murid baru

775 78 2
                                    

Suasana kelas menjadi sangat hening, sebagian murid tak berani membuat suara kegaduhan karena takut akan kemarahan Devan.

Sementara Devan menatap murid muridnya sambil menyeringai, Sesekali tatapannya terhenti tepat pada sepasang kekasih yang tak lain adalah Clara dan Barra.

"Barra, kamu tadi berani sekali ya memukul guru."

ucapan Devan membuat murid memandanginya dan Barra, mereka menunggu kejadian apa yang akan terjadi setelah ini.

"Urusan sama Lo apaan?"

Barra tampak sangat geram melihat wajah Devan, pria itu seperti sedang menguji kesabaran Barra.

"Wah, kamu benar-benar murid yang tidak punya etika," ucap Devan tersenyum miring.

Devan berjalan melangkah mendekati bangku Barra dan langkah berhenti saat sudah berada disamping Barra.

"Saya heran kenapa kamu bisa sebuas itu? Apa kamu tidak mendapat didikan dari orang tuamu? Kamu kira dengan kamu bersifat seperti itu kamu akan terlihat keren?"

Barra tak mengerti kenapa gurunya yang satu ini sangat menjengkelkan, bahkan Ia sangat muak melihat muka Devan dan ingin sekali secepat mungkin pelajaran dari guru ini berakhir.

"Lo bisa diam nggak? Bacot tau nggak!" ucap Barra meninggikan nada suaranya.

Devan membulatkan matanya dan bertepuk tangan seolah meledek Barra. "Wah wah wah, pembunuh sekolah kita ini sangat mengerikan."

Barra menghela nafas berat.
Sudah cukup! Dia sudah tidak tahan lagi dengan pria yang berada disampingnya.

Barra berdiri dari duduknya, tangannya sudah sangat siap ingin memukul pria yang dari tadi mengusik ketenangannya, namun tiba-tiba sesuatu menghentikannya.

"Perhatian! Tolong dengarkan ibu, kita kedatangan murid baru asal dari Jerman," ucap Bu Renata.

"Lumayan juga"

"Wah Jerman?"

"Gila makin banyak bule dong"

"Ganteng banget"

Renata hanya geleng-geleng mendengar percakapan muridnya, selalu saja begitu.

"Kenalin nama gue Arkan Antonio."

Antonio? Batin Clara.

"Kalian boleh panggil gue Arkan jangan Antonio, hahaha."

Arkan, dia terlihat seperti friendly.
Wajahnya sangat tampan namun masih kalah dengan ketampanan Barra bahkan Barra masih menjadi nomor satu.

"Arkan, duduk disini aja!" tawar Alea.

Arkan membalas dengan anggukan dan senyuman manis yang membuat Alea ingin sekali melayang dan terbang ke udara.

"Baiklah, silahkan duduk dan belajarlah dengan giat nak!" ucap Renata meninggalkan kelas.

Clara tampak termenung tak tahu mengapa, sepertinya Ia sedang berpikir keras saat ini.

Apakah dia dari keluarga Antonio yang gue tau? Batin Clara.

Barra menatap Clara dengan heran, pasalnya kekasihnya itu sedang melamun tapi ia tak tahu apa yang di lamunkan oleh kekasihnya.

"Hei, kau sedang apa?" tanya Barra membuyarkan lamunan Clara.

"Tidak."

"Jangan bilang kau memikirkan murid baru itu," ucap Barra cemberut.

Ah sial, wajahnya yang seperi itu sangatlah terlihat menggemaskan bahkan Clara ingin sekali mencubit pipi itu tanpa henti.

"Kau cemburu huh? Kau tau saat kau cemburu kau terlihat lebih tampan," goda Clara.

"Jangan menggodaku," ucap Barra mencubit lengan Clara.

"Awhh, oke-oke jangan dicubit."
Barra pun langsung melepaskan cubitannya.

"Ekhemm."

Barra dan Clara terkejut tak menyadari jika Devan masih berdiri disamping Barra, saat Clara menatapnya Devan langsung berjalan kembali ketempat duduknya.

****
Kringg...

Kring...

Bel istirahat sudah berbunyi semua murid sontak bergerombolan keluar kelas, bersemangat ingin menyerbu makanan mereka.

Diruangan kelas tersisa Barra, Clara, dan juga Arkan.
Barra dan Clara tak memperdulikan keberadaan Arkan, bagi mereka itu tak terlalu penting.

Saat tengah asik mengobrol tiba-tiba Arkan duduk dibangku yang membelakangi sepasang kekasih tersebut.

Arkan membalikkan badannya dan menatap mereka berdua. "Hai!" sapa Arkan membuat Clara dan Barra mengerutkan dahi mereka.

"Gue cuma mau kenalan sama kalian doang, siapa tau bisa jadi teman."

"tapi kita nggak butuh teman," ucap Barra merasa risih.

'pasti dia mau modus sama Clara' Batin Barra.

"Padahal gue cuma pengen cari teman doang, tapi its oke kalau Lo berdua keberatan," ucap Arkan seperti kecewa.

"Shit! Oke Gue Barra dan ini Clara pacar gue," ucap Barra membuat Clara membulatkan mata.

Bagaimana tidak? Ini pertama kali nya Barra mau berbicara kepada orang selain dirinya, Liora, dan juga Alex.

"Oh kalian pacaran," Arkan mengangguk mengerti.

"Ya, dan gue ingatin untuk jangan mencoba dekatin Clara!" tegas Barra.

"Iya santai aja kali," jawab Arkan tersenyumlah lebar.

"Kalau begitu sekarang kita berteman kan?" tanya Arkan menaikkan satu alis.

"Siapa bilang?" tanya Clara yang sedari tadi diam.

"Waw, dia bicara bung! Aku tebak pasti kalian orang yang sangat dingin kan?"

mendengar perkataan Arkan membuat Clara memutar bola mata malas, Pria ini berusah sok asik atau memang sedikit gila? Ah entahlah itu tidak penting bagi Clara.

"Jangan buang waktu kami," ucap Clara ketus.

"Ah baiklah, jadi sekarang kita berteman kan?"

"Terserah Lo!" jawab Clara dan Barra serentak.

Arkan tertawa kecil melihat mereka berdua, namun Sepasang kekasih itu hanya diam menatapnya tajam.
Arkan yang menyadari itu langsung berhenti tertawa menelan ludah.

Siapa dia sebenarnya?

Dᴜᴀ Psɪᴋᴏᴘᴀᴛ [𝐄𝐧𝐝]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang