Malam ini udara terasa sangat dingin membuat Clara gadis cantik berjiwa psikopat itu merasa kedinginan dan ditambah dengan suasana yang hening tanpa seorang dirumahnya kecuali Pak Dion dan beberapa penjaganya.
"Ma, aku rindu," ucap Clara dengan raut wajah sedih.
Clara kehilangan keluarganya sejak ia berusia 7 tahun. Dikarena kan penyakit psikopatnya, sejak kecil Clara sering melukai anak-anak lain sehingga ia membunuh salah satu anak dari teman Ayahnya yang menyebabkan Ayah dan ibunya meninggal.
Flashback on.
"Clara apa yang kamu lakuin sayang?" tanya Angel yang tak lain adalah Mama Clara."Maafin Aku Ma, tadi Aku ajak Lidya main bunuh-bunuhan tapi dia nggak mau jadi Aku bunuh dia beneran," ucap Clara sambil menangis.
"Clara sayang harusnya kamu nggak ngelakuin ini," ucap Angel menangis ketakutan.
"Maafin aku," Clara menangis memeluk Mamanya dengan darah yang menempel dipakaiannya.
"Angel ada apa ini?" tanya Dirga Mahesa(ayah Clara).
"Clara kamu bunuh Lidya?" tanya Dirga dengan nada keras.
"Maaf Ayah," jawab Clara segugukan.
"Lidya sayang, ayo kita pu-" Antonio terkejut melihat putrinya berlumuran darah dan tak bernyawa lagi.
"Kau apakan anakku Dirgaaaa?" tanya Antonio berteriak keras.
"Maafkan aku semua ini tidak disengaja," ucap Dirga memohon ampun.
"Sayang kamu sembunyi," ucap Angel mendorong putrinya untuk menjauh.
"Tapi ibu ak-"
"Pergilah!" Angel mengelus pipi putrinya dan menciumnya.
Clara bersembunyi dibalik pintu. Antonio menghajar Ayahnya Clara tanpa ampun, tidak lama masuk beberapa bodyguard Antonio yang diperintahkan untuk menghabisi Dirga dan Angel. Clara menutup mulutnya menahan tangis melihat keluarganya yang dihajar sampai berdarah-darah.
"Halo Pak polisi, tolong aku disini ada pembunuhan atas keluargaku," Clara menelpon polisi diam-diam.
"Cari anak itu!" Perintah Antonio.
"Apakah kita juga akan membunuh anak itu,bos?" tanya salah satu bodyguard.
"Ya, tak kan kubiarkan keluarganya hidup termasuk anaknya!" Teriak Antonio.
Tidak lama kemudian polisi pun datang membuat Antonio sangat terkejut melihat kedatangan polisi itu.
"Saya tidak membunuh pak, orang ini lah yang membunuh anak saya. maka dari itu saya membunuh nya," ucap Antonio membela dirinya.
Clara berjalan menuju salah satu polisi dan mengambil pistol yang ada di kantong belakang polisi tersebut tanpa ketahuan.
Dorrr...
Dorrr.....
Dorrr.....Clara membunuh semua polisi dan tinggal tersisa Antonio dan para bodyguard nya.
"Wah kau anak kecil yang sangat hebat. Kau membunuh anakku lalu kau menelpon polisi," ucap Antonio Menepuk tangan.
"Kamu membunuh Ayah dan Ibuku," ucap Clara menangis sambil memegang pistol yang diarahkan kepada Antonio.
"Karena kamu membunuh anakku, apakah kau anak kecil yang gila?" tanya Antonio berteriak.
"Cepat tangkap anak itu!"perintah Antonio dengan amarah yang sudah sangat besar.
Dorrr.....
Dorrr.....
Dorrr....
Dorrrr....
Belum sempat bodyguard Antonio menangkap gadis kecil itu, namun pistol sudah digunakan oleh Clara membuat Antonio merasa sangat kesal karena perbuatan Clara.
"Sudah mati dan sekarang giliran kamu," Clara tersenyum tipis.
Dorrr.....
Dorrr.....Clara berjalan menuju Ayah dan ibunya.
Air matanya semakin banyak menetes membuatnya merasa sangat sedih karena kehilangan keluarganya."Maafkan aku,"ucap Clara lalu berlari pergi meninggalkan rumah itu.
"Nona Clara," panggil Pak Dion.
"Pak Dion, Clara sudah bunuh orang karena orang itu bunuh Ibu dan Ayah Clara," ucap Clara menangis dipelukan Pak Dion.
"Ayo kita pergi dari sini," Dion segera membawa Clara pergi dari tempat itu dengan mobil milik keluarga Clara.
Flashback off.
"Ini salahku maafkan aku," Monolog Clara.
"Tapi aku masih belum membunuh istri dari Antonio, aku harus membunuhnya karena tidak adil jika keluargaku mati terbunuh namun keluarganya masih ada," ucap Clara mengepalkan tangannya.
Tok... Tokk... Tokk...
"Masuk!" ucap Clara.
"Nona ada yang ingin bertemu denganmu, aku sudah bilang bahwa kau tidak bisa ditemui namun ia memaksa untuk tetap bertemu," ucap Pak Dion.
"Siapa?" tanya Clara penasaran.
"Dia tidak menyebut namanya," jawab Pak Dion.
"Baiklah, silahkan keluar! Aku akan menemuinya," ucap Clara menghapus air matanya.
"Lo?" Clara kebingungan karena kedatangan seseorang yang tak diduga.
"Ya, apa Lo nggak ngenalin gue?" tanya Barra.
"Dari mana Lo tau rumah gue?" tanya Clara menatap tajam.
"Bukan hanya rumah tapi Gue juga tau kalau Lo penyebab Kenzy murid sekolah itu tewas," ucap Barra tersenyum miring.
"Lalu?" tanya Clara sangat dingin..
"Lo nggak nyuruh gue masuk gitu?" tanya Barra tersenyum miring melihat gadis cantik psikopat didepannya.
"Pergi atau Gue bunuh!" ancam Clara membuat Barra tertawa meremehkan.
"Sial, Lo ngetawain gue?" tanya Clara agak kesal karena diremehkan.
"Kita ini sama, jadi Lo pikir gue bakalan takut sama Lo," ucap Barra membuat Clara membulatkan mata indahnya.
"Maksudnya sama apa?" Clara bertanya berpura-pura bodoh, ia harus waspada barang kali ini adalah jebakan dari pria itu.
"Gue mau masuk dulu ke rumah Lo," Barra menerobos masuk ke rumah Clara tanpa izin dari Gadis itu.
"Keluar!!"bentak Clara merasa sangat terganggu dengan Barra.
Barra tak menggubris perkataan dari Clara, ia duduk di sofa yang sangat empuk dan nyaman lalu merentangkan kedua tangannya.
"Duduk lah Clara gadis psikopat," Barra menepuk sofa menyuruh Clara untuk duduk disampingnya.
"Apa Lo bilang?" tanya Clara dengan wajah datar.
"Gue tau kalau Lo itu psikopat, kita itu sama sifat kita sama persis. Aku jadi penasaran apakah semua psikopat mempunyai sifat yang sama seperti kita ini?" Barra tertawa devil.
Clara hanya diam melihat pria gila yang berada didepannya. Bagaimana mungkin? Apakah dia benar seorang psikopat?~batin Clara tak percaya.
"Lo nggak percaya?oke, gimana kalau kita buktiin malam ini juga tapi Lo harus jadi teman gue kalau gue berhasil nunjukkin," ucap Barra menyebutkan syarat yang sangat tidak masuk akal membuat Clara menatapnya seperti orang gila.
"Oke," jawab Clara masih dengan ekpresi yang datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dᴜᴀ Psɪᴋᴏᴘᴀᴛ [𝐄𝐧𝐝]
RomanceCerita tentang Agatha Clarabella dan Barra putra Lesmana. Dua orang dengan jiwa psikopat secara tidak sengaja dipertemukan di SMA Negeri 1 Cakrawala dan menjadi saling jatuh cinta. PERINGATAN: Didalam cerita terdapat adegan kekerasan