17

1.1K 66 6
                                    

Author's PoV

Hermione mengerejapkan matanya. Ia terbangun, namun tak sama sekali mengenali di tempat apa ia berada sekarang. Badannya sakit, seperti habis dihujam beberapa pukulan. Mulutnya disumbat, bahkan kedua tangan dan kakinya terikat di kedua ujung kasur yang berada ditengah ruangan gelap dan mengerikan ini.

Hermione diculik.

Hermione berusaha melepaskan tali yang mengikat dirinya, bergerak kesana kemari berharap sebuah keajaiban datang dan tali yang mengikatnya terlepas. Gadis itu mulai menangis, berteriak dalam hati meminta pertolongan kepada Merlin. Tega sekali ada orang menyekapnya, bahkan lebih parahnya, ruangan ini sangat gelap, hanya menyisakan cahaya lampu redup yang terpasang di atas ranjang tempat Hermione diikat.

Beberapa saat setelah Hermione berusaha melepaskan dirinya, ia melihat bayangan dari kegelapan, mulai mendekatinya dengan langkah perlahan yang sangat menakutkan. Bayangan itu tak sendiri, ada 2 bayangan lainnya di belakangnya membuntuti dengan setia. Hermione takut. Sangat takut dengan apa yang akan dilakukan orang-orang gila ini. Dalam hati ia hanya dapat menjerit nama Draco, berharap lelaki itu dapat menyelamatkannya.

Ketiga orang itu mulai menampakkan diri, memperlihatkan jubah panjang menyapu lantai berwarna hitam yang menutupi hampir seluruh bagian tubuh mereka. Hermione memicingkan matanya, menyadari bahwa seseorang yang ia lihat bukanlah orang asing.

"Well, well. Pahlawan perang, murid paling pintar di Hogwarts, Brightest witch at her age, kini terbaring lemas dengan air mata mengalir diwajahnya. Sungguh ironis," ujar orang tersebut, lalu terkekeh menyeramkan.

Hermione merinding, ia bahkan dapat merasakan udara disekitarnya menjadi 3 kali lipat lebih dingin dari sebelumnya. Bulu kaki Hermione berdiri karena hawa dingin itu menjalar melalui kaki Hermione yang hanya terlapisi dengan rok pendek diatas lutut, ditambah lagi dengan keadaan kakinya yang menganga lebar karena diikat di kedua ujung ranjang.

"Kupikir kau lebih cerdas dari ini. Ternyata, menangkapmu bahkan lebih mudah daripada menangkap Goblin." Wanita berjubah itu kembali tertawa, kemudian menyingkap jubah yang menutupi kepalanya.

Tak salah lagi, Hermione kenal siapa gadis ini.

*

Kementrian kini sedang ramai dengan berita hilangnya Hermione Granger sejak wanita itu menelusuri Diagon Alley. Auror yang tadinya diperintahkan untuk menjaga Hermione kini berada di ruang introgasi, berhadapan dengan Kingsley yang mati-matian memberikan kalimat caci karena tak becus menjaga Hermione.

Disisi lain, Draco sudah tahu mengenai kabar hilangnya Hermione. Demi Merlin, ia bahkan tak sempat meminta izin kepada Narcissa untuk pergi ke kementrian. Kurang dari 1 menit setelah kabar hilangnya Hermione, ia langsung ber-apparate menuju kementrian. Apa yang ia takutkan menjadi kenyataan.

Kini Draco berjalan tergesa-gesa, sesekali menabrak orang karena ia tak dapat lagi memperhatikan jalan didepannya. Satu-satunya hal yang ada di otaknya kini adalah bagaimana cara ia menemukan gadis itu tanpa tergores luka sedikitpun.

brakkk

Suara dobrakan pintu menggema di ruang introgari. Terlihat Kingsley dan Auror yang tadi ikut serta menelusuri Diagon Alley bersama Hermione berada ditengah ruangan. Mereka semua menunjukkan wajah khawatir, dan bersalah.

"AUROR BODOH! UNTUK APA DIANGKAT MENJADI AUROR JIKA MENJAGA SATU WANITA SAJA TIDAK BECUS!" seru Draco, memberikan tatapan tajam kepada Auror tersebut.

Para Auror itu menundukkan wajah, merasa bersalah dan membenarkan apa yang dikatakan Draco dalam hati. Bahkan mereka sekarang tak berani melihat kearah mata keabuan milik Draco yang menatap tajam.

"Tenang, Mr. Malfoy. Kami sedang melakukan pencarian disekitar sana. Telah ditemukan jejak mantra Petrificus Totalus, dan itu adalah bukti paling kuat yang dapat dijadikan petunjuk." ujar Kingsley menenangkan Draco.

Draco mengacak rambut pirangnya dengan kasar, terus memaki kearah Auror yang sangat tak becus menjaga Hermione-nya.

Ceklek

Seseorang membuka pintu, membuat semua yang ada diruangan menoleh kearahnya. Harry Potter berdiri disana, dengan wajah khawatir miliknya yang sudah lama tak dilihat banyak orang.

"Aku menemukan jejak apparate, dan itu menuju ke sebuah tempat di Hutan Terlarang, dekat Hogwarts. Aku tak tahu pasti lokasinya dimana, yang jelas jejak apparate itu mengarah kesana," jelas Harry.

"Aku ikut!" seru Draco.

Kingsley mengangguk, lalu memutuskan untuk ikut serta dengan Harry dan Draco mencari Hermione.

Mereka bertiga keluar dari ruang introgasi. Semua yang melihat mereka berjalan bersama membelakkan mata. Permusuhan Harry dan Draco merupakan rahasia umum dan melihat kedua lelaki itu berjalan bersama membuat tatapan heran menghujani mereka.

"Aku, Draco dan timku menuju barat hutan. Kingsley, Ron, dan sisanya menuju selatan. Paham?" Harry memerintah.

Mereka semua mengangguk. Seluruh pasukan elite Auror, bahkan Ron dikerahkan untuk mencari Hermione.

Mereka naik dengan sapu terbang masing-masing, lalu melesat dengan cepat menuju Hutan Terlarang.

*

Hermione's PoV

"Hei jalang kecil malang, aku tahu bahwa kau pasti berusaha memecahkan kasus hilangnya aku. Kau berfikir bahwa aku akan merencanakan sesuatu yang berbahaya bagi dunia sihir. Hahaha, kau memang benar, sweety. Kau dan kawan-kawan bodohmu tak akan bisa menang kali ini." seru Pansy.

Ya, Pansy fucking Parkinson menyekapku di sebuah gubuk kecil yang bahkan aku yakin tak akan bertahan satu bulan saking reotnya. Ia bersama kedua Death Eater menyeramkan dibelakangnya memang sudah membuntutiku dari saat aku menelusuri Diagon Alley, dan memutuskan untuk menculikku.

"Bagaimana bisa seorang Draco malah bekerja sama denganmu, hm? Apa yang kau tawarkan kepadanya hingga dapat berbuat baik kepada jalang sepertimu?" tangan Pansy kini menyentuh pipiku. Kuku panjangnya mengelus pipiku, lalu Plak! ia menamparku dengan keras. Aku tak sanggup lagi menahan air mataku. Ketakutan telah menjalar diseliruh tubuhku, namun tak ada satupun usaha yang dapat aku lakukan untuk meloloskan diri dari sini.

"Oh, apakah kau menawarkannya tubuhmu, jalang murahan?" Pansy menyeringai kepadaku.

"Kalau begitu biarkan anak buahku mencicipi tubuh kotor Mudblood mu sekarang." lanjutnya.

Aku berteriak, meronta-ronta melihat dua Death Eater dibelakang Pansy kini menuju kearahku, dengan seringai menakutkan miliknya. Oh Merlin, bahkan ini lebih menyeramkan daripada melawan Voldemort.

Aku memejamkan mataku, merasakan kakiku kini dijamah oleh dua makhluk tak berhati ini. Aku menendang kesana kemari, namun apa yang kulakukan sia-sia. Tali ini disihir. Semua yang kulakukan bahkan tak dapat menggerakkan talinya sedikitpun. Aku pasrah, hanya berharap keajaiban muncul dan sesuatu dapat menolongku dari orang-orang gila ini.

Aku menangis, hanya Draco lah yang ada dipikiranku kali ini. Berdoa, berharap ia akan menemukanku secepatnya, walaupun aku tak yakin bagaimana caranya menemukanku.

Kedua orang ini menyingkap rok pendekku hingga ke perut, memperlihatkan g-string hitamku. Aku tak mampu melakukan apapun selain menangis dan meminta keajaiban. Aku menutup mataku, merasakan tangan dingin besar merobek g-string milikku, hingga tak satupun benang menutupi kemaluanku.

Sekali lagi, aku hanya bisa menangis.

tbc

Vomment yuk!

Until I Fall Again - DramioneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang