk huruf X di depan wajah Farel.

"Kenapa?" tanya Farel heran.

"Terserah gue mau jawab apa. Sekarang gue yang nanya. Kok lu gak ngajak cewek yang lu suka aja buat temenin lu makan."

"Dia sibuk."

"Sejak kapan lu suka sama itu cewek?"

"Sejak dulu."

"Jawab nya bisa agak panjangan gak sih Rel? Cerita gitu sama gue," pinta Kirana.

"Gue udah cerita tadi pagi. Gantian sekarang lu yang cerita sama gue."

"Gue gak punya cerita," jawab Kirana dengan cepat.

Farel sangat ingin mendengar cerita Kirana. Ia ingin Kirana bisa membagikan sedikit beban nya kepada Farel. Jarang sekali, Kirana menceritakan sesuatu kepada Farel. Padahal, Farel tau jika Kirana sedang memiliki masalah tetapi itu kembali lagi kepada Kirana. Ia tidak bisa memaksakan seseorang untuk berbagi masalah nya.

Setelah menyelesaikan makan nya, mereka kembali ke dalam mobil untuk pulang.

"Rel, ini bukan jalan pulang. Lu harusnya belok kiri. Denger kan Rel?" Kirana berpikir bahwa Farel memilih jalan untuk bisa pulang lebih cepat. Jadi, dia percaya dengan Farel.

"Udah, diem aja."

Ternyata Farel membawa Kirana ke sebuah tempat yang tidak pernah dilihat oleh Kirana. Dari tempat itu, mereka berdua bisa melihat jalanan dari atas sana dengan lampu menyala yang terlihat sangat indah. Farel menyuruh Kirana untuk turun agar bisa melihat pemandangan lebih jelas.

"Teriak," kata Farel kepada Kirana.

"Hah?"

"AAAAAAAA." Farel berteriak untuk memberikan contoh kepada Kirana.

Kirana melihat Farel yang barusan teriak dengan bingung. Kirana tidak pernah melihat Farel teriak sekeras itu sebelumnya. Lalu, Farel menyuruh Kirana untuk teriak.

"AAAAAAAAAAA." Kirana berusaha untuk teriak sekeras yang ia bisa.

"Teriak lagi sampe semua beban lu ilang."

"AAAAAAAAAAAA." Kirana berteriak lebih keras sekali lagi.

"Gimana? Udah lebih baik? Gue tungguin kalo lu masih mau teriak."

"Kenapa sih Rel, lu mesti tau tentang keadaan gue. Gue pingin nyembunyiin kesedihan gue di depan lu tapi tetep gabisa. Gue jarang banget cerita sama lu tentang kehidupan gue. Lu tau kan kalo gue paling ga suka orang tau tentang kesedihan gue. Apalagi lu musuh bebuyutan gue, gue ga pingin lu tau tentang gue. Gue pasti tambah dijahilin lagi kalo lu tau tentang segala kesedihan gue. Jadi, plis jangan deket deket lagi sama gue. Ini terakhir kali nya, gue jalan berdua bareng lu."

"Kenapa lu gak mau cerita sama gue? Gue seburuk apa sampe lu gak mau cerita sama gue? Kenapa lu gak mau deket sama gue? Kenapa Ran?" kata Farel dengan penuh emosi.

"Rel, ini udah malem. Lu bisa anterin gue pulang ga? Gue takut nya gak bisa bangun pagi besok buat sekolah." Kirana langsung mengajak Farel untuk pulang karena ia tidak ingin menjawab pertanyaan Farel.

"Gue emang seburuk itu ya Ran di mata lu? Oke, gapapa kalo lu gak mau cerita sama gue. Gue cuma mau ngomong kalo gue pasti dengerin kalo lu cerita sama gue. Lu boleh banget buat cerita sama orang yang lu percaya buat bikin lu lebih baik."

Farel pun berdiri dan mengulurkan satu tangan nya untuk membantu Kirana berdiri.

"Gue lagi capek banget dengerin orangtua gue yang lagi berantem." Akhirnya Kirana menceritakan keresahan nya kepada Farel yang membuat ia kembali duduk di sebelah Kirana. Awalnya hanya setitik air mata yang keluar lalu menjadi dua titik dan akhirnya air mata itu terus saja keluar tanpa diinginkan Kirana. Farel terus mendengarkan dengan sabar dan tulus setiap kata yang keluar dari mulut Kirana. Sesekali, Farel mencoba untuk menenangkan Kirana yang menangis.

Kirana sangat kaget melihat reaksi Farel yang terlihat sangat tulus. Kirana merasa bahwa ia mengambil keputusan yang tepat untuk bercerita kepada Farel.

Sebenarnya, ada alasan mengapa Kirana tidak ingin bercerita kepada sembarangan orang. Saat SMP, Kirana memiliki teman yang dekat sekali dengan nya. Bisa dikatakan sahabat terdekat nya. Orang tersebut selalu menceritakan segala sesuatu kepada dia dan Kirana mendengarkan dengan baik bahkan ia juga memberi saran terbaik nya.

Suatu hari, ia memutuskan untuk menceritakan apa yang terjadi pada nya hari itu tetapi orang tersebut tidak mendengarkan Kirana dengan baik. Kirana sangat tidak menyangka jika teman nya berperilaku begitu. Ia merasa bahwa orang lain tidak ingin mendengarkan cerita Kirana. Kirana berpikir apakah dia yang terlalu sensitive atau memang itu bukanlah suatu perilaku yang baik. Karena hari itu, Kirana tidak pernah menceritakan apapun tentang diri nya kepada orang lain kecuali ke keluarga nya.

"Gue bertekad buat cari cowok yang mapan biar gak ada pertengkan tentang uang," kata Kirana sambil menatap Farel di akhir cerita nya.

"Maksud lu, cowok itu gue?" kata Farel sambil menujuk dirinya sendiri.

"Menurut lu, gimana?" 


Terimakasih untuk yang sudah baca

Jangan lupa buat vote nya yaa

-GAJAH TERBANG-

Gajah TerbangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang