Dia?

825 84 0
                                    

Suasana malam ini sangat dingin, angin berhembus kencang.
Terlihat seorang wanita sedang duduk di jendela yang terbuka.

Clara. Ya, gadis itu sedang melihat langit yang gelap dan juga merasakan angin yang begitu kencang namun sangat membuat tubuhnya terasa nyaman.

"Clara sayang," panggil seorang pria dengan membawa secangkir teh hangat.

Clara menoleh ke sumber suara, melihat pria itu yang tak lain adalah kekasihnya, Clara hanya tersenyum tanpa menjawab panggilan tersebut.

"Kau sedang apa sayang?" tanya Barra.

"Menikmati suasana," jawab Clara.

Barra menyodorkan cangkir yang berisi teh hangat kepada Clara.
"Minum ini!"

Clara mengambil cangkir tersebut dan meminumnya, Ia menghembus teh tersebut dan kemudian kembali minum.

"Kau sedang memikirkan sesuatu Clara?" tanya Barra melihat Clara tak biasanya duduk di jendela seperti ini sambil melamun.

"Tidak," jawab Clara singkat.

"Sudah dua minggu ini surat itu masih terus datang kepada kita, aku sudah memasang cctv kemarin."

Masih ingatkan dengan surat yang dikirimkan dari orang misterius?
Ya, surat itu masih saja dikirimkan tanpa hentinya.
Bahkan Barra sangat bosan karena selalu mendapat surat yang sangat menjengkelkan baginya.

"Kau sudah tau siapa yang mengirimnya?" tanya Clara menatap Barra.

"Belum, besok kita akan tau siapa orang itu."

Barra mengambil teh yang dibuatkan untuk Clara dan meminumnya.
Clara menatapnya sambil geleng-geleng kepala karna ulah Barra.

Barra membuat teh untuknya tapi juga meminumnya?

"Aku harap dia tidak tau bahwa aku memasang cctv," lanjut Barra.

"Semoga," ucap Clara.

Barra menatap Clara sangat dalam, dan kemudian mengelus rambut Clara. Kekasihnya sangat menggemaskan membuatnya jadi tidak ingin berjauhan dari Clara.

Cup.

"Aku mencintaimu."

Clara terdiam saat Barra mencium keningnya dengan sangat lembut, lagi dan lagi Barra berhasil membuat jantung Clara berdetak sangat kencang.

Clara selalu saja merasa gugup saat Barra bersikap romantis kepadanya.

"Kenapa kau tidak mengucapkan hal yang sama?" tanya Barra cemberut.

"Hm?" Clara menaikkan alisnya seolah tak mengerti.

"Kau tidak mencintaiku?" tanya Barra.

Clara tertawa kecil mendengar perkataan Barra. "Tentu saja aku mencintaimu," jawab Clara.

"Kalau begitu jangan pernah pergi dariku," ucap Barra penuh dengan penekanan.

"Baiklah, ayo kita tidur! Aku sangat mengantuk," ucap Clara berjalan ke tempat tidur dan merebahkan dirinya diatas kasur.

Barra menutup jendela dan kemudian ikut merebahkan dirinya disamping Clara.

****

Hari sudah pagi, Clara dan Barra duduk di meja makan sambil menunggu Liora menghidangkan makanan.

"Dimana Alex?" tanya Clara.

"Masih tidur dikamar," jawab Liora yang tengah sibuk dengan masakannya.

Clara berjalan menghampiri Liora dan membantu wanita itu, mereka sekarang sudah cukup akrab bahkan sudah seperti adik kakak.

Liora sangat senang karena mempunyai teman sekarang, terlebih lagi Clara dan Barra sangat menerima Liora dan Alex anaknya.

"Biar aku saja," ucap Clara mengambil mangkuk ditangan Liora.

Clara membawa mangkuk tersebut ke meja makan, dan meletakkan diatas sana.

"Kau sangat rajin," puji Barra membuat Clara tersipu malu.

"Jangan menggodaku."
Clara segera duduk disamping Barra.

Liora berjalan penuh dengan hati-hati karena membawa minuman untuk mereka bertiga.

"Selesai," ucap Liora saat meletakkan gelas di meja.

"Pak Dion sudah beberapa hari jarang terlihat," ucap Liora memulai pembicaraan.

"Kemana dia?" tanya Barra sambil menyantap makanannya.

Liora mengerdikkan bahu pertanda bahwa dia tidak tau.

"Mungkin ada urusan," sahut Clara.

Liora mengangguk merespon perkataan Clara.

"Mungkin saja," ucap Barra.

"Kita akan melihat cctv setelah makan," ucap Barra di sela pembicaraan.

"Aku tidak sabar," ujar Clara yang sudah sangat penasaran dengan sosok misterius itu.

"Soal surat itu ya?" tanya Liora.

"Iya," jawab Clara dan Barra serentak.

Liora tertawa kecil melihat mereka berdua, rasanya mereka sangat menggemaskan dan membuat Liora merasa sedikit iri.

"Aku sangat penasaran dengan pengagum rahasia Clara," ucap Liora menatap ke arah Clara.

"Aku juga," ucap Clara tersenyum tipis.

***
Mereka sudah sampai di sebuah ruangan luas, interiornya sangat indah.

Dinding dengan warna abu-abu dan juga beberapa pajangan Poto dan juga lukisan.

Liora tercengang tak menyangka bahwa ruangannya sebagus ini, bahkan Ia sangat kagum melihat sekitarnya yang begitu indah dan bersih, Ini pertama kalinya Liora masuk ke dalam ruangan ini.

"Ruangannya sangat indah," ucap Liora.

"Jelas," jawab Barra dengan sombongnya.

"Kau tak pernah mengajakku ke ruangan ini," ucap Clara menatap Barra tajam.

"Sekarang aku mengajakmu sayang," jawab Barra dengan santainya.

Liora memutar bola mata malas, lagi dan lagi Liora harus melihat ke uwwu an pasangan ini, sungguh ini membuatnya jadi ingin mempunyai pasangan, namun apalah dayanya.

"Baiklah ayo kita lihat saja, aku sudah tidak melihat kalian berdua bermesraan," ucap Liora dibalas tawa kecil oleh Barra dan juga Clara.

Mereka bertiga segera memasang flashdisk yang sudah ada ditangan Barra, mereka tampak tak sabar ingin mengetahui siapakah pengirim surat itu.

Barra duduk di kursi yang sangat empuk dan menyenderkan tubuhnya dikursi itu, tangannya memegang tangan Clara dengan sangat erat membuat gadis itu tersenyum gemas.

"Ayo kita lihat!" ucap Barra menghidupkan Laptopnya.

Saat dihidupkan terlihat seseorang pria dengan Hoodie hitam memakai kacamata dan juga topi putih.
Badannya sangat kekar dan tubuh pria tersebut terbilang cukup tinggi.

Mereka tak bisa melihat dengan jelas siapa pria tersebut membuat Barra menjadi emosi.

"Shit! persetan dengannya," umpat Barra.

Clara mengelus-elus kepala Barra agar Kekasihnya bisa sedikit tenang, karena Clara tau bahwa Barra sedang emosi.

"Nah itu dia!" ucap Barra seketika saat melihat Pria yang ada didalam video tersebut membuka Hoodie nya.

"Persetan. brengsek! Aku tak menyangka bahwa dia pelakunya," ucap Barra saat melihat orang tersebut.

Clara pun sangat tidak menyangka dengan apa yang dilihat olehnya, orang itu?

Astaga apakah aku tidak salah liat? Batin Clara.

"Dasar Gila!" maki Barra.

"Aku akan membunuhnya," ucap Barra tak main-main.

Dᴜᴀ Psɪᴋᴏᴘᴀᴛ [𝐄𝐧𝐝]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang